Posts Tagged ‘Pendidikan’
Khutbah Jumat: Pendidikan sebagai Kunci dalam Menggapai Impian
UIM – Investasi paling berharga adalah ilmu pengetahuan yang hanya bisa didapatkan dari proses pendidikan yang berkualitas. Orang yang melakukan investasi di bidang pendidikan akan mendapatkan kesuksesan di masa depan. Oleh karena itu, pendidikan adalah aspek yang harus diperhatikan oleh seluruh pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat.
Khutbah I
الحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ (التوبة: ١٢٢). وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُصَلُّونَ. اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah
Pendidikan adalah kunci dari segala sesuatu. Barang siapa yang menjadikan pendidikan sebagai investasi masa depan, maka ia telah mendapatkan kunci kesuksesan untuk meraih segala sesuatu. Dengan pendidikan, seseorang bisa membuka jendela dunia seluas-luasnya dan menggapai apa saja yang diinginkannya.
Ironinya dunia pendidikan saat ini mengalami beberapa problem. Pertama, mahalnya biaya pendidikan berkualitas saat ini, sehingga tidak dapat diakses oleh kalangan ekonomi lemah, padahal untuk merubah nasib keluarga miskin, pendidikan adalah jalan yang paling tepat. Kedua, biaya pendidikan terjangkau yang dapat digapai kalangan ekonomi rendah hanya ada di lembaga pendidikan yang kurang berkualitas. Hal ini terjadi karena kurangnya perhatian dari seluruh pemangku kebijakan terhadap dunia pendidikan, padahal Islam sangat memperhatikan pendidikan bagi umatnya. Hal ini tercermin dalam Surat at-Taubah, ayat 122 sebagai berikut:
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ
Artinya, “Tidak sepatutnya orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi (tinggal bersama Rasulullah) untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya?”
Syekh Wahbah al-Zuhaili dalam kitab at-Tafsirul Munir, juz 11, halaman 77 menjelaskan bahwa jihad dan pendidikan adalah dua hal yang sangat penting karena keduanya berstatus hukum Fardhu Kifayah, artinya bahwa bagi setiap bangsa, harus ada orang-orang yang memperhatikan ketahanan bangsa dari segi kekuatan militer dan keunggulan pendidikan.
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah
Sejarah kenabian membuktikan bahwa Nabi Muhammad sangat memperhatikan aspek keunggulan pendidikan para sahabat untuk mempertahankan agama dan tanah air. Salah satu buktinya adalah Nabi meminta tawanan perang Badar mengajarkan ilmu menulis kepada anak-anak kaum Anshar. Hal ini sebagaimana disebut Imam Ahmad dalam kitab Musnad Ahmad, juz 4, halaman 92:
كَانَ نَاسٌ مِنَ الْأَسْرَى يَوْمَ بَدْرٍ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ فِدَاءٌ، فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فِدَاءَهُمْ أَنْ يُعَلِّمُوا أَوْلَادَ الْأَنْصَارِ الْكِتَابَةَ
Artinya, “Sebagian tawanan perang Badar tidak memiliki sesuatu sebagai tebusan mereka, kemudian Rasulullah menetapkan tebusan mereka dengan cara mereka mengajarkan anak-anak Anshar ilmu menulis.”
Ibnu Sa’d menambahkan dalam kitab ath-Thabaqat al-Kubra, juz 2, halaman 14:
فَيُعَلِّمُ كُلُّ وَاحِدٍ عَشْرَةً مِنْ المُسْلِمِيْنَ الكِتَابَةَ
Artinya, “Setiap satu orang tawanan perang Badar mengajarkan ilmu menulis kepada sepuluh orang umat Islam.”
Sejarawan bernama ash-Shallabi dalam kitab as-Sirah an-Nabawiyah ‘Ardh Waqai’ wa Tahlil Ahdats, halaman 435 menjelaskan kisah ini membuktikan bahwa di dalam penerimaan Nabi terhadap tebusan berupa pengajaran membaca dan menulis sebagai pengganti dari tebusan harta, padahal umat Islam lebih membutuhkan harta untuk kekuatan militer saat itu.
Terdapat bukti bahwa Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan dan pendidikan, sekaligus bukti bahwa Islam sangat memerangi buta huruf atau kebodohan. Informasi ini sangat sesuai fakta bahwa wahyu pertama yang diterima Nabi adalah perintah untuk membaca dalam surat al-‘Alaq, ayat 1-4:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ الإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ. الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
Artinya, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan! Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Tuhanmulah Yang Mahamulia. yang mengajar (manusia) dengan pena.”
Abul Hasan an-Nadwi berkata dalam kitab as-Sirah an-Nabawiyah, halaman 314:
وَكَانَ فِيْ ذَلِكَ مِنْ تَقْدِيْرِ العِلْمِ وَتَشْجِيْعِ القِرَاءَةِ وَالكِتَابَةِ مَا لَا يَحْتَاجُ إِلَى تَوْضِيْحٍ
Artinya, “Dalam kisah (Nabi meminta tawanan perang Badar mengajarkan umat Islam untuk membaca sebagai tebusan), terdapat penjelasan akan kemuliaan ilmu (pendidikan) dan dorongan untuk terus membaca serta menulis yang sudah tidak perlu dijelaskan lagi.”
Kisah ini juga menunjukkan bahwa Nabi memiliki pemikiran yang visioner dengan melihat pentingnya pendidikan bagi para sahabat, sehingga dapat bersaing dengan bangsa lain di kemudian hari. Kebutuhan terhadap harta adalah kebutuhan sesaat untuk mempertahankan diri, sedangkan kebutuhan terhadap pendidikan adalah kebutuhan masa depan untuk menjadikan diri lebih unggul.
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah
Pendidikan adalah warisan yang harus diberikan kepada generasi lanjut. Pendidikan lebih berharga dari pada harta. Warisan harta akan habis dimakan waktu, sedangkan warisan ilmu akan terus berkembang seiring zaman. Oleh karena itu, Nabi bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam at-Tirmidzi dalam kitab Sunan at-Tirmidzi, juz 5, halaman 48:
إِنَّ العُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا العِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
إِنَّ العُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا العِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Artinya, “Sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tetapi Nabi hanya mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambil warisan tersebut, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.”
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah
Semoga bangsa kita menjadi bangsa yang unggul dalam aspek pendidikan, sehingga dapat menggapai kemajuan di seluruh bidang, sampai tercipta Indonesia Emas di tahun 2045. Semoga kita bisa menginvestasikan pendidikan bagi anak-anak kita, sehingga mereka akan menjadi penerus yang unggul. Amin, ya Rabbal ‘Alamin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلّٰهِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ بنِ عَبدِ الله وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَة. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُسلِمُونَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَاعلَمُوا إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ. قَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا فِي فَلِسْطِيْن وَلُبْنَان وَسَائِرَ العَلَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ بَلْدَتَنَا اِنْدُونِيْسِيَّا بَلْدَةً طَيِّبَةً وَمُبَارَكَةً وَمُزْدَهِرَةً. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ
عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُم بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Ustadz Fatihunnada: Penulis nuonline
Khutbah Jumat: Pentingnya Pendidikan bagi Pemuda Muslim
UIM – Pendidikan bagi kalangan muda umat Muslim memiliki peran strategis dalam membentuk karakter generasi muda yang beriman, berilmu, dan beradab. Kita melihat akhir-akhir ini banyak tindakan keburukan dan kejahatan yang dilakukan oleh pemuda. Kita mesti sadar, bahwa di masa mendatang, nasib bangsa ini akan berada di tangan para pemuda Indonesia.
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ (الطور: ٢١). وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُصَلُّونَ. اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Baru-baru ini, kita dikagetkan dengan penemuan jasad tujuh orang pemuda berusia belasan tahun yang meninggal terhanyut di kali di daerah Bekasi. Hal ini bermula dari penyergapan pihak kepolisian terhadap puluhan remaja yang sedang nongkrong sambil mengkonsumsi minuman keras dan berencana tawuran dengan kelompok remaja lain yang diketahui melalui media sosial. Penyergapan itu berbuah penangkapan tiga orang membawa senjata tajam, puluhan orang dalam keadaan mabuk, dan sebagian lainnya melarikan diri ke perumahan warga dan melompat ke kali.
Beberapa fenomena pemuda negatif seperti ini bukan merupakan harapan pemimpin pertama bangsa ini, Ir. Soekarno yang pernah berkata “Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Ini merupakan ungkapan yang menjelaskan bahwa peran pemuda dalam perkembangan bangsa sangat strategis. Tidak heran jika Nabi menyebutkan pemuda pada urutan kedua setelah pemimpin yang adil dalam urutan tujuh kelompok yang mendapatkan naungan Allah di hari akhir, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam al-Bukhari dalam kitab Shahihul Bukhari, juz 1, halaman 133:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الإِمَامُ العَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ
Artinya, “Tujuh kelompok yang mendapatkan naungan Allah pada hari yang tiada naungan kecuali dari Allah. Pertama, pemimpin yang adil. Kedua, pemuda yang tumbuh dalam perilaku ibadah kepada Allah.”
Hal ini yang menjadikan Nabi Muhammad saw sangat memperhatikan pemuda di awal-awal Islam. Tercatat sebagai orang kedua masuk Islam adalah Ali bin Abi Thalib di usia 10 tahun. Nabi menyadari bahwa pemuda lebih mudah menerima kebenaran dari pada orang yang lebih tua yang sudah memiliki keyakinan mengakar dalam pikiran. Hal ini ditegaskan imam Ibn Katsir dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir, juz 5, halaman 127:
فَذَكَرَ تَعَالَى أَنَّهُمْ فِتْيَةٌ وَهُمُ الشَّبَابُ، وَهُمْ أَقْبَلُ لِلْحَقِّ وَأَهْدَى لِلسَّبِيلِ مِنَ الشُّيُوْخِ الَّذِيْنَ قَدْ عَتَوْا وَانْغَمَسُوا فِي دِينِ الْبَاطِلِ
Artinya, “Allah menyebutkan bahwa mereka (Ashabul Kahfi) adalah para pemuda. Pemuda adalah generasi yang lebih mudah menerima kebenaran dan petunjuk dari pada generasi tua yang telah terdoktrin keyakinan ajaran agama yang menyimpang.”
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Ada tantangan berat mendidik dan mengarahkan generasi pemua karena usia yang masih labil dan ditambah lagi dengan pola pergaulan saat ini yang penuh dengan perilaku negatif. Oleh karena itu, Nabi melakukan beberapa hal untuk membentuk generasi pemuda memiliki karakter dan perilaku yang positif.
Pertama, berinteraksi dengan pemuda untuk menanamkan nilai-nilai agama dan karakter. Hal ini sangat penting karena hal ini dapat menjadi tameng bagi para pemuda dalam menerima informasi dan budaya negatif. Hal ini tergambar dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ibnu Majah dalam kitab Sunan Ibni Majah, juz 1, halaman 23:
عَنْ جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ، فَتَعَلَّمْنَا الْإِيمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ، ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ فَازْدَدْنَا بِهِ إِيمَانًا
Artinya, “Dari Jundub bin Abdullah, ia berkata, ketika kami bersama Nabi, kami di usia pemuda yang kuat. Kami belajar iman sebelum mempelajari Al-Qur`an, kemudian kami mempelajari Al-Quran. Kami merasakan agama dan perilaku kami semakin baik dengan pola pendidikan itu.”
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Kedua, memberikan ruang dan kesempatan bagi pemuda untuk melakukan peran sosial sebagai latihan penanaman karakter tanggung jawab di dalam diri mereka. Selain itu, hal ini juga dapat mengisi ruang waktu kosong pemuda, sehingga tidak dihabiskan untuk melakukan hal-hal yang negatif. Hal ini ditegaskan oleh Nabi dalam hadits yang dikutip oleh at-Tirmidzi dalam Sunan at-Tirmidzi, juz 2, halaman 354:
عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: أَتَى عَلَيَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَنَا أَلْعَبُ مَعَ الْغِلْمَانِ، قَالَ: فَسَلَّمَ عَلَيْنَا، فَبَعَثَنِي إِلَى حَاجَةٍ، فَأَبْطَأْتُ عَلَى أُمِّي، فَلَمَّا جِئْتُ قَالَتْ: مَا حَبَسَكَ؟ قُلْتُ بَعَثَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَاجَةٍ، قَالَتْ: مَا حَاجَتُهُ؟ قُلْتُ: إِنَّهَا سِرٌّ، قَالَتْ: لَا تُحَدِّثَنَّ بِسِرِّ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَدًا قَالَ أَنَسٌ: وَاللهِ لَوْ حَدَّثْتُ بِهِ أَحَدًا لَحَدَّثْتُكَ
Artinya, “Dari Anas, ia berkata, Rasulullah mendatangiku ketika aku sedang bermain bersama pemuda lain. Ia menyampaikan salam padauk (menyapaku), kemudian memintaku untuk mencarikan kebutuhan, lalu aku mendatangi ibuku. Ketika aku tiba, ibuku bertanya, ada apa denganmu? Aku menjawab, Rasulullah memintaku untuk mencari kebutuhan. Ibuku bertanya, apakah kebutuhannya? Aku menjawab, maaf, ini adalah rahasia. Ibuku berkata, jangan kamu bicarakan rahasia Rasulullah kepada siapapun. Anas berkata, demi Allah, jika aku perlu menceritakan hal tersebut, pasti aku akan ceritakan kepadamu.”
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Ketiga, memposisikan pemuda secara sejajar dengan orang tua di dalam interaksi sosial. Memberikan hak kepada pemuda hal-hal yang menjadi haknya, sehingga tidak dikesampingkan hanya karena keberadaan orang tua. Hal ini tergambar dalam hadits yang diriwayatkan imam al-Bukhari dalam kitab Shahihul Bukhari, juz 3, halaman 130:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُتِيَ بِشَرَابٍ، فَشَرِبَ مِنْهُ وَعَنْ يَمِينِهِ غُلاَمٌ وَعَنْ يَسَارِهِ الأَشْيَاخُ، فَقَالَ لِلْغُلاَمِ: أَتَأْذَنُ لِي أَنْ أُعْطِيَ هَؤُلاَءِ؟»، فَقَالَ الغُلاَمُ: لاَ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، لاَ أُوثِرُ بِنَصِيبِي مِنْكَ أَحَدًا، قَالَ: فَتَلَّهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي يَدِهِ
Artinya, “Sesungguhnya Rasaulullah pernah diberikan minuman, kemudia Nabi meminumnya. Di sisi kanan Nabi, ada pemuda, sedangkan di sisi kiri Nabi, ada orang tua. Nabi berkata kepada pemuda, apakah kamu mengizinkan saya memberikan minuman ini kepada orang tua itu? Pemuda itu menjawab, demi Allah, tidak, wahai Rasulullah. Aku tidak akan mengutamakan bagianku darimu kepada siapapun. Sahl bin Sa’d (sahabat perawi hadits ini) berkata, Rasulullah akhirnya memberikan minuman kepada pemuda tersebut.”
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Pada momen yang mulia ini, marilah kita memberikan perhatian dan pengawasan kepada para pemuda penerus bangs aini agar tidak terjerumus pada perilaku negatif yang dapat merugikan mereka dan kita semua. Kita berharap dan berdoa kepada Allah agar generasi pemuda Indonesia diberikan bimbingan dan petunjuk untuk selalu berada di jalan yang baik dan dapat menjadi harapan Indoensia Emas di masa yang akan datang. Amin, ya Rabbal ‘Alamin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ بنِ عَبدِ الله وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَة. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُسلِمُونَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَاعلَمُوا إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ. قَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُم بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْت
Ustadz Fatihunnada: Penulis nuonline
Rais Syuriah PWNU Sulsel: NU Berperan Penting dalam Dakwah dan Pendidikan Kedepan
UIM NEWS – Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulawesi Selatan, AG. Prof. Dr. KH. Najamuddin Abd. Safa, Lc., MA memberikan tanggapan mengenai peran strategis Nahdlatul Ulama (NU) dalam bidang dakwah dan pendidikan di masa depan.
Ia menekankan bahwa NU akan terus menguatkan kontribusinya dalam membangun masyarakat yang berakhlak mulia dan berilmu pengetahuan.
Dalam wawancara yang dilakukan pada kegiatan Pendidikan Kepemimpinan Nahdlatul Ulama (PMKNU) KH. Najamuddin Abd. Safa menyampaikan NU memiliki peran besar dalam melayani umat terutama kapada warga Nahdliyin.
“NU memiliki tanggung jawab besar untuk terus melanjutkan perjuangan dakwah yang ramah dan inklusif. Kami berkomitmen untuk menyebarkan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin, yang membawa rahmat bagi seluruh alam,” ujarnya, Sabtu (18/05/2024).
Ketua Dewan Guru Besar Universitas Islam Makassar (UIM) Al-Gazali ini juga menekankan pentingnya pendidikan dalam membentuk generasi muda yang berkarakter dan berkompetensi.
“NU akan terus berperan aktif dalam mengembangkan sistem pendidikan yang tidak hanya fokus pada ilmu pengetahuan umum, tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai keislaman. Pesantren-pesantren NU akan menjadi garda terdepan dalam mencetak ulama dan cendekiawan yang mampu menjawab tantangan zaman,” ucapnya.
KH. Najamuddin Abd. Safa menambahkan bahwa melalu PMKNU ini PW Sulawesi Selatan sedang merencanakan berbagai program strategis untuk memperkuat basis pendidikan dan dakwah.
“Kami akan meningkatkan kualitas pengajaran di pesantren dan madrasah, serta memperluas jangkauan dakwah melalui media digital. Hal ini penting agar dakwah dan pendidikan yang kami lakukan bisa lebih menjangkau masyarakat luas, terutama generasi muda yang sangat akrab dengan teknologi,” katanya.
Lebih lanjut, ia menggarisbawahi bahwa NU akan terus bersinergi dengan berbagai pihak, baik pemerintah maupun organisasi masyarakat lainnya, untuk mewujudkan visi ini.
“Kolaborasi adalah kunci. Dengan bekerja sama, kita bisa menciptakan ekosistem pendidikan dan dakwah yang lebih baik dan lebih efektif,” ucapnya.
KH. Najamuddin Abd. Safa juga mengajak seluruh warga NU dan masyarakat luas untuk bersama-sama mendukung program-program yang telah dirancang.
“Partisipasi aktif dari semua pihak sangat penting. Mari kita bergandengan tangan untuk mencapai tujuan mulia ini,” tutupnya.
Dengan tekad yang kuat dan strategi yang matang, NU Sulawesi Selatan optimis bahwa peranannya dalam dakwah dan pendidikan akan semakin kuat dan memberikan dampak positif yang signifikan bagi kemajuan umat dan bangsa.