Hari Pahlawan: Mengokohkan Jiwa Nasionalisme di Era Digital

Dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Makassar: Badruddin Kaddas, M.Ag., Ph.D

UIM Hari Pahlawan diperingati setiap tanggal 10 November di Indonesia untuk menghormati para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan bangsa. Peringatan ini dimulai sejak tahun 1959 dan ditetapkan melalui Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959. Dalam konteks sejarah, peringatan ini tidak hanya sekadar mengenang, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan. Menurut data dari Kementerian Sosial Republik Indonesia, lebih dari 1.300 pahlawan nasional telah diakui dan diabadikan dalam bentuk monumen, nama jalan, dan berbagai penghargaan (Kementerian Sosial RI, 2020).

Di era digital saat ini, relevansi Hari Pahlawan semakin meningkat. Dengan adanya teknologi informasi yang memungkinkan akses cepat terhadap berbagai sumber pengetahuan, generasi muda dapat lebih mudah memahami sejarah perjuangan bangsa. Data menunjukkan bahwa sekitar 70% generasi muda Indonesia aktif menggunakan media sosial, yang menjadi platform efektif untuk menyebarkan informasi tentang nilai-nilai nasionalisme (Kominfo, 2021). Hal ini menunjukkan bahwa Hari Pahlawan dapat menjadi momentum untuk memperkuat rasa cinta tanah air di kalangan generasi muda.

Sebagai contoh, kampanye digital yang dilakukan oleh berbagai organisasi pemuda menjelang Hari Pahlawan mampu menarik perhatian banyak orang. Misalnya, gerakan #PahlawanDigital yang diinisiasi oleh komunitas pemuda di Jakarta, berhasil mengumpulkan lebih dari 50.000 peserta dalam rangkaian kegiatan virtual, seperti webinar dan diskusi online mengenai nilai-nilai kepahlawanan (Yayasan Pemuda Mandiri, 2022). Kegiatan ini menunjukkan bahwa peringatan Hari Pahlawan dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman, tanpa mengurangi makna dan tujuan utamanya.

Dalam konteks ini, penting untuk menekankan bahwa pengertian Hari Pahlawan tidak hanya terbatas pada momen peringatan, tetapi juga harus diinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai kepahlawanan seperti keberanian, pengorbanan, dan cinta tanah air harus menjadi bagian dari karakter generasi muda. Oleh karena itu, pendidikan tentang sejarah dan nilai-nilai kepahlawanan perlu ditanamkan sejak dini di sekolah-sekolah.

Mengacu pada pandangan ulama Nahdlatul Ulama, mereka menekankan pentingnya menanamkan rasa cinta tanah air sebagai bagian dari iman. Dalam sebuah forum, KH. Said Aqil Siroj menyatakan bahwa “cinta tanah air adalah bagian dari iman” dan mengajak generasi muda untuk memahami perjuangan para pahlawan sebagai bagian dari tanggung jawab moral mereka terhadap bangsa (NU Online, 2021). Dengan demikian, Hari Pahlawan dapat menjadi momentum untuk mengokohkan jiwa nasionalisme di era digital.

Peran Teknologi dalam Memperingati Hari Pahlawan

Di era digital, teknologi memainkan peran yang sangat penting dalam memperingati Hari Pahlawan. Dengan adanya internet dan media sosial, informasi mengenai sejarah perjuangan bangsa dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat. Menurut laporan dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), sekitar 77% penduduk Indonesia adalah pengguna internet, dan mayoritas dari mereka adalah generasi muda (APJII, 2022). Hal ini membuka peluang besar untuk menyebarkan informasi tentang Hari Pahlawan secara luas.

Salah satu contoh pemanfaatan teknologi adalah penggunaan platform video seperti YouTube untuk menyebarkan dokumenter dan film pendek tentang perjuangan pahlawan. Banyak konten kreator yang menciptakan video edukatif yang menarik dan mudah dipahami oleh generasi muda. Data menunjukkan bahwa video edukatif tentang sejarah Indonesia mendapatkan lebih dari 1 juta penonton dalam waktu singkat (YouTube Analytics, 2023). Hal ini menunjukkan bahwa media digital dapat menjadi alat yang efektif untuk mengedukasi masyarakat tentang nilai-nilai kepahlawanan.

Selain itu, aplikasi mobile juga mulai dikembangkan untuk memberikan informasi seputar Hari Pahlawan. Misalnya, aplikasi “Pahlawan Kita” yang menyediakan informasi tentang biografi pahlawan, peristiwa sejarah, dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan peringatan Hari Pahlawan. Menurut survei pengguna, 85% pengguna merasa lebih teredukasi setelah menggunakan aplikasi tersebut (Survei Pengguna Aplikasi, 2023). Ini menunjukkan bahwa teknologi dapat memberikan kemudahan dalam mengakses informasi yang relevan.

Di samping itu, media sosial juga menjadi arena untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman mengenai makna kepahlawanan. Kampanye #HariPahlawan yang diadakan di berbagai platform media sosial berhasil menarik perhatian banyak orang, dengan ribuan unggahan yang menunjukkan penghormatan kepada para pahlawan. Data dari Twitter menunjukkan bahwa tagar ini menjadi trending topic dengan lebih dari 500.000 tweet dalam sehari (Twitter Analytics, 2023). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sangat antusias untuk merayakan Hari Pahlawan melalui media sosial.

Namun, meskipun teknologi memberikan banyak kemudahan, kita juga perlu berhati-hati terhadap informasi yang tidak akurat atau hoaks yang sering beredar di internet. Oleh karena itu, penting untuk mencari sumber informasi yang terpercaya dan melakukan verifikasi sebelum menyebarkan informasi. Dalam konteks ini, peran pendidikan media menjadi sangat penting untuk membantu masyarakat, terutama generasi muda, dalam memilah informasi yang benar dan relevan.

Pendidikan Karakter Melalui Peringatan Hari Pahlawan

Pendidikan karakter merupakan salah satu aspek penting dalam memperingati Hari Pahlawan. Melalui pendidikan karakter, nilai-nilai kepahlawanan dapat ditanamkan kepada generasi muda sejak dini. Menurut hasil penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sekolah yang menerapkan pendidikan karakter memiliki tingkat partisipasi siswa yang lebih tinggi dalam kegiatan sosial dan kebangsaan (Kemendikbud, 2022). Ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter dapat membentuk generasi yang lebih peduli terhadap lingkungan dan bangsa.

Salah satu cara untuk mengintegrasikan nilai-nilai kepahlawanan dalam pendidikan adalah melalui kurikulum yang mengedepankan sejarah perjuangan bangsa. Misalnya, di beberapa sekolah, guru mengadakan diskusi interaktif tentang pahlawan nasional dan perjuangan mereka. Data menunjukkan bahwa 90% siswa merasa lebih memahami dan menghargai jasa pahlawan setelah mengikuti kegiatan tersebut (Survei Siswa, 2023). Ini menunjukkan bahwa pendekatan pendidikan yang tepat dapat meningkatkan kesadaran siswa terhadap nilai-nilai kepahlawanan.

Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler seperti upacara bendera, lomba puisi, dan pertunjukan seni yang mengangkat tema kepahlawanan juga dapat menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai tersebut. Menurut laporan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga, lebih dari 1.000 sekolah di Indonesia mengadakan kegiatan tersebut setiap tahunnya, yang diikuti oleh ribuan siswa (Kemenpora, 2022). Kegiatan ini tidak hanya memperkuat rasa nasionalisme, tetapi juga membangun solidaritas antar siswa.

Namun, tantangan dalam pendidikan karakter adalah bagaimana menjadikan nilai-nilai kepahlawanan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penting untuk melibatkan orang tua dan masyarakat dalam proses pendidikan. Kegiatan seperti seminar atau workshop yang melibatkan orang tua dan masyarakat dapat membantu memperkuat nilai-nilai kepahlawanan di lingkungan keluarga dan masyarakat. Data menunjukkan bahwa keluarga yang aktif terlibat dalam pendidikan karakter anak cenderung memiliki anak yang lebih peduli terhadap lingkungan dan bangsa (Lembaga Penelitian Pendidikan, 2023).

Pendidikan karakter harus diimbangi dengan pendidikan agama. KH. Ma’ruf Amin, dalam sebuah ceramah, menekankan bahwa “nilai-nilai kepahlawanan harus sejalan dengan nilai-nilai agama” dan mengajak generasi muda untuk menjadikan pahlawan sebagai teladan dalam berperilaku (NU Online, 2022). Dengan demikian, Hari Pahlawan tidak hanya menjadi peringatan, tetapi juga momentum untuk membentuk karakter bangsa yang kuat dan berintegritas.

Peran Komunitas dalam Memperingati Hari Pahlawan

Komunitas memiliki peran yang sangat penting dalam memperingati Hari Pahlawan. Melalui komunitas, nilai-nilai kepahlawanan dapat disebarluaskan dan diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Data dari Kementerian Pemuda dan Olahraga menunjukkan bahwa lebih dari 60% organisasi pemuda di Indonesia aktif mengadakan kegiatan sosial yang berkaitan dengan peringatan Hari Pahlawan (Kemenpora, 2021). Kegiatan ini tidak hanya memperingati jasa pahlawan, tetapi juga membangun rasa solidaritas antar anggota komunitas.

Salah satu contoh konkret adalah kegiatan bakti sosial yang diadakan oleh komunitas pemuda di berbagai daerah. Kegiatan ini biasanya meliputi pembagian sembako, pembersihan lingkungan, dan penggalangan dana untuk membantu masyarakat yang membutuhkan. Menurut laporan, lebih dari 100.000 paket sembako berhasil dibagikan oleh komunitas pemuda dalam rangka memperingati Hari Pahlawan pada tahun 2022 (Yayasan Sosial Indonesia, 2022). Ini menunjukkan bahwa semangat kepahlawanan dapat diwujudkan dalam tindakan nyata.

Selain itu, komunitas juga dapat berperan sebagai agen perubahan dalam masyarakat. Melalui diskusi dan seminar yang mengangkat tema kepahlawanan, komunitas dapat mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menghargai jasa pahlawan dan menerapkan nilai-nilai kepahlawanan dalam kehidupan sehari-hari. Data menunjukkan bahwa 75% peserta seminar merasa lebih memahami arti kepahlawanan setelah mengikuti kegiatan tersebut (Survei Peserta Seminar, 2023). Ini menunjukkan bahwa komunitas dapat menjadi wadah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

Namun, tantangan yang dihadapi komunitas adalah bagaimana menarik minat generasi muda untuk terlibat dalam kegiatan kepahlawanan. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan pendekatan yang kreatif dan inovatif, seperti mengadakan lomba atau kompetisi yang melibatkan teknologi. Misalnya, kompetisi video pendek tentang pahlawan lokal yang diadakan oleh sebuah komunitas di Yogyakarta berhasil menarik perhatian ribuan peserta dan penonton (Komunitas Kreatif Yogyakarta, 2023). Ini menunjukkan bahwa pendekatan yang tepat dapat meningkatkan partisipasi generasi muda.

Mengajak komunitas untuk menjadi pelopor dalam menyebarkan nilai-nilai kepahlawanan di masyarakat. Dalam sebuah forum, KH. Said Aqil Siroj menekankan bahwa “komunitas harus menjadi garda terdepan dalam mengingatkan generasi muda akan pentingnya menghargai jasa pahlawan” (NU Online, 2021). Dengan demikian, peran komunitas dalam memperingati Hari Pahlawan sangat penting untuk mengokohkan jiwa nasionalisme di era digital.

Kesimpulan dan Harapan untuk Masa Depan

Hari Pahlawan merupakan momen penting untuk mengenang jasa para pahlawan dan mengokohkan jiwa nasionalisme, terutama di era digital saat ini. Melalui pemanfaatan teknologi, pendidikan karakter, dan peran aktif komunitas, nilai-nilai kepahlawanan dapat disebarluaskan kepada generasi muda. Data dan statistik menunjukkan bahwa keterlibatan generasi muda dalam kegiatan yang berkaitan dengan Hari Pahlawan semakin meningkat, dan ini menjadi harapan untuk masa depan bangsa.

Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam menghadapi informasi yang tidak akurat di era digital. Oleh karena itu, penting untuk terus meningkatkan pendidikan media dan literasi digital di kalangan masyarakat. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan komunitas sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan nilai-nilai kepahlawanan.

Mengacu pada pandangan ulama Nahdlatul Ulama, penting bagi generasi muda untuk menjadikan pahlawan sebagai teladan dalam berperilaku. Dengan menanamkan nilai-nilai kepahlawanan dalam kehidupan sehari-hari, diharapkan generasi muda dapat menjadi agen perubahan yang positif bagi bangsa. Hari Pahlawan bukan hanya sekadar peringatan, tetapi juga momentum untuk membangun karakter bangsa yang kuat dan berintegritas.

Dalam rangka mencapai tujuan ini, semua pihak harus berperan aktif dan berkomitmen untuk menjaga dan meneruskan nilai-nilai kepahlawanan kepada generasi mendatang. Dengan semangat yang kuat, kita dapat memastikan bahwa jasa para pahlawan tidak akan terlupakan dan akan terus menginspirasi generasi muda untuk mencintai dan berkontribusi bagi bangsa.

Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah

UIM Hati adalah bagian terpenting dalam diri seorang hamba. Hati menjadi penentu baik dan buruknya amalan anggota tubuh yang lain, sekaligus menjadi penentu bernilai atau tidaknya amal pemiliknya. Di sisi lain, kemaksiatannya juga sangat merugikan. Selain akan mendatangkan aneka kemaksiatan yang lain, kemaksiatan hati juga dapat menghapus pahala amal yang dilakukan.

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ تَفَرَّدَ بِجَلَالِ مَلَكُوْتِهِ، وَتَوَحَّدَ بِجَمَالِ جَبَرُوْتِهِ وَتَعَزَّزَ بِعُلُوِّ أَحَدِيَّتِهِ، وَتَقَدَّسَ بِسُمُوِّ صَمَدِيَّتِهِ، وَتَكَبَّرَ فِي ذَاتِهِ عَنْ مُضَارَعَةِ كُلِّ نَظِيْرٍ، وَتَنَزَّهَ فِي صِفَائِهِ عَنْ كُلِّ تَنَاهٍ وَقُصُوْرٍ، لَهُ الصِّفَاتُ الْمُخْتَصَّةُ بِحَقِّهِ، وَالْآيَاتُ النَّاطِقَةُ بِأَنَّهُ غَيْرُ مُشَبَّهٍ بِخَلْقِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مُوْقِنٍ بِتَوْحِيْدِهِ، مُسْتَجِيْرٍ بِحَسَنِ تَأْيِيْدِهِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ الْمُصْطَفَى، وَأَمِيْنُهُ الْمُجْتَبَي وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ إِلَى كَافَةِ الْوَرَى ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ مَصَابِيْحِ الدُّجَى، وَعَلَى أَصْحَابِهِ مَفَاتِيْحِ الْهُدَى، وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً

أَمَّا بَعْدُ: أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ وَاعْبُدُوْهُ، فَإِنَّ اللهَ خَلَقَكُمْ، لِذَلِكَ قَالَ تَعَالَى: فَمَن كَانَ يَرْجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمِ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ الْحَبِيْبُ الْكَرِيْمُ وَنَحْنُ عَلَى ذَلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشّاكِرِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Sidang Jumat yang dirahmati Allah

Pertama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah swt, Dzat yang tak henti-hentinya melimpahkan karunia dan nikmat-Nya kepada kita semua, termasuk nikmat taufik, hidayah, dan nikmat berjamaah seperti sekarang ini.

Shalawat teriring salam semoga tercurah kepada Baginda Alam, Habibana Muhammad saw. Shalawat dan salam juga semoga terlimpah kepada para sahabat, para tabiin, tabi’ tabiin-nya, hingga kepada kita semua selaku umatnya.

Tak lupa melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat khusus kepada diri sendiri, umumnya kepada jamaah Jumat sekalian, marilah kita sama-sama meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Sebab, hanya bekal takwa kita bisa lebih memaksimalkan ketaatan kita kepada-Nya dan menjauhkan diri dari segala bentuk larangan-Nya.

Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Setiap anggota tubuh kita ada bentuk-bentuk maksiatnya. Mulai dari tangan, kaki, mata, telinga, hingga hati. Namun, di antara kemaksiatan paling merugikan yang dilakukan oleh anggota tubuh kita, tampaknya kemaksiatan hati. Mengingat kemaksiatan hati sendiri bersifat tersembunyi, sulit teridentifikasi dan sulit untuk diobati.

Oleh sebab itu, siapa pun yang di antara kita yang hendak menata dan menghindari kemaksiatan seluruh anggota tubuh kita, sebaiknya terlebih dahulu menata dan membersihkan hati. Tak terkecuali dari kebiasaan dan kemaksiatan-kemaksiatan yang biasa dilakukannya.

Kaitan dengan kemaksiatan hati, Syekh Abdullah ibn Hasan dalam kitab Sullam at-Taufiq-nya menguraikan kepada kita setidaknya ada 4 kemaksiatan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syekh Muhammad Nawawi dalam Syarah Sullam at-Taufiq, Terbitan Daru Ihyail-Kutub al-‘Arabiyyah, halaman 63-65.

Maksiat hati yang pertama adalah riya saat beramal. Sebagaimana yang kita maklumi, riya sendiri beramal karena ingin terlihat baik di mata orang lain. Padahal, Allah sendiri telah melarang sifat ini, bahkan menyebutnya sebagai syirik kecil, sebagaimana dalam ayat Al-Qur’an:

فَمَن كَانَ يَرْجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا

Artinya: “Siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya,” (QS. Al-Kahfi [18]: 118).

Ditafsirkan para ulama, syirik dalam beribadah pada ayat ini adalah sifat riya atau beramal ingin terlihat orang lain. Selanjutnya, riya juga tidak hanya beramal ingin terlihat orang lain. Tetapi juga takut beramal semata takut terlihat orang lain juga termasuk riya yang dapat menggugurkan pahala amal itu sendiri, dan tergolong maksiat hati dan tercela di mata syariat.

Untuk menjauhi sifat riya, maka marilah kita memperbaiki niat ramal kita. Sayangilah amal kita agar tetap bernilai dan berpahala di sisi Allah. Tanamkan dalam hati, akibat sifat riya, amal yang kita lakukan hanya akan sia-sia dan tanpa balasan dari yang Maha Kuasa.

Selanjutnya, berbuatlah sewajarnya. Jangan pernah berlebihan. Stabilkan hati kita saat berbuat kebaikan. Jangan terganggu jika ada yang memuji amal kita. Begitu pun saat ada yang mencela. Ingat, beramallah karena Allah, bukan karena manusia. Betapa pun besar kecilnya amal, akan tampak di hadapan Allah dan akan dirasakan balasannya:

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ * وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Artinya: “Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat biji gandum, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya,” (QS. Az-Zalzalah [99]: 7-8).

Hadirin rahimakumullah

Maksiat hati yang kedua adalah rasa ujub. Rasa atau sifat ujub sendiri yaitu melihat kemampuan beramal atau kemampuan taat kepada Allah datang dari diri sendiri. Sama halnya dengan sifat riya, sifat ujub juga dapat menghapus pahala amal. Tak hanya itu, sifat ujub biasanya ditandai dengan sifat takabur, sombong, angkuh, dan menolak kebenaran yang biasanya ditandai dengan melihat diri lebih terhormat, lebih mulia, dan lebih agung dari orang lain, serta melihat orang lain lebih rendah dari kita.

Dalam Al-Qur’an, sifat ujub dan sifat-sifat turunannya ini merupakan sifat yang tidak disukai Allah, sebagaimana dalam ayat yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong,” (QS. An-Nahl [16]: 23).

Selain itu, sifat sombong juga merupakan sifat yang membahayakan dan menjauhkan pelakunya dari balasan surga, sebagaimana yang diingatkan oleh Rasulullah saw dalam haditsnya:

لا يَدْخُلُ ‌الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

Artinya, “Tidak akan masuk surga bagi seseorang yang di dalam hatinya ada sebesar biji sawi dari sifat takabur,” (HR. Muslim).

Untuk menghindari sifat ujub, sombong, dan takabur ini, maka sadarilah bahwa semua manusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah. Semua manusia berasal dari tanah dan tercipta dari air hina. Sadari pula oleh kita bahwa yang membuat hamba istimewa di hadapan Allah hanyalah ketakwaan. Kendati ada perbedaan dan kelebihan harta atau jabatan, semua itu hanya titipan semata dari-Nya.

Sidang Jumat yang berbahagia

Maksiat hati yang ketiga adalah hasud dan dengki. Hasud artinya sifat tidak suka terhadap nikmat yang ada pada orang lain, bahkan jika bisa nikmat itu hilang dari orang tersebut dan beralih kepada diri kita. Sementara sifat dengki adalah menyembunyikan kebencian dan permusuhan terhadap orang lain. Orang yang memiliki sifat-sifat ini selalu merasa berat hatinya jika orang lain mendapat kebaikan atau nikmat.

Dalam Al-Qur’an, Allah sudah mewanti-wanti sifat hasud dan dengki ini. Salah satunya dalam ayat berikut ini:

وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِهٖ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍۗ

Artinya: “Janganlah kamu berangan-angan (iri hati) terhadap apa yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain,” (QS. An-Nisa [4]: 32).

Sementara dalam haditsnya, Rasulullah saw juga sudah mengingatkan perihal bahayanya sifat hasud.

إِنَّ ‌الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ

Artinya: “Sesungguhnya sifat hasud dapat memakan kebaikan seperti halnya api memakan kayu bakar,” (HR. Abu Dawud).

Selain itu, ada lima bahaya lain bagi pemilik rasa hasud dan dengki, yaitu selalu merasa bingung dan sempit yang tak berkesudahan, musibah yang tak mendapat balasan, bermunculannya perbuatan tak terpuji, terkuncinya pintu hidayah, dan tertimpanya murka Allah.

Untuk menghindari sifat hasud dan dengki, marilah kita memperbanyak syukur dan rasa rida terhadap pemberian Allah. Sebab, datangnya sifat hasud dan dengki ini biasanya datang dari hati yang tidak puas terhadap karunia Allah.

Hadirin rahimakumullah

Terakhir, bentuk maksiat hati adalah merasa ragu kepada Allah dan putus asa terhadap rahmat-Nya. Padahal, selaku seorang mukmin, kita wajib memiliki ‘aqaidul iman dan keyakinan yang kuat terhadap Allah. Yakin terhadap wujud atau keberadaan-Nya dan sifat-sifat wajib lainnya. Keraguan kepada-Nya selain merupakan maksiat hati juga merupakan dosa besar.

Demikian halnya dengan sifat putus asa terhadap rahmat dan ampunan Allah. Hal itu jelas merupakan hal yang dilarang dan tidak disukai Allah, sebagaimana dalam firman-Nya:

لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًاۗ

Artinya: “Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah Dzat yang mengampuni semua dosa,” (QS. Az Zumar [39]: 53).

Sifat ragu dan putus asa terhadap rahmat Allah, biasanya lahir sifat-sifat buruk lainnya seperti tidak sabar, tidak tawakal, menafikan takdir, bahkan sifat buruk sangka pada Allah.

Sidang Jumat yang dirahmati Allah

Untuk menghindari sifat buruk sangka pada Allah, marilah kita tingkatkan keimanan, keyakinan, dan keilmuan tentang Allah. Ingat, apa pun yang berikan kepada hamba-Nya adalah baik dan mendatangkan hikmah. Hanya pengetahuan kita saja yang terbatas dan tidak mengetahui rahasia-Nya.

Semoga kita jauh dari macam-macam maksiat hati dan diberi pertolongan oleh Allah untuk menjauhinya agar kita mampu menghadap Allah dengan membawa hati yang bersih.

وَلَا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ ، يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ، إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْن. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلاً وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَحَلاَلاً طَيِّبًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا. اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ وَالْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ. اللّهُمَّ قَنِّعْنَا بِمَا رَزَقْتَنَا وَبَارِكْ لَنَا فِيْمَا أَعْطَيْتَنَا وَاخْلُفْ عَلَيْنَا كُلَّ غَائِبَةٍ لَنَا مِنْكَ بِخَيْرٍ بِرَحْمَتِكَ يآ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

M. Tatam Wijaya: Penulis nuonline

Tidak Ada Doa yang Sia-sia

Ketua Lembaga Kajian Islam Aswaja (LKIA) UIM Al-Gazali: Dr. KH. Masykur Yusuf, M.Ag

UIM NEWS – Sebagai umat muslim, kita kerap merasa doa-doa kita tidak dikabulkan oleh Allah. Lantas, mengapa tidak semua doa dikabulkan oleh Allah?

Umat muslim dianjurkan untuk selalu berdoa dan hanya meminta kepada Allah swt. Namun, menurut para ulama tidak semua doa yang dipanjatkan itu diijabah oleh Allah dengan sejumlah alasan.

Sejumlah ulama mengatakan bahwa setiap doa yang dipanjatkan pasti akan dikabulkan oleh Allah swt. Hal ini sebagaimana penafsiran terhadap surat Al-Mu’min ayat 60 berikut ini:

ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ

Artinya: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu.” (QS. Al-Mu’min:60).

Sering kita mendengar curhat dari umat.Sepertinya saya doaku tidak diterima? Sering ada orang begitu kan? katakan kenapa Anda mengatakan begitu begitu karena keliru memahami hakikat doa.

Bukankah kita sering berdoa meminta kesehatan dan Allah kabulkan?.inilah yang banyak orang tidak menyadari karena kita sehat berarti doa diterima Allah. Apa yang paling pertama kita minta kalau kita berdoa? Pasti Kesehatan baru kita katakan tidak diterima.

Tidak diterima kapan doa aku. Macam-macam alasannya dalam kehidupan ini sehingga selalu menganggap doanya tidak diterima bahkan sering keluar kalimat doaku sia-sia. Oleh karena itu mari kita melihat benarkah itu tidak ada yang sia-sia.

Pertama doa itu perintah, perintah kalau perintah dilaksanakan atau tidak?.Karena perintah berdoalah terdapat dalam Surah Al-Baqarah ayat 186 “Ketika mereka bertanya tentang Aku maka katakanlah bahwa Aku dekat kalau mereka berdoa pasti Aku akan terima.

Sebagian umat Islam ketika berdoa ingin instan, seperti kita membeli kue, diserahkan uang tak langsung mau dapat kuenya.Sama halnya baru satu kali salat sudah mau diterima padahal harus maksimalkan dulu ibadah kita kepada Allah swt baru minta kepada Allah.Sekali lagi doa adalah perintah kalau perintah harus dilaksanakan.

Dr Rahmah: Gunakan Hati sebagai Sumber Kebaikan

UIM NEWS – Dalam upaya memberikan inspirasi dan menguatkan semangat spiritual mahasiswa dan dosen, Gugus Jaminan Mutu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Makassar (UIM) Al-Gazali, Dr. Hj. Rahmah Fitriana, S.Sos., M.Si., menyampaikan Kuliah Tujuh Menit (Kultum) setelah Sholat Dzuhur di Masjid Ash-Shahabah, Selasa (05/11/2024).

Kegiatan Kultum ini rutin dilaksanakan sebagai bagian dari program pembinaan karakter di UIM Al-Gazali, yang berupaya membentuk lingkungan akademik yang religius dan bermoral.

Dalam kultumnya, Dr. Hj. Rahmah mengangkat tema pentingnya menggunakan hati sebagai sumber kebaikan.

Ia menekankan bahwa hati manusia merupakan pusat dari segala niat dan perbuatan, yang apabila dijaga dengan baik dapat menjadi sumber kebaikan yang terus mengalir dalam kehidupan sehari-hari.

Dr. Hj. Rahmah memulai kultumnya dengan mengutip sebuah hadits yang menjelaskan di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging yang, jika baik, akan membuat seluruh tubuh menjadi baik, dan jika rusak, akan merusak seluruh tubuh pula.

Menurutnya, hati yang sehat akan mendorong manusia untuk selalu melakukan perbuatan baik, ikhlas, dan bermanfaat bagi orang lain.

Ia juga menjelaskan hati yang bersih akan mencerminkan karakter yang positif dan integritas dalam diri seseorang.

“Ketika kita menggunakan hati sebagai sumber kebaikan, kita akan lebih mudah menemukan jalan menuju ketenangan, kedamaian, dan kesuksesan sejati.

Dengan hati yang ikhlas, segala pekerjaan yang kita lakukan tidak hanya akan membawa manfaat bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain di sekitar kita,” ujar Dr. Hj.

Rahmah di hadapan jamaah yang terdiri dari dosen, mahasiswa, dan staf UIM Al-Gazali.

Dalam kesempatan tersebut, Dr. Hj. Rahmah juga menekankan pentingnya menjaga hati dalam lingkungan kampus.

Ia menyampaikan bahwa hati yang dijaga kebersihannya akan menjadi pelindung dari sikap negatif dan pemikiran buruk yang sering kali muncul dalam interaksi sosial.

Dalam konteks pendidikan, terutama di lingkungan kampus yang multikultural dan penuh tantangan, menjaga hati berarti menjaga kejujuran, rasa hormat, dan tanggung jawab sebagai bagian dari keluarga besar UIM Al-Gazali.

“Hati yang bersih akan menjadi tameng bagi kita dalam menghadapi segala godaan dan konflik yang mungkin muncul. Di lingkungan akademik, penting bagi kita untuk selalu memelihara hati agar dapat bekerja dengan ikhlas, melayani dengan tulus, dan menjunjung tinggi moralitas. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap kualitas diri kita, baik sebagai dosen, mahasiswa, maupun staf,” tambahnya.

Prof Muhammad Shuhufi Kupas Hukum Islam di Istighosah UIM

UIM NEWS – Kegiatan Istighosah di Masjid Ash Shahabah Universitas Islam Makassar (UIM) Al-Gazali menjadi momen bagi civitas akademika UIM Al-Gazali, Senin (04/11/2024)

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Dr. Muhammad Shuhufi, M.Ag, memberikan ceramah inspiratif terkait “Hukum Islam dan Ruang Lingkupnya,” mengupas peran penting hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari dan pengembangannya dalam berbagai aspek sosial dan akademik.

Kegiatan yang diawali dengan Sholat Dhuha bersama ini dihadiri oleh wakil rektor, dekan, dosen, mahasiswa, dan sejumlah staf UIM Al-Gazali.

Kegiatan berlangsung dengan menguatkan ikatan spiritual serta memperkaya pemahaman akademik bagi seluruh peserta.

Dalam pemaparannya, Prof. Dr. Muhammad Shuhufi menekankan bahwa hukum Islam merupakan bagian integral dari kehidupan umat Muslim, tidak hanya mengatur ibadah tetapi juga hubungan sosial, ekonomi, politik, dan bahkan pendidikan.

Ia menyampaikan bahwa pemahaman hukum Islam yang komprehensif dan kontekstual sangat diperlukan untuk menjawab berbagai tantangan zaman yang terus berkembang.

“Hukum Islam itu luas dan fleksibel. Dalam berbagai kondisi, hukum ini mampu memberikan solusi yang relevan, asalkan kita memahami konteks dan hikmah di balik setiap ketentuannya,” ujarnya.

Ia menegaskan ruang lingkup hukum Islam meliputi aspek kehidupan yang beragam, mulai dari muamalah (hubungan sosial) hingga siyasah (politik) dan tata kelola pemerintahan.

Selain itu, Prof. Dr. Shuhufi juga menjelaskan tentang berbagai cabang dalam hukum Islam seperti Fiqih, Ushul Fiqih, Qawa’id Fiqhiyah (kaidah-kaidah fiqih), yang masing-masing memiliki peran penting dalam mendalami ajaran Islam secara mendalam.

Ia mengajak mahasiswa dan dosen UIM Al-Gazali untuk terus memperdalam ilmu ini agar mampu menerapkan nilai-nilai Islam dengan baik, terutama dalam menghadapi tantangan di era modern.

Rektor UIM Al-Gazali, Prof. Dr. H. Muammar Bakry, Lc., M.Ag, mengapresiasi pemaparan Prof. Dr. Shuhufi.

Ia berharap agar kegiatan seperti ini bisa menjadi agenda rutin untuk memperkaya wawasan spiritual dan intelektual civitas akademika.

“Sebagai universitas Islam, kita memiliki tanggung jawab besar untuk membekali generasi muda dengan pemahaman yang benar dan mendalam tentang ajaran Islam, termasuk di dalamnya adalah hukum Islam,” ungkapnya.

Nisma Arisha Masdar: Sedekah Kunci Berkah

UIM NEWS – Ketua Program Studi Administrasi Fiskal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Makassar (UIM) Al-Gazali, Nisma Arisha Masdar, SE., M.Ak, memberikan penekanan pentingnya bersedekah dalam Kultum Dhuhur yang berlangsung di Masjid Ash Shahabah UIM Al-Gazali, Selasa (29/10/2024).

Dalam kesempatan tersebut, Nisma menyampaikan, sedekah adalah salah satu amal ibadah yang memiliki makna mendalam dan sangat signifikan bagi kehidupan umat manusia.

Nisma Arisha menjelaskan, sedekah tidak akan mengurangi harta seseorang. Sebaliknya, tindakan berbagi ini justru dapat membawa berkah dan keberuntungan bagi si pemberi.

“Sering kali kita merasa ragu untuk bersedekah karena takut harta kita berkurang. Namun, hakikatnya, sedekah justru akan menambah rezeki kita,” ujarnya.

Nisma mengutip berbagai ayat Al-Qur’an dan hadis yang menegaskan bahwa Allah SWT akan melipatgandakan pahala bagi mereka yang bersedekah.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa sedekah merupakan ibadah yang sangat mudah dilakukan, namun pahalanya sangat besar di akhirat.

“Bersedekah itu sederhana, bisa dimulai dengan memberikan senyum, membantu tetangga, atau memberikan sebagian harta kita kepada yang membutuhkan. Namun, timbangannya sangat berat di sisi Allah,” tuturnya.

Ia juga menegaskan bahwa sedekah memiliki keutamaan dan manfaat tidak hanya untuk kebaikan di dunia, tetapi juga untuk kebaikan di akherat.

Nisma Arisha menekankan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, umat Islam perlu memperbanyak amalan sedekah.

Ia mengajak seluruh jamaah untuk menjadikan sedekah sebagai bagian dari gaya hidup, tidak hanya sebagai kewajiban agama, tetapi juga sebagai bentuk kepedulian sosial terhadap sesama.

“Marilah kita ciptakan lingkungan yang saling membantu, karena sedekah dapat menjadi jembatan untuk memperkuat tali persaudaraan di antara kita,” tambahnya.

Kultum ini dihadiri oleh mahasiswa dan dosen UIM Al-Gazali, yang menunjukkan antusiasme mereka terhadap materi yang disampaikan.

Nisma berharap, dengan adanya kegiatan seperti ini, kesadaran tentang pentingnya sedekah dapat semakin meningkat di kalangan civitas akademika.

“Semoga kita semua bisa menjadi orang-orang yang dermawan dan senantiasa ingat untuk berbagi dengan sesama,” pungkasnya.

Istiqomah dalam Ibadah: Khutbah Dr Nasir di Masjid UIM

UIM NEWS – Masjid Ash Shahabah Universitas Islam Makassar (UIM) Al-Gazali, menjadi saksi penyampaian khutbah Jumat penuh makna oleh Dr. H. M. Nasir Nawawi, Jumat (01/11/2024).

Dalam khutbahnya, Dr. Nasir mengangkat tema pentingnya istiqomah dalam menjalankan ibadah dan muamalah, menekankan bahwa sifat istiqomah adalah fondasi bagi setiap Muslim dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Di awal khutbahnya, Dr. Nasir menegaskan pentingnya konsistensi dalam ibadah sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT.

Ia mengutip firman Allah dalam Al-Quran yang menjelaskan bahwa tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah Allah semata.

“Kita hadir di dunia ini dengan tujuan yang mulia, yaitu untuk mengabdi kepada Sang Pencipta. Oleh karena itu, setiap aspek kehidupan kita hendaknya diwarnai oleh ketaatan dan ketundukan kepada-Nya,” tutur Dr. Nasir dengan penuh keyakinan.

Dalam uraian khutbahnya, Dr. Nasir menyoroti bahwa istiqomah bukanlah hal yang mudah, namun merupakan sifat yang perlu diupayakan secara terus-menerus.

“Istiqomah berarti teguh pendirian dalam kebaikan. Seorang Muslim harus tetap berpegang pada ajaran Islam, baik dalam kondisi lapang maupun sempit,” jelasnya.

Ia mengingatkan istiqomah mencakup ketetapan hati dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan dalam bersikap jujur, amanah, dan adil dalam perbuatan muamalah.

Lebih lanjut, Dr. Nasir menekankan istiqomah bukan hanya terbatas pada ibadah ritual seperti salat dan puasa, tetapi juga mencakup perilaku dalam kehidupan sosial.

“Ketika kita menjalankan muamalah atau interaksi sosial, kita harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam yang menjunjung keadilan, kejujuran, dan kebajikan,” ujarnya.

Menurutnya, dengan sifat istiqomah ini, seorang Muslim akan mencerminkan nilai-nilai Islam yang membawa kedamaian dan kebaikan bagi sesama.

Dr. Nasir juga menyadaridalam praktiknya, istiqomah sering kali menghadapi berbagai rintangan, baik dari dalam diri maupun dari lingkungan sekitar.

Ia mengingatkan setan dan hawa nafsu adalah musuh utama yang sering menggoda manusia untuk menjauh dari jalan kebenaran.

“Terkadang, godaan duniawi membuat kita tergelincir dari istiqomah. Namun, seorang Muslim yang sejati harus senantiasa berusaha untuk kembali kepada Allah dan memperkuat niatnya,” ujarnya.

Ia juga mengajak jamaah untuk memperbanyak istighfar dan dzikir sebagai upaya memohon pertolongan Allah dalam menghadapi godaan dan cobaan yang menghalangi istiqomah.

“Setiap Muslim harus sadar bahwa kemampuan untuk istiqomah adalah anugerah dari Allah. Maka dari itu, marilah kita perbanyak doa dan dzikir agar Allah senantiasa memberikan kekuatan kepada kita,” pesannya.

Di akhir khutbah, Dr. Nasir menekankan sifat istiqomah memiliki dampak yang luas dalam kehidupan bermasyarakat.

Dengan istiqomah, seorang Muslim dapat berkontribusi dalam membangun masyarakat yang adil, sejahtera, dan harmonis sesuai dengan nilai-nilai Islam.

“Bila setiap Muslim dapat menjalankan hidup dengan istiqomah, maka masyarakat kita akan menjadi lebih baik dan jauh dari berbagai masalah sosial,” tegasnya.

Khutbah Jumat ini memberikan pesan yang mendalam bagi seluruh jamaah yang hadir. Tema istiqomah yang disampaikan Dr. Nasir diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa dan civitas akademika UIM Al-Gazali untuk terus menjaga keistiqomahan dalam menjalani peran mereka sebagai insan akademis yang beriman dan berakhlak mulia.

Khutbah Jumat: Berkah Istiqamah dalam Ibadah dan Muamalah

UIMIstiqamah adalah keteguhan hati dalam menempuh jalan yang diridlai Allah, baik dalam ibadah kepada-Nya maupun dalam berinteraksi dengan sesama manusia (muamalah).

Istiqamah bukan hanya sekadar melakukan ibadah dengan ukuran kuantitas, tetapi terus menerus dalam menjalankan perintah Allah dengan meningkatkan kualitas dalam setiap aspek kehidupan.

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ . وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُصَلُّونَ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Menjadi kewajiban bagi khatib untuk menyampaikan wasiat takwa dalam setiap khutbahnya. Oleh karena itu mengawali khutbah Jumat ini, mari kita kuatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah dengan senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Ketakwaan harus kita lakukan secara konsisten dan berkesinambungan sehingga bukan hanya berdampak pada kuantitas takwa namun juga kualitasnya.

Konsisten dan berkesinambungan yang dalam bahasa Arab disebut sebagai istiqamah. Hal ini merupakan unsur yang sangat penting dalam ibadah dan muamalah kita sehari-hari. Dengan istiqamah, kita akan senantiasa meraih keberkahan dalam setiap aktivitas kehidupan dan akan mendapatkan ganjaran dari Allah swt. Firman Allah dalam Surat Fussilat ayat 30 menyebutkan:

اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian tetap (dalam pendiriannya), akan turun malaikat-malaikat kepada mereka (seraya berkata), “Janganlah kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.”

Allah juga menjanjikan bagi umat Islam yang bisa menjaga keistiqamahannya dengan menganugerahkan rezeki yang banyak dan mampu mencukupinya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Jin ayat 16:

وَّاَنْ لَّوِ اسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لَاَسْقَيْنٰهُمْ مَّاۤءً غَدَقًاۙ

Artinya: “Seandainya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), niscaya Kami akan mencurahkan air yang banyak (rezeki yang cukup).”

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Dalam kehidupan ini, kita sering menghadapi berbagai dinamika yang berdampak pada naik turunnya semangat menjalankan berbagai aktivitas termasuk dalam hal ibadah dan muamalah. Kondisi ini tentu perlu kita sikapi dengan bijak. Di kala kita berada pada puncak semangat untuk beribadah dan bermuamalah, kita harus sekuat tenaga mempertahankannya. Namun ketika memang kita sedang berada dalam kondisi terpuruk dan kurang motivasi dalam beribadah dan bermuamalah, kita juga harus mencari cara bagaimana meningkatkannya.

Terkait dengan hal ini, istiqamah menjadi solusinya. Istiqamah bisa kita artikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsisten dalam melakukan sesuatu. Ada peribahasa yang berbunyi: “Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit”. Peribahasa ini menggambarkan bagaimana konsistensi menjadi hal yang penting untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas yang baik. Dalam hal ini Rasulullah SAW juga pernah bersabda dalam Hadits Riwayat Imam Muslim:

أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

Artinya: “Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang terus-menerus (dilakukan) meskipun sedikit.”

Dengan senantiasa menguatkan keistiqamahan dalam kondisi senang maupun susah, maka kita akan mampu merasakan manisnya amal walaupun hal itu dilakukan sedikit demi sedikit. Terkadang kita berusaha menambah amalan shalat, dzikir dan doa karena kita sedang menghadapi masalah. Karena hal ini bukan karena sebuah keistiqamahan, maka terkadang sulit untuk menikmatinya dan tidak berdampak signifikan terhadap kondisi spiritual kita.

Ulama sufi menyebut bahwa istiqamah memiliki banyak keistimewaan seperti karamah atau kemuliaan bagi pelakunya. “Al-Istiqamatu khairun min alfi karamah” (Istiqamah lebih baik dari seribu karamah). Ketika sikap istiqamah mampu dilakukan dan didasari dengan niatan tulus dan ikhlas, maka semangat dalam beribadah dan bermuamalah pun akan terus tertanam dalam jiwa. Apapun aktivitas yang didasari oleh semangat, rasa senang, cinta, dan tak ada beban, maka pasti akan menghasilkan kualitas yang baik.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Untuk menumbuhkan istiqamah, perlu kiranya kita mengikis harapan-harapan besar dari apa yang kita lakukan. Hal ini dilakukan untuk menjaga diri dari pengharapan yang tidak kesampaian yang mengakibatkan kekecewaan. Maka dalam istiqamah, ada keikhlasan di dalamnya sehingga ketika kita shalat misalnya, kita harus menjadikannya sebagai kebutuhan bukan sekadar menginginkan surga sebagai imbalan.

Jika kita meminta kepada Allah, mari jadikan doa kita lebih utama dari pada terkabulnya doa kita. Orang yang istiqamah menyadari bahwa doa adalah bentuk komunikasi langsung dengan Allah. Intinya bukan sekadar permohonan agar Allah mengabulkan keinginan kita, tetapi justru kedekatan dengan-Nya saat berdoa yang menjadi tujuan utama. Kebahagiaan sejati terletak pada proses berdoa, bukan pada terkabulnya doa tersebut.

Begitu juga saat kita memohon ampun kepada Allah, jadikan tobat lebih utama daripada ampunan. Orang yang istiqamah akan lebih berfokus pada pentingnya proses tobat sebagai bentuk kesadaran dan penyesalan atas kesalahan, dibandingkan dengan sekadar mendapatkan ampunan. Kesungguhan dalam bertobat, merasakan perubahan hati, dan berkomitmen untuk memperbaiki diri adalah esensi yang lebih diutamakan.

Semua yang dilakukan oleh orang-orang yang istiqamah adalah untuk menggapai berkah dan ridha Allah, mengokohkan iman, dan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Istiqamah akan menjaga seseorang tetap di jalan kebenaran, memperkuat hubungannya dengan Allah, dan menggapai keselamatan abadi.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Menutup khutbah ini, mari kita bermohon kepada Allah swt agar senantiasa menganugerahkan istiqamah kepada kita semua dalam hal ibadah dan muamalah. Mari kita berdoa seperti doa yang dipanjatkan Imam al-Hasan al-Bashri:

اللهم أَنْتَ رَبُّنَا فَارْزُقْنَا الْاسْتِقَامَةَ

Artinya: “Ya Allah, Engkau adalah Tuhan kami, maka karuniakanlah kepada kami istiqamah di jalan-Mu.”

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدِنِ ابْنِ عَبدِ الله، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَة. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُسلِمُونَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَاعْلَمُوا إِنَّ اللهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَواْ وَّالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ. قَالَ تَعاَلَى: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى، يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ

عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر

Ustadz H Muhammad Faizin: Penulis nuonline

UIM Tegaskan Komitmen Cegah Kekerasan Seksual di Kampus

UIM NEWS – Universitas Islam Makassar (UIM) Al-Gazali terus menunjukkan komitmen yang kuat dalam melakukan pencegahan dan penanganan kekerasan seksual (PPKS) di lingkungan kampus.

Hal ini terbukti dengan kehadiran Tim Satuan Tugas (SATGAS) PPKS UIM Al-Gazali dalam kegiatan Sharing Session and Best Practice yang diselenggarakan oleh Universitas Hasanuddin (Unhas).

Kegiatan ini diadakan di Unhas Hotel dan Convention, dihadiri oleh seluruh perguruan tinggi di bawah naungan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah IX, Kamis (31/10/2024).

Kegiatan ini bertujuan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman terkait pencegahan serta penanganan kekerasan seksual di lingkungan perguruan tinggi.

Dalam kegiatan ini, Tim SATGAS PPKS UIM Al-Gazali dipimpin oleh Dr. Hambali Husaini, SH., MH, selaku Ketua Tim menekankan pentingnya kolaborasi antar perguruan tinggi untuk menciptakan lingkungan akademik yang aman dan nyaman bagi seluruh mahasiswa.

“Kolaborasi antar institusi pendidikan sangatlah penting. Kami perlu bersinergi untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari kekerasan seksual. Dengan kerjasama ini, kita bisa saling mendukung dalam memberikan perlindungan kepada mahasiswa dan menciptakan budaya saling menghormati,” ungkap Dr. Hambali.

Selain itu, Dr. Hambali juga menggarisbawahi perlunya implementasi kebijakan yang tegas dan edukasi berkelanjutan sebagai langkah preventif untuk mencegah kekerasan seksual di kampus.

Edukasi yang menyeluruh kepada mahasiswa dan staf pengajar diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai isu ini, sehingga mereka dapat berperan aktif dalam mencegah terjadinya kekerasan seksual.

Sekretaris Tim SATGAS PPKS UIM Al-Gazali, Fathuddin, S.Sos, menyampaikan tantangan dalam pencegahan kekerasan seksual memerlukan perhatian serius dari semua pihak.

Ia menegaskan pencegahan bukan hanya tugas satu pihak, melainkan membutuhkan sinergi antara institusi, mahasiswa, dan masyarakat.

“Pencegahan kekerasan seksual adalah tanggung jawab bersama. Kami mengajak semua pihak untuk turut berperan aktif, baik itu dari kalangan akademisi, mahasiswa, maupun masyarakat luas,” ujar Fathuddin.

Kegiatan Sharing Session and Best Practice ini diisi dengan berbagai sesi diskusi, presentasi, dan berbagi pengalaman dari perguruan tinggi lain mengenai praktik terbaik dalam menangani dan mencegah kekerasan seksual.

Peserta juga diberikan kesempatan untuk mendiskusikan tantangan yang dihadapi di masing-masing institusi serta mencari solusi bersama.

Dengan langkah-langkah yang diambil oleh UIM Al-Gazali, diharapkan kampus ini bisa menjadi contoh bagi perguruan tinggi lain dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman, serta mendukung upaya pencegahan kekerasan seksual di kalangan mahasiswa.

Kegiatan ini menjadi salah satu wujud nyata dari komitmen UIM Al-Gazali untuk melindungi hak dan martabat seluruh civitas akademika di lingkungan kampus.

UIM Ikuti Sharing Session: Komitmen Cegah Kekerasan Seksual

UIM NEWS – Universitas Islam Makassar (UIM) Al-Gazali mengambil bagian dalam kegiatan Sharing Session and Best Practice mengenai Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) di Lingkup Perguruan Tinggi.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Universitas Hasanuddin (Unhas) dan dihadiri oleh seluruh perguruan tinggi di bawah naungan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah IX. Kegiatan ini berlangsung di Unhas Hotel dan Convention, Kamis (31/10/2024).

Kegiatan ini bertujuan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman terkait pencegahan serta penanganan kekerasan seksual di lingkungan perguruan tinggi.

Selain itu, kegiatan ini juga menjadi forum diskusi untuk menyusun langkah-langkah yang efektif dalam menangani masalah serius ini yang semakin menjadi perhatian di kalangan mahasiswa dan masyarakat luas.

Tim Satuan Tugas (SATGAS) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) UIM Al-Gazali hadir dalam kegiatan ini, dipimpin oleh Ketua Tim, Dr. Hambali Husaini, SH., MH.

Dalam kesempatan ini, Dr. Hambali menekankan pentingnya kolaborasi antar perguruan tinggi untuk menciptakan lingkungan akademik yang aman dan nyaman bagi seluruh mahasiswa.

Ia juga menggarisbawahi perlunya implementasi kebijakan yang tegas dan edukasi berkelanjutan untuk mencegah kekerasan seksual di kampus.

Dalam kegiatan ini juga, Sekretaris Tim SATGAS PPKS UIM Al-Gazali, Fathuddin, S.Sos, menyampaikan tantangan dalam pencegahan kekerasan seksual memerlukan perhatian serius dari semua pihak.

“Pencegahan bukan hanya tugas satu pihak saja, melainkan membutuhkan sinergi antara institusi, mahasiswa, dan masyarakat,” ujarnya.

Kegiatan ini diisi dengan berbagai sesi diskusi, presentasi, dan berbagi pengalaman dari perguruan tinggi lain mengenai praktik terbaik dalam menangani dan mencegah kekerasan seksual.

Peserta diberikan kesempatan untuk berdialog dan bertukar ide demi menciptakan solusi yang tepat dan efektif.

UIM Al-Gazali, sebagai bagian dari upaya peningkatan kesadaran dan penanganan kekerasan seksual, berharap dapat terus berkontribusi dalam kegiatan serupa dan menjalin kerja sama dengan institusi lain.

Kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan langkah-langkah konkret dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih aman dan nyaman, serta melindungi hak-hak mahasiswa di perguruan tinggi.

Dengan keterlibatan aktif dalam forum-forum seperti ini, UIM Al-Gazali menunjukkan komitmennya dalam mendukung kebijakan dan program-program yang mendorong pencegahan dan penanganan kekerasan seksual, serta memperkuat nilai-nilai integritas dan keselamatan di lingkungan kampus.