JATMAN Sulsel Hadiri Pelantikan Ikhwan Tarekatul Muhammadiyah

UIM NEWS – Dalam semangat mempererat ukhuwah tarekat dan memperluas dakwah spiritual yang berlandaskan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah, Mudir Idarah Wustha Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) Sulawesi Selatan, Prof. Dr. H. Abd. Kadir Ahmad, M.Si., APU, menghadiri sekaligus membersamai pelantikan pengurus Ikhwan Tarekatul Muhammadiyah Indonesia serta peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw.

Kegiatan yang berlangsung di Aula Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI Makassar, dihadiri oleh para ikhwan, mursyid, dan jamaah tarekat dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan. Minggu (19/10/2025).

Kehadiran Mudir JATMAN Sulsel dalam kegiatan ini merupakan bagian dari program “JATMAN Menyapa”, sebuah inisiatif yang digagas untuk mempererat silaturahim dan sinergi antar-tarekat muktabarah yang bernaung di bawah JATMAN.

Program ini bertujuan memperkuat koordinasi, meningkatkan kapasitas spiritual, serta memastikan setiap tarekat tetap berada dalam koridor ajaran yang lurus dan berkesinambungan.

“Kehadiran kita di sini adalah bentuk kepedulian dan komitmen JATMAN untuk terus membersamai setiap tarekat muktabarah. Kita ingin memastikan nilai-nilai keikhlasan, pengabdian, dan cinta Rasulullah Saw tetap menjadi fondasi dalam setiap aktivitas tarekat,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Mudir JATMAN Sulsel menyampaikan apresiasi mendalam kepada Tarekat Muhammadiyah Sanusiayah Idrisiyah, yang dinilai konsisten menjalankan kegiatan isyraqy dan pengamalan ajaran tarekat secara istiqamah.

“Tarekat Muhammadiyah Sanusiayah Idrisiyah menjadi contoh nyata bagaimana ajaran tarekat dapat hidup dan berkembang melalui praksis keagamaan yang berkelanjutan. Konsistensi dalam kegiatan isyraqy menunjukkan kedalaman spiritual dan komitmen terhadap pembinaan umat,” ungkapnya.

Ia menambahkan, semangat yang ditunjukkan oleh jamaah Tarekat Muhammadiyah Indonesia ini sejalan dengan visi JATMAN untuk menghidupkan tradisi tasawuf amali di tengah masyarakat modern yang haus akan ketenangan dan nilai-nilai spiritual.

Selain menghadiri peringatan Maulid Nabi, Prof. Abd. Kadir juga turut mendukung pengukuhan pengurus Majelis Ikhwan Indonesia periode 2025–2028.

Dalam arahannya, ia menekankan pentingnya penguatan struktur dan konsolidasi kelembagaan tarekat agar mampu berperan lebih luas dalam pembinaan umat dan pendidikan spiritual.

“Pengukuhan ini bukan sekadar seremonial, tetapi momentum untuk memperkuat barisan dan memperluas jangkauan dakwah tarekat. Semakin kuat organisasi, semakin besar pula kontribusinya bagi masyarakat dan bangsa,” tegasnya.

Mudir JATMAN Sulsel juga mengungkapkan rasa syukur atas perkembangan pesat tarekat di wilayah Sulawesi Selatan.

Hingga saat ini, telah terbentuk 24 zawiyah aktif yang tersebar di berbagai daerah, baik yang berbasis masjid, pesantren, maupun satuan majelis ikhwan.

Perkembangan ini menunjukkan semangat spiritual dan pengamalan tarekat semakin diterima oleh masyarakat, khususnya generasi muda yang mencari kedalaman makna dalam kehidupan beragama.

“Alhamdulillah, perkembangan tarekat di Sulawesi Selatan sangat menggembirakan. Kita berharap gerakan ini terus tumbuh dalam koridor ajaran yang shahih dan menjadi perekat ukhuwah di tengah umat,” tutur Prof. Abd. Kadir.

Kegiatan pelantikan pengurus Ikhwan Tarekatul Muhammadiyah Indonesia ini juga dirangkaikan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, yang berlangsung khidmat dan sarat makna.

Peringatan ini menjadi penegasan tarekat bukan hanya wadah amaliah ritual, tetapi juga jalan cinta dan pembentukan akhlak Rasulullah Saw.

“Semoga kegiatan seperti ini menjadi inspirasi bagi tarekat lain untuk terus bergerak, memperkuat ukhuwah, dan menebar cahaya spiritual di tengah masyarakat,” pungkas Prof. Abd. Kadir Ahmad.

JATMAN Sulsel Gelar Harlah ke-68 dan Silaturahmi TQN

UIM NEWS – Pengurus Wilayah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) Sulawesi Selatan menggelar peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-68 tahun yang dirangkaikan dengan silaturahmi jamaah Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN).

Kegiatan penuh makna ini berlangsung di Masjid Terapung Amirul Mukminin, Pantai Losari Makassar, Jumat malam (17/10/2025).

Kegiatan dimulai usai pelaksanaan salat Isya berjamaah. Para jamaah dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan hadir di masjid terapung yang menjadi ikon spiritual dan wisata religi Kota Makassar.

Peringatan Harlah ke-68 JATMAN tahun ini tidak hanya menjadi momentum untuk bersyukur atas panjangnya perjalanan organisasi tarekat yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU) tersebut, tetapi juga untuk memperkuat ukhuwah dan konsolidasi spiritual antar-ikhwan tarekat.

Mudir JATMAN Sulsel, Prof. Dr. H. Abd Kadir Ahmad, M.Si., APU, menegaskan kegiatan ini merupakan bagian dari upaya menjaga semangat kebersamaan dan kesinambungan ajaran tasawuf di tengah dinamika zaman.

“Kegiatan ini merupakan wujud syukur dan momen penting untuk mempererat tali silaturahmi antar-ikhwan, serta mendiskusikan perkembangan thariqah di tanah Bugis-Makassar,” ujar Prof. Abd Kadir Ahmad.

Ia juga menambahkan JATMAN sebagai wadah resmi thariqah yang mu’tabarah di lingkungan Nahdlatul Ulama memiliki peran strategis dalam menjaga keseimbangan spiritual masyarakat dan menjadi penopang moralitas umat di tengah arus modernitas.

Puncak acara Harlah JATMAN Sulsel ini diisi dengan tausiyah ketareqahan oleh Mursyid TQN, Syekh K.H. Muhammad Anshori al-Qadiri, S.Ag, yang memberikan wejangan mendalam tentang pentingnya menjaga keikhlasan, kebersihan hati, dan istiqamah dalam mengamalkan dzikir sebagai jalan menuju kedekatan dengan Allah SWT.

Dalam tausiyahnya, Syekh Anshori mengingatkan bahwa thariqah bukan sekadar amalan ritual, tetapi juga pendidikan spiritual yang membentuk karakter dan akhlak.

“Tarekat adalah jalan penyucian diri. Melalui dzikir dan muraqabah, seorang salik diajak untuk kembali mengenali jati dirinya sebagai hamba Allah yang penuh kasih dan rahmat,” ungkap Syekh Anshori di hadapan jamaah.

Usai tausiyah, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi ketareqahan antara pengurus JATMAN Sulsel dan para ikhwan TQN. Forum ini menjadi ruang bertukar pikiran dan merumuskan strategi penguatan peran tarekat dalam kehidupan sosial-keagamaan di masyarakat Sulawesi Selatan.

Sebagai penutup, acara diakhiri dengan doa bersama yang dipimpin oleh Rais JATMAN Sulsel, Dr. K.H. Muhaemin Badruddin, M.Ag. Dalam doanya, beliau memohon keberkahan, keistiqamahan, serta kekuatan bagi seluruh ikhwan thariqah untuk terus menebar kedamaian dan nilai-nilai tasawuf dalam kehidupan sehari-hari.

Semangat ukhuwah dan ketulusan para jamaah menjadi penegasan JATMAN tetap eksis sebagai garda spiritual bangsa dalam menjaga nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di bumi Sulawesi Selatan.

Khutbah Jumat: Merawat Alam, Menghormati Makhluk Allah

UIM – Menjaga alam bukan sekadar tindakan ekologis, tetapi juga bentuk ibadah dan rasa syukur kepada Allah atas amanah-Nya sebagai khalifah di bumi. Alam adalah makhluk Allah yang juga hidup, bertasbih, dan tunduk kepada-Nya. Maka merawat alam berarti menghormati ciptaan-Nya dan menunaikan tanggung jawab kita sebagai penjaga keseimbangan kehidupan.

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَمَرَ بِالصِّدْقِ فِي الْمُعَامَلَاتِ وَالنِّيَّاتِ، وَنَهَى عَنِ الْغِشِّ وَالْخِيَانَاتِ، وَجَعَلَ الصِّدْقَ سَبَبًا لِبَرَكَةِ الرِّزْقِ وَزِيَادَةِ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَاتِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، الْمَلِكُ الْمُعِينُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الصَّادِقُ الْأَمِينُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ الطَّاهِرِينَ، وَأَصْحَابِهِ الرَّاشِدِينَ، وَمَنْ سَارَ عَلَىٰ دَرْبِهِمْ وَاتَّبَعَ نَهْجَهُمْ إِلَىٰ يَوْمِ الدِّيْنِ

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّٰهِ الْعَزِيزِ الْمَتِيْنِ، وَقَدْ قَالَ تَعَالَى فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ: تُسَبِّحُ لَهُ السَّمٰوٰتُ السَّبْعُ وَالْاَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّۗ وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهٖ وَلٰكِنْ لَّا تَفْقَهُوْنَ تَسْبِيْحَهُمْۗ اِنَّهٗ كَانَ حَلِيْمًا غَفُوْرًا

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, Tuhan yang menciptakan langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada di antara keduanya. Dialah yang mengatur peredaran matahari, bulan, angin, dan air; Dialah yang memberi kehidupan kepada seluruh makhluk yang tampak maupun yang tidak tampak. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, suri teladan yang penuh kasih terhadap seluruh ciptaan Allah.

Pada siang hari yang diberkahi ini, mari kita sama-sama menjaga dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah, sebagaimana dirumuskan oleh para ulama, yaitu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Alam semesta yang kita pijak dan kita huni ini bukanlah benda mati yang tanpa jiwa. Di dalam pandangan Islam, seluruh alam adalah makhluk Allah yang hidup dalam ketaatan kepada-Nya. Mereka memiliki bentuk kehidupan sesuai kadar dan cara yang Allah kehendaki. Mereka tunduk kepada hukum-Nya, mereka bertasbih dan memuji-Nya, meskipun manusia sering kali tidak memahami bahasa tasbih mereka. Allah menegaskan hal ini dalam firman-Nya yang agung:

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمٰوٰتُ السَّبْعُ وَالْاَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّۗ وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهٖ وَلٰكِنْ لَّا تَفْقَهُوْنَ تَسْبِيْحَهُمْۗ اِنَّهٗ كَانَ حَلِيْمًا غَفُوْرًا

Artinya, “Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya senantiasa bertasbih kepada Allah. Tidak ada sesuatu pun, kecuali senantiasa bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Isra’: 44)

Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa seluruh makhluk memiliki kesadaran untuk memuji Allah. Batu, tanah, air, udara, bahkan partikel kecil yang tak tampak mata, semuanya hidup dalam zikir dan ketaatan kepada Sang Pencipta. Alam tidak diam, ia terus berzikir, hanya saja manusia tidak dapat menangkap bahasa mereka. Kita sibuk dengan urusan dunia, sementara alam terus tunduk kepada perintah Allah dengan caranya sendiri.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun telah menunjukkan kepada kita bukti nyata bahwa makhluk selain manusia memiliki kesadaran dan pengenalan terhadap kebenaran. Dalam sebuah hadits sahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, beliau bersabda:

إِنِّي لَأَعْرِفُ حَجَرًا بِمَكَّةَ كَانَ يُسَلِّمُ عَلَيَّ قَبْلَ أَنْ أُبْعَثَ، إِنِّي لَأَعْرِفُهُ الْآنَ

Artinya, “Aku masih mengenal sebuah batu di Makkah yang selalu memberi salam kepadaku sebelum aku diutus menjadi nabi, dan aku masih mengenalnya sekarang.” (HR. Muslim).

Hadits ini, saudara-saudara sekalian, menunjukkan bahwa bahkan batu yang tampak keras dan diam itu memiliki bentuk kehidupan dan kesadaran yang Allah berikan kepadanya. Imam Nawawi dalam kitab Syarh Shahih Muslim jilid 15, halaman 37 menjelaskan bahwa dalam hadits ini terdapat mukjizat bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan di dalamnya terdapat penegasan bahwa sebagian benda mati memiliki kemampuan membedakan dan mengenal.

Hal ini sesuai dengan firman Allah tentang batu-batu yang jatuh karena takut kepada Allah, dan juga sesuai dengan firman-Nya, “Tidak ada sesuatu pun kecuali bertasbih dengan memuji-Nya.” Allah menjadikan pada setiap makhluk kemampuan mengenal dan membedakan sesuai dengan kadar yang Dia kehendaki.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Kisah lain yang juga menggambarkan bahwa alam hidup dan memiliki rasa adalah peristiwa batang pohon kurma yang menangis karena rindu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يَخْطُبُ إِلَى جِذْعٍ، فَلَمَّا اتَّخَذَ الْمِنْبَرَ تَحَوَّلَ إِلَيْهِ، فَحَنَّ الْجِذْعُ كَحَنِينِ الْعِشَارِ، فَنَزَلَ النَّبِيُّ ﷺ فَضَمَّهُ إِلَيْهِ، فَسَكَنَ

Artinya, “Dari Jabir bin Abdullah RA, ia berkata: Nabi SAW dahulu berkhutbah bersandar pada batang pohon kurma. Ketika beliau membuat mimbar dan berpindah ke sana, batang itu pun menangis seperti unta betina yang sedang hamil. Lalu Nabi SAW turun dan memeluknya hingga tenang.” (HR. Bukhari).

Imam Al-Qasthalani dalam kitab Irsyadus Sari jilid 6 halaman 45, menjelaskan bahwa peristiwa ini menunjukkan bahwa Allah telah menciptakan kehidupan, akal, dan rasa rindu dalam batang pohon tersebut.

وَهٰذَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى خَلَقَ فِيهِ الْحَيَاةَ وَالْعَقْلَ وَالشَّوْقَ، وَلِهٰذَا حَنَّ

Artinya, “Dan ini menunjukkan bahwa Allah Ta‘ala telah menciptakan padanya kehidupan, akal, dan kerinduan; karena itulah ia merintih (atau mengeluarkan suara rindu).”

Pohon itu menangis karena kehilangan kedekatannya dengan Rasulullah SAW. Namun, ketika beliau memeluknya, pohon itu pun tenang kembali. Peristiwa ini bukan sekadar mukjizat, tetapi juga pelajaran berharga bagi kita semua, bahwa makhluk di sekitar kita juga hidup, dan mereka pun dapat merasakan sesuatu sesuai kehendak Allah.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Jika sebatang pohon dapat menangis karena rindu kepada Rasulullah, dan bahkan batu pun mengenal beliau, maka betapa tidak berperasaannya manusia apabila justru merusak alam yang senantiasa bertasbih memuji Allah.

Padahal manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi, sebagai penjaga keseimbangan dan kemakmuran alam. Allah mempercayakan bumi kepada kita, bukan untuk dikeruk tanpa batas, tetapi untuk dijaga, dirawat, dan dimakmurkan.

Maka ketika manusia menebang hutan tanpa kendali, mencemari air, menumpuk sampah, dan mengotori udara, sesungguhnya ia sedang mengganggu makhluk-makhluk Allah yang sedang berzikir dan tunduk kepada-Nya.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Marilah kita renungkan kembali hubungan kita dengan alam. Janganlah kita bersikap sombong seolah alam diciptakan hanya untuk dieksploitasi. Alam adalah saudara kita dalam ketaatan kepada Allah. Ia tunduk dan berserah, sementara kita sering lalai.

Alam akan menjadi saksi atas segala perbuatan manusia. Tanah akan bersaksi di mana kita sujud, air akan bersaksi terhadap apa yang kita cemari, dan udara akan bersaksi atas apa yang kita hirup dan lepaskan. Maka jagalah mereka, karena mereka juga makhluk Allah seperti kita. Semoga Allah menjadikan kita hamba yang bersyukur dan tidak merusak bumi yang telah Dia karuniakan kepada kita.

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الَّذِينَ يُحَافِظُونَ عَلَى نِعَمِكَ، وَيَشْكُرُونَ فَضْلَكَ، وَلَا يُفْسِدُونَ فِي أَرْضِكَ، وَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا، وَارْحَمْنَا بِرَحْمَتِكَ الْوَاسِعَةِ، وَاهْدِنَا لِطَاعَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا المُسْلِمُوْنَ اِتَّقُوْا اللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى

وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلَآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيَآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيِّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللّٰهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِيْ الْقُرْبٰى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوْا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ وَ اللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

Penulis nuonline: Ustadz Amien Nurhakim

UIM Perkuat Nilai Aswaja Lewat Halaqa Mahasiswa Baru

UIM NEWS – Universitas Islam Makassar (UIM) Al-Gazali kembali melanjutkan rangkaian kegiatan akademik dan keislaman pada pekan kedua pelaksanaan Pesantren Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) bagi mahasiswa baru.

Kegiatan ini merupakan bagian dari kurikulum wajib yang dirancang untuk memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap nilai-nilai Islam Aswaja yang menjadi landasan keagamaan UIM Al-Gazali.

Pelaksanaan Halaqa Aswaja kali ini digelar di Masjid Ash Shahabah, dengan menghadirkan narasumber utama, Dr. KH. Zaiduddin Hamka, M.Ag, yang membawakan materi “Konsep Ketuhanan dalam Islam Aswaja.” Senin (13/10/2025).

Dalam penyampaiannya, Dr. KH. Zaiduddin Hamka menekankan pentingnya memahami konsep ketuhanan secara utuh berdasarkan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah yang berlandaskan Al-Qur’an, Hadis, Ijma’, dan Qiyas.

Ia menjelaskan pemahaman tauhid yang benar merupakan pondasi utama dalam membentuk akidah seorang muslim, khususnya bagi generasi muda di lingkungan kampus Islam.

“Mahasiswa harus mampu membedakan antara konsep ketuhanan yang diajarkan dalam Islam dengan pandangan lain yang berkembang di luar ajaran Aswaja. Pemahaman tauhid yang lurus akan melahirkan sikap moderat, toleran, dan cinta terhadap sesama umat,” ujar Dr. KH. Zaiduddin Hamka di hadapan ratusan mahasiswa baru yang memenuhi Masjid Ash Shahabah.

Sementara itu, Ketua Lembaga Kajian Islam Aswaja UIM, Dr. H. Maskur Yusuf, M.Ag, menyampaikan kegiatan Halaqa Aswaja ini tidak hanya bertujuan untuk memperkuat wawasan keislaman mahasiswa, tetapi juga menanamkan nilai-nilai keagamaan yang menjadi karakter utama lulusan UIM Al-Gazali.

“Melalui Halaqa Aswaja, kami ingin memastikan bahwa setiap mahasiswa UIM memahami ajaran Islam secara kaffah sesuai manhaj Ahlussunnah wal Jamaah. Nilai-nilai ini harus menjadi pedoman hidup, baik di lingkungan kampus maupun dalam kehidupan bermasyarakat,” tutur Dr. Maskur Yusuf.

Ia juga menambahkan kegiatan ini merupakan bagian integral dari program kuliah kepesantrenan yang menjadi ciri khas pendidikan di UIM Al-Gazali, di mana mahasiswa tidak hanya dibekali ilmu akademik, tetapi juga spiritualitas dan akhlak yang kuat.

Sebagai lembaga pendidikan tinggi yang berlandaskan nilai-nilai Islam, UIM Al-Gazali berkomitmen untuk terus menanamkan ajaran Aswaja sebagai fondasi moral dan spiritual bagi seluruh civitas akademika. K

egiatan seperti Halaqa Aswaja diharapkan mampu membentuk generasi intelektual yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki pemahaman keislaman yang kokoh dan moderat.

UIM NEWS – Seluruh civitas akademika Universitas Islam Makassar (UIM) Al-Gazali melaksanakan kegiatan Laylatul Ijtima, yang merupakan agenda rutin bulanan kampus malam Jumat di Masjid Ash-Shahaba, Kamis (09/10/2025).

Kegiatan ini menjadi wadah pembinaan spiritual dan penguatan karakter keislaman bagi dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan di lingkungan UIM Al-Gazali.

Kegiatan Laylatul Ijtima diawali dengan salat Magrib berjamaah, dilanjutkan dengan pembacaan Surah Yasin, zikir, dan salat Isya berjamaah.

Suasana religius terasa khusyuk di lingkungan kampus UIM Al-Gazali, di mana seluruh civitas akademika bersatu dalam lantunan doa dan dzikir bersama.

Rektor UIM Al-Gazali, Prof. Dr. H. Muammar Bakry, Lc., M.Ag, menyampaikan Laylatul Ijtima bukan sekadar kegiatan rutin, tetapi merupakan amalan-amalan yang menumbuhkan kedekatan spiritual kepada Allah SWT serta memperkuat nilai-nilai keislaman di lingkungan akademik.

“Sebagai insan akademik, kita tidak hanya dituntut cerdas secara intelektual, tetapi juga harus memiliki kekuatan spiritual dan akhlak yang baik. Kegiatan Laylatul Ijtima ini menjadi bagian penting dari pembinaan ruhani di kampus kita,” ujar Prof. Muammar Bakry.

Lebih lanjut, ia menegaskan kegiatan seperti ini mencerminkan identitas UIM Al-Gazali sebagai kampus Islami yang berkomitmen membentuk generasi berilmu dan berakhlakul karimah.

“Inilah ciri khas kita sebagai Kampus Aswaja (Ahlussunnah wal Jama’ah) yang menyeimbangkan antara ilmu, amal, dan spiritualitas,” tambahnya.

Kegiatan Laylatul Ijtima juga menjadi sarana mempererat ukhuwah di antara civitas akademika UIM Al-Gazali.

Selain menjadi momentum untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, kegiatan ini juga memperkuat rasa kebersamaan dan semangat gotong royong dalam menjalankan visi kampus sebagai pusat pendidikan, dakwah, dan pengabdian masyarakat.

UIM Al-Gazali terus meneguhkan jati dirinya sebagai kampus yang berlandaskan nilai-nilai Aswaja, mencetak generasi intelektual muslim yang tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga kokoh dalam spiritualitas dan moralitas.

Khutbah Jumat: Menjaga Alam sebagai Amanah dari Allah

UIM NEWS – Islam menempatkan pelestarian alam dan lingkungan sebagai bagian dari amanah Allah kepada manusia yang dijalankan dari generasi ke generasi. Dengan menjaga dan merawat bumi sama saja dengan menjalankan perintah Allah dan menjaga keberlangsungan hidup seluruh makhluk.

Maka khutbah Jumat ini berjudul, “Menjaga Alam sebagai Amanah Allah.” Untuk mencetak khutbah ini, silakan klik fitur download berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!

Khutbah I

اَلْـحَمْدُ لِلّٰهِ الْعَلِيمِ الْخَبِيرِ، السَّمِيعُ الْبَصِيرُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللّٰهِ وَرَسُولُهُ، الْبَشِيرُ النَّذِيرُ وَالسِّرَاجُ الْمُنِيرُ، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ ذَوِي الْفَضْلِ الْكَبِيرِ، أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُونَ اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ: أَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ: هُوَ الَّذِيْ جَعَلَكُمْ خَلٰۤىِٕفَ فِى الْاَرْضِۗ فَمَنْ كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهٗۗ وَلَا يَزِيْدُ الْكٰفِرِيْنَ كُفْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ اِلَّا مَقْتًاۚ وَلَا يَزِيْدُ الْكٰفِرِيْنَ كُفْرُهُمْ اِلَّا خَسَارًا

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Segala puji bagi Allah ta’ala yang telah memberikan kita berbagai macam kenikmatan sehingga kita dapat menunaikan ibadah shalat Jumat pada siang hari ini. Shalawat beserta salam, marilah kita haturkan kepada baginda alam Habibana wa Nabiyyana Muhammad SAW, juga kepada para keluarganya, sahabatnya, dan semoga melimpah kepada kita semua selaku umatnya. Aamiiin ya Rabbal ‘alamin.

Selanjutnya, kami selaku khatib berwasiat, khususnya kepada diri pribadi dan umumnya untuk jamaah sekalian, marilah kita tingkatkan iman dan takwa kita kepada Allah dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Dengan ketakwaan inilah kita akan mendapatkan keselamatan di dunia maupun akhirat.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Kita semua hidup di dunia ini tidak bisa lepas dari alam dan lingkungan yang telah Allah ciptakan sebagai amanah bagi kita. Kehadiran alam memungkinkan kita dan seluruh makhluk lain yang ada di muka bumi ini bisa melangsungkan hidup. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita menjaga dan merawatnya dengan penuh tanggung jawab.

Allah ta’ala berfirman dalam surat Fathir ayat 39:

هُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ فِي الْأَرْضِ

Artinya: “Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi.”

Dalam kitab Tafsir Al-Qur’anil Azhim, juz 3, halaman 384, Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa maksud dari khalifah atau para pengganti dalam ayat tersebut adalah bahwa Allah menjadikan manusia sebagai pihak yang bertugas memakmurkan bumi. Tugas ini berlangsung dari generasi ke generasi, dari abad ke abad, dan dari satu keturunan ke keturunan berikutnya.

Dengan demikian, orang-orang yang hadir di muka bumi ini, dari berbagai generasi telah diberi amanah oleh Allah sebagai pihak yang dipercaya untuk mengelola dan memakmurkan bumi, bukan malah menjadi pihak yang merusaknya.

Namun kenyataannya, jika kita perhatikan, terjadinya banyak kerusakan alam dan lingkungan itu merupakan akibat dari ulah tangan manusia itu sendiri. Hal ini telah Allah ingatkan dalam firman-Nya pada surat Ar-Rum ayat 41:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Dalam Tafsir Al-Munir juz 9 halaman 105, Syekh Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan bahwa kerusakan tersebut adalah ketidakseimbangan yang mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari kekeringan, musim paceklik, berkurangnya tumbuhan, merebaknya kebakaran, tenggelamnya sesuatu, perampasan harta secara zalim, hingga meluasnya mudarat dan berkurangnya manfaat.

Selain itu, ayat tersebut juga merupakan peringatan dari Allah agar kita semua senantiasa bisa menjaga alam ini dengan baik dan penuh tanggung jawab. Hal ini dilakukan demi terciptanya keseimbangan alam dan keberlangsungan makhluk hidup semua makhluk, termasuk kita semua dan generasi yang akan datang.

Di sisi lain, Rasulullah SAW juga menegaskan tentang pentingnya menjaga dan merawat alam dengan menyebutnya sebagai bagian dari amal kebaikan yang bernilai ibadah. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا، أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا، فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ، أَوْ إِنْسَانٌ، أَوْ بَهِيمَةٌ، إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ

Artinya: “Tidaklah seorang muslim menanam pohon atau menabur benih, lalu dimakan burung, manusia, atau hewan, melainkan itu menjadi sedekah baginya.” (HR Bukhari Muslim)

Menurut Imam Al-Munawi dalam kitab Faidul Qadir, juz 5, halaman 633, hadits tersebut menegaskan bahwa menjaga alam adalah bagian dari ibadah yang bernilai pahala. Setiap Muslim yang menanam tanaman atau pohon, kemudian tanaman atau pohon itu dimanfaatkan oleh burung, manusia, atau hewan, maka semua itu dicatat sebagai sedekah bagi orang yang menanamnya. Bahkan jika hasil tanaman itu dicuri, tetap bernilai pahala bagi penanamnya.

Hal ini menunjukkan bahwa agama Islam sangat menekankan pentingnya merawat dan melestarikan alam dan lingkungan. Setiap sesuatu yang bisa memberi manfaat bagi makhluk hidup akan kembali menjadi amal kebaikan. Dengan demikian, menjaga alam bukan hanya tanggung jawab sosial, tetapi juga menjadi jalan untuk meraih keberkahan hidup di dunia dan pahala di akhirat.

Sebagai bagian dari tanggung jawab tersebut, dalam sebuah hadits Nabi juga dijelaskan bahwa kebersihan merupakan bagian dari Iman. Maka, menjaga kebersihan bumi dan lingkungan bisa menjadi cerminan dari keimanan kita. Untuk itu, mari kita menjaga alam ini dengan memulainya dari hal kecil, misalnya hemat air dan listrik, tidak membuang sampah sembarangan, menjaga kebersihan masjid dan lingkungan, menanam pohon dan melestarikan alam.

Semoga kita semua dapat menjalankan amanah ini dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab sehingga tercipta lingkungan yang bersih, sehat, dan penuh keberkahan bagi kita semua dan bagi generasi yang akan datang. Amiin ya Rabbal Alamin…

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُونَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْن

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلًا وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَحَلَالًا طَيِّبًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا. اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ وَالْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ، يَامُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ وَعَلَى طَاعَتِكَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ

Penulis nuonline: Ustadz Muhammad Aiz Luthfi

Khutbah Jumat: Meraih Kebahagiaan Dunia Akhirat dengan Sedekah

UIM – Salah satu amal ibadah yang dianjurkan dalam ajaran Islam dan memiliki banyak keutamaan adalah sedekah. Amalan ini merupakan salah satu ibadah sosial yang diantara tujuannya adalah untuk menciptakan kesejahteraan sosial. Oleh karenanya, sedekah dianjurkan dalam semua waktu dan kondisi, tujuannya adalah agar kebaikan dan kesejahteraan dapat dirasakan secara merata.

Khutbah I

اَلْحَمْدُ ِلله الَّذِي عَمَّ الوُجُوْدَ بِرَحْمَتِهِ وَأَفَاضَ كُلَّ مَوْجُوْدٍ سِجَالَ نِعْمَتِهِ. أَشْهَدُ أَن لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَلَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ مُنْقِذِ الْأُمَّةِ بِرِسَالَتِهِ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ نَالُوا مَرْتَبَةَ الْعُلْيَا بِبَحْرِ جُوْدِهِ وَكَرَمِهِ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ الله اِتَّقُوْا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ، أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ.

Hadirin Kaum Muslimin Sidang Jumat yang Dimuliakan Allah

Mengawali khutbah pada siang hari ini marilah kita bersama-sama meningkatkan ketakwaan dan kepatuhan kita kepada Allah Swt, dengan terus berupaya melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sebab, derajat kemuliaan seseorang tidak diukur dengan seberapa tinggi jabatannya, seberapa banyak hartanya atau seberapa besar pengaruhnya di masyarakat. Akan tetapi, tolok ukur kemuliaan seseorang di sisi Allah adalah sedalam apa hatinya memiliki rasa takwa kepada Allah. Allah Swt. berfirman,

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللّٰهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya: “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.” (QS Al-Hujurat [49]: 13)

Hadirin Kaum Muslimin Sidang Jumat yang Dimuliakan Allah

Di antara amal saleh yang sangat dianjurkan dalam Islam adalah bersedekah. Sedekah merupakan wujud nyata dari kepedulian sosial, sarana membersihkan hati dari sifat kikir, sekaligus cara untuk mengembangkan keberkahan harta. Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw. bersabda:

مَا نَقَصَ مَالٌ مِنْ صَدَقَةٍ

Artinya: “Tidaklah berkurang harta itu karena bersedekah”. (HR Al-Thabrani)

Hadis di atas memberikan kita pemahaman bahwa bersedekah tidak menyebabkan harta kita berkurang. Meskipun secara kasat mata sedekah adalah bentuk pengeluaran, Allah swt akan mengganti dengan balasan yang berlipat ganda, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam Al-Quran Allah berfirman:

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللّٰهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Artinya: ”Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 261)

Hadirin Kaum Muslimin Sidang Jumat yang Dimuliakan Allah

Sedekah adalah amal ibadah yang tidak mengenal waktu. Kapan pun dan di mana pun, Islam selalu menganjurkan umatnya untuk bersedekah dalam segala kondisi. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 274, Allah Swt berfirman:

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Artinya: “Orang-orang yang menginfakkan hartanya pada malam dan siang hari, baik secara rahasia maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan tidak (pula) mereka bersedih.” (QS. Al-Baqarah [2]: 274)

Menurut Sayyid Muhammad Thanthawi dalam kitab al-Tafsirul Wasith, juz I, halaman 629, ayat di atas mengandung pujian bagi orang-orang yang bersedekah tanpa mengenal waktu dan kondisi. Mereka melakukan sedekah dalam semua kondisi, baik siang maupun malam, secara sembunyi maupun terang-terangan. Hal ini tidak lain adalah karena keimanan yang telah mengakar kuat dalam hati mereka.

Dalam kitab Zahratut Tafasir, juz II, halaman 1038, Syaikh Abu Zahrah mengatakan:

وَلَقَدْ قَالُوا: إِنَّ تَقْدِيمَ اللَّيْلِ عَلَى النَّهَارِ، وَالسِّرِّ عَلَى الْعَلَانِيَةِ، فِيهِ إِيمَاءٌ إِلَى أَنَّ الْأُولَى الْإِخْفَاءُ وَالسِّتْرُ؛ وَإِنَّ ذَلِكَ وَاضِحٌ؛ لِأَنَّ فِي الْإِخْفَاءِ وَالسِّتْرِ احْتِيَاطًا لِلنَّفْسِ وَصَوْنًا لَهَا عَنْ كُلِّ مَا يُؤَدِّي إِلَى الرِّيَاءِ

Artinya: “Sungguh, ulama berpendapat bahwa (dalam ayat tersebut) mendahulukan malam atas siang dan sir (sembunyi-sembunyi) atas terang-terangan memberikan indikasi bahwa yang paling utama dalam bersedekah adalah secara sembunyi-sembunyi. Hal itu jelas, karena sedekah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi dapat menjaga seeorang dari hal-hal yang menyebabkan timbulnya riya’.”

Hadirin Kaum Muslimin Sidang Jumat yang Dimuliakan Allah

Bersedekah secara sembunyi-sembunyi maupun teraang-terangan sama-sama dianjurkan dalam agama. Keduanya memiliki keutamaan masing-masing sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Maka dari itu, Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin juz I, halaman 228 menjelaskan, perbedaan pendapat mengenai mana yang lebih utama antara sedekah sir (sembunyi-sembunyi) atau terang-terangan bukan dalam ranah yang substanial.

Akan tetapi, hal itu kembali kepada individu masing-masing. Jika kita khawatir riya manakala sedekah secara terang-terangan, maka sedekah sir lebih utama. Namun, jika dengan sedekah terang-terangan dapat memberikan manfaat lebih, misalnya memotivasi orang lain untuk bersedekah, dan kita mampu membentengi hati dari riya, maka itu lebih utama daripada sedekah secara sembunyi-sembunyi.

Hadirin Kaum Muslimin Sidang Jumat yang Dimuliakan Allah

Lantas apa ganjaran bagi orang yang gemar bersedekah? Dalam Surat Al-Baqarah ayat 274 di atas, setidaknya ada tiga janji Allah bagi orang-orang yang sering menginfakkan hartanya siang dan malam, sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.

Pertama, فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ, mendapatkan pahala dan ganjaran sempurna dari Allah swt. Kedermawanan seseorang akan mengantarkannya memperoleh surga dan kedekatan dengan Allah swt. Dalam sebuah hadis Rasulullah Saw. bersabda:

السَّخِيُّ قَرِيبٌ مِنَ اللهِ قَرِيبٌ مِنَ الجَنَّةِ قَرِيبٌ مِنَ النَّاسِ بَعِيدٌ مِنَ النَّارِ، وَالبَخِيلُ بَعِيدٌ مِنَ اللهِ بَعِيدٌ مِنَ الجَنَّةِ بَعِيدٌ مِنَ النَّاسِ قَرِيبٌ مِنَ النَّارِ

Artinya: “Orang dermawan itu dekat dengan Allah, dekat dengan surga dan jauh dari neraka. Sedangkan oran kikir jauh dari Allah, jauh dari surga dan dekat dengan neraka.” (HR Al-Tirmidzi)

Kedua, وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ, orang-orang yang dermawan tidak akan merasa takut dan khawatir akan azab Allah. Sebab, dengan sedekah dan amal saleh yang ia lakukan menjadi benteng untuk melindunginya dari azab di hari kiamat. Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw. bersabda:

إِنَّ الصَّدَقَةَ لَتُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ وَتَدْفَعُ مِيتَةَ السُّوءِ

Artinya: “Sesungguhnya sedekah itu dapat meredam murka Tuhan dan mencegah dari kematian yang tidak baik.” (HR Al-Tirmidzi)

Ketiga, وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ, mereka akan senantiasa merasakan ketenangan hidup, jauh dari kesedihan dan gundah gulana. Di dunia ia akan merasakan kebahagiaan tersendiri ketika mampu berbagi kepada orang lain, di akhirat kelak ia akan memperoleh kebahagiaan hakiki disisi Allah Swt.

Demikianlah khutbah singkat pada siang hari ini, semoga kita semua diberikan kemampuan oleh Allah swt untuk terus melakukan amal ibadah dan amal kebaikan dalam setiap kondisi. Harapanyya, kebaikan-kebaikan yang kita tebar itu menjadi sebab kita mendapat ridha Allah swt. Aamiin ya rabbal ‘alamin.

بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ ِللهِ حَمْدًا كَثِيرًا كَمَا أَمَرَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لَنْ جَحَدَ وَ كَفَرَ وَاشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُولُهُ وَ حَبِيبُهُ وَ خَلِيلُهُ سَيِّدُ الْإِنْسِ وَ الْبَشَرِ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ سَلَّمَ تسْلِيْمًا كَثِيرًا.أَمَّا بَعْدُ

فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ مَكَارِمَ الْأُمُورِ وَحَافِظُوا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُورِ الْجَمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَ اعْلَمُوا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، و قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ بسم الله الرحمن الرحيم إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيها

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَ عَلَى آل سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ وَ سَلَّمْتَ وَ بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وعلى آل سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. وَارْضَ اَللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاء الرَّاشِدِيْنَ سَادَاتِنَا اَبِي بَكْرٍ وعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَحَابَةِ والتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَ الْمُسْلِمِينَ وَ الْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُحِيبُ الدَّعْوَاتِ وَ قَاضِي الْحَاجَاتِ. رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْهَدَيْتَنَا وَ هَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ رَبَّنَا لَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبَنَا غِلَّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنِ وَ اجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَ إِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَ يَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَ الْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدُكُمْ وَ لَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ واللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

Muhammad Zainul Mujahid: penulis nuonline

Khutbah Jumat: Refleksi Akhir Safar, Songsong Datangnya Maulid

UIMSafar harus mampu menjadi momentum muhasabah untuk menata kembali hati, memperbaiki amal, dan meluruskan keyakinan. Sementara Rabiul Awal atau Bulan Maulid harus menjadi momentum mengingatkan kita untuk memperkuat cinta kepada Nabi Muhammad dengan meneladani akhlaknya dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَوْضَحَ لَنَا شَرَائِعَ دِيْنِهِ وَمَنَّ عَلَيْنَا بِتَنْزِيلِ كِتَابِهِ وَأَمَدَّنَا بِسُنَّةِ رَسُولِهِ، فَلِلّٰهِ الْحَمْدُ عَلَى مَا أَنْعَمَ بِهِ مِنْ هِدَايَتِهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَيْرِ الْإِنْسَانِ مُبَيِّنًا عَلَى رِسَالَةِ الرَّحْمَنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ الْمَحْبُوْبِيْنَ جَمِيْعًا، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مُوْقِنٍ بِتَوْحِيْدِهِ، مُسْتَجِيْرٍ بِحَسَنِ تَأْيِيْدِهِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ الْمُصْطَفَى، وَأَمِيْنُهُ الْمُجْتَبَى وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ إِلَى كَافَةِ الْوَرَى. أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللّٰهِ اِتَّقِ اللّٰهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: بِسْمِ اللّٰهِ الرّٰحْمَنِ الرّٰحِيْمِ، وَالْعَصْرِ إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِینَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ Baca Juga

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah

Mengawali khutbah pada kesempatan mulia ini, mari kita senantiasa menguatkan ketakwaan kepada Allah swt yang telah memberikan panduan dalam menjalani kehidupan di dunia. Allah telah menggariskan dan menentukan mana yang harus dilakukan dan mana yang harus ditinggalkan agar hidup kita terus berada dalam rambu-rambu dan arah yang benar. Oleh karena itu, mari kita kuatkan tekad dalam hati untuk menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi apapun yang dilarang oleh-Nya.

Dalam Al-Qur’an kita juga diperintahkan untuk bertakwa sekaligus senantiasa melakukan refleksi dan introspeksi terhadap apa yang telah kita lakukan untuk terus melakukan perbaikan. Hal ini penting sebagai modal dalam meneruskan perjalanan hidup ini. Allah berfirman dalam surat Al-Hasyr ayat 18:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ۝١٨

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah

Pada momentum akhir bulan Safar ini, perlu kiranya kita juga untuk terus melakukan refleksi terhadap segala amaliah dan ibadah kita. Sembari kita menyongsong bulan selanjutnya yakni bulan Rabiul Awwal yang menjadi momentum spesial kelahiran Nabi Muhammad saw.

Bulan Safar merupakan bulan kedua dalam kalender Hijriah setelah bulan Muharram yang identik dengan suasana sepi dan senyap dalam tradisi Arab. Imam Abul Fida Ismail bin Umar ad-Dimisyqi, atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Ibnu Katsir menyebutkan dalam Tafsîr Ibnu Katsîr juz IV, halaman 146:

صَفَرْ: سُمِيَ بِذَلِكَ لِخُلُوِّ بُيُوْتِهِمْ مِنْهُمْ، حِيْنَ يَخْرُجُوْنَ لِلْقِتَالِ وَالْأَسْفَارِ

Artinya: “Safar dinamakan dengan nama tersebut, karena sepinya rumah-rumah mereka dari mereka, ketika mereka keluar untuk perang dan bepergian.”

Adanya kesunyian sendiri sering dinilai sebagai momentum tepat untuk melakukan muhasabah, introspeksi, dan refleksi serta kesempatan besar untuk mengenal diri, menata hati, dan memperbaiki arah kehidupan. Kita rasakan bersama, kesibukan sehari-hari sering membuat kita kerap terjebak dalam rutinitas tanpa jeda, hingga lupa untuk mendengarkan suara hati sendiri.

Di sinilah kesunyian hadir sebagai anugerah, menjadi medium refleksi diri untuk meninjau kembali perjalanan hidup, mengukur sejauh mana langkah yang ditempuh, serta menimbang apakah arah hidup kita sudah selaras dengan nilai dan tujuan yang telah kita tekadkan.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah

Bulan Safar menjadi salah satu momentum tepat untuk melanjutkan dan menguatkan muhasabah yang sudah kita lakukan di bulan Muharram sekaligus menyiapkan diri untuk menyongsong Rabiul Awal. Bulan Rabiul Awal yang juga sering disebut sebagai bulan Maulid merupakan momentum kelahiran Nabi Muhammad yang menjadi Rahmat bagi seluruh alam. Allah berfirman dalam surat Al-Anbiya’ ayat 107:

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ

Artinya: “Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.”

Dalam menyambut bulan Maulid, kita seharusnya tidak berhenti pada aspek ritual saja namun juga harus menjadi suntikan semangat untuk memperbaiki kualitas hidup. Dalam menyongsong bulan Maulid, kita harus terus menumbuhkan cinta kepada Rasulullah dengan berbagai ibadah seperti bershalawat. Ibadah shalawat sangat penting karena kita harus mengetahui bahwa jangankan kita manusia biasa, Allah dan para Malaikat-Nya pun bershalawat kepada Nabi Muhammad saw. Allah berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا ۝٥٦

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS Al-Ahzab: 56)

Spesialnya ibadah shalawat ini, dalam Kitab Kifayatul Atqiya halaman 48 disebutkan bahwa bershalawat kepada Nabi menjadi amal ibadah yang pasti diterima oleh Allah SWT. Hal ini karena shalawat merupakan wujud penghormatan kepada Nabi Muhammad. Rasulullah juga telah bersabda:

مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطِيئَاتٍ وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ

Artinya, “Siapa saja yang membaca shalawat kepadaku sekali, niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali, menghapus sepuluh dosanya, dan mengangkat derajatnya sepuluh tingkatan,” (HR An Nasa’i)

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah

Menutup khutbah kali ini, mari kita pahami kembali bahwa akhir Safar adalah momentum ideal untuk merefleksi diri menghadapi bulan Rabiul Awal yang penuh dengan momentum spesial. Mari kita jadikan Maulid Nabi Muhammad sebagai momentum spiritual untuk memperbanyak shalawat dan meneladani akhlak Rasulullah.

Mari kita sambut Maulid dengan hati yang bersih, amal yang ikhlas, dan tekad untuk memperbaiki diri. Jadikan bulan ini sebagai penguatan keimanan dan ketakwaan serta penguat cinta kepada Rasulullah. Semoga Allah swt menjadikan setiap langkah kita penuh keberkahan, dan menjadikan cinta kepada Nabi Muhammad saw sebagai cahaya yang menuntun hingga akhir hayat. Amin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلَى رِضْوَانِهِ. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ. فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ، إِتَّقُوااللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ. فقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى، يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلٰيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ المَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرّٰحِمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ

عِبَادَاللّٰهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشَآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ

H Muhammad Faizin: Penulis nuonline

Khutbah Jumat: Menjadikan Aktivitas Bekerja sebagai Ibadah kepada Allah

UIM NEWS – Saat ini umat manusia hidup di zaman yang serba cepat dan kompetitif. Bahkan sebagian orang ada yang bekerja seharian mulai dari pagi hingga pulang pada malam hari dalam rangka berjuang mencari nafkah demi keluarga. Setiap gerak yang dilakukan di dunia, termasuk bekerja, mestinya diiringi dengan niat beribadah kepada Allah Swt.

Khutbah I

الْحَمْدُ ِللهِ، الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt,

Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kita berbagai macam kenikmatan sehingga kita dapat memenuhi panggilan-Nya untuk menunaikan shalat Jumat. Nikmat yang harus digunakan dalam rangka memenuhi syariat yang telah ditetapkan-Nya.

Shalawat beserta salam, mari kita haturkan bersama kepada Nabi Muhammad saw, juga kepada para keluarganya, sahabatnya, dan semoga melimpah kepada kita semua selaku umatnya. Aamiiin ya Rabbal ‘alamin.

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt,

Saat ini umat manusia hidup di zaman yang serba cepat dan kompetitif. Bahkan sebagian orang ada yang bekerja seharian mulai dari pagi hingga pulang pada malam hari dalam rangka berjuang mencari nafkah demi keluarga. Lalu apakah hal tersebut hanya bernilai kosong di mata Allah Swt?.

Dalam Islam, semua gerak manusia yang bernilai positif, termasuk bekerja, mestinya diiringi dengan niat beribadah kepada Allah Swt karena hal itu akan bernilai pahala. Terlebih Allah Swt telah memerintahkan kepada umat manusia untuk mencari rezeki yang baik agar kemudian digunakan untuk beribadah kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Ankabut ayat 17:

فَابْتَغُوْا عِنْدَ اللّٰهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوْهُ وَاشْكُرُوْا لَهٗۗ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ

Artinya: “Maka, mintalah rezeki dari sisi Allah, sembahlah Dia, dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan”.

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt,

Pada ayat di atas dijelaskan bahwa Allah Swt memberikan perintah kepada umat manusia untuk mencari rezeki dari sisi-Nya, dalam artian bekerja untuk mencari rezeki dengan niat karena Allah Swt. Selain itu, Allah Swt juga memerintahkan agar selalu beribadah kepada-Nya dan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh-Nya.

Syekh Nawawi Al-Bantani dalam Tafsir Marah Labid juz II hal 213 menjelaskan:

فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ أي فَاطْلُبُوْا مِنَ اللهِ تَعَالَى كُلَّ الرِّزْقِ وَاعْبُدُوهُ لِكَوْنِهِ مُسْتَحَقًّا لِلْعِبَادَةِ لِذَاتِهِ، وَاشْكُرُوا لَهُ لِكَوْنِهِ سَابِقَ النِّعَمِ بِالْخَلْقِ وَمُعْطِي النِّعَمِ بِالرِّزْقِ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ, فَيُرْجَى الْخَيْرُ مِنْهُ لَا مِنْ غَيْرِهِ

Artinya: “Maka mintalah rezeki dari sisi Allah, yakni mintalah segala rezeki kepada-Nya, sembahlah Allah, sebab hanya Allah yang layak disembah, dan bersyukurlah kepada Allah sebab Dia Dzat yang menciptakan kenikmatan bagi makhluk dan memberikan kenikmatan berupa rezeki. Hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan, maka hanya kepada-Nya pula kebaikan diharapkan”.

Dari penjelasan Syekh Nawawi di atas, setidaknya ada 3 komponen dasar perintah Allah Swt yang dapat diambil dari petikan surat Al-Ankabut ayat 17 yaitu pertama perintah mencari rezeki, kedua beribadah dan bersyukur, ketiga diniatkan karena Allah.

Dalam hal ini, ayat ini memberikan penegasan bahwa mencari rezeki yang diniatkan karena Allah akan bernilai pahala di sisi-Nya, dalam bentuk apa pun pekerjaannya. Sebab Allah tidak membeda-bedakan pekerjaan yang dilakukan oleh umat manusia. Bekerja sebagai petani, buruh, pedagang kecil, atau driver, selama itu halal dan diniatkan karena Allah, maka akan bernilai ibadah. Selain diniatkan karena Allah, dalam bekerja juga tentunya harus dilakukan dengan profesional dan dilakukan sebaik mungkin.

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt,

Dalam ayat lain, Allah Swt juga memberikan penegasan bahwa mencari rezeki adalah bagian dari perintah-Nya kepada umat manusia dan akan bernilai pahala jika diniatkan untuk mencari ridha-Nya. Allah berfirman dalam surat Al-Mulk ayat 15:

هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ

Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu dalam keadaan mudah dimanfaatkan. Maka, jelajahilah segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Hanya kepada-Nya kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”

Imam An-Nasafi dalam tafsirnya, Madarikut Tanzil wa Haqaiqut Ta’wil juz III hal 514 menjelaskan bahwa Allah menjadikan muka bumi sebagai tempat untuk umat manusia dapat mensyukuri nikmat-Nya melalui mencari rezeki dan makan dari hasil rezeki yang telah diberikan oleh Allah Swt. Selanjutnya, saat tiba waktunya nanti akan dikembalikan kepada Allah, Dia juga akan menanyakan apakah manusia sempat bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan?

هُوَ الذى جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ ذَلُوْلاً} لِيْنَةً سُهْلَةً مُذَلَّلَةً لَا تُمْنَعُ الْمَشْيُ فِيْهَا {فَامْشُوْا فِي مَنَاكِبِهَا} جَوَابُهَا اسْتِدْلَالًا اسْتِرْزَاقًا أَوْ جِبَالِهَا أَوْ طُرُقِهَا {وَكُلُواْ مِن رّزْقِهِ} أيْ مِنْ رِزْقِ اللهِ فِيْهَا {وَإِلَيْهِ النُّشُوْرُ} أيْ وَإِلَيْهِ نُشُوْرُكُمْ فَهُوَ سَائِلُكُمْ عَنْ شُكْرِ مَا أَنْعَمَ بِهَ عَلَيْكُمْ

Artinya: “[Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu dalam keadaan mudah dimanfaatkan], yaitu lembut, mudah dilalui, dan ditundukkan sedemikian rupa sehingga tidak menghalangi kalian untuk berjalan di atasnya. [Maka jelajahilah seluruhnya] untuk mencari rezeki, baik gunung-gunungnya, jalan-jalannya, [dan makanlah sebagian dari rezeki Allah]. [Hanya kepada-Nya kamu (kembali setelah) dibangkitkan]. Maka Allah akan menanyakan apakah kalian bersyukur terhadap segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kalian”.

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt,

Kesimpulannya, bekerja bukan hanya sekedar mencari uang, namun juga bisa bernilai ibadah jika dilakukan dengan niat yang ikhlas karena Allah dan dilakukan dengan cara yang profesional, menggunakan cara yang halal, dan memiliki tujuan yang benar seperti menafkahi keluarga, membantu orang lain, dan tidak melalaikan ibadah.

Mari kita perbaiki niat kita dalam bekerja dengan tidak hanya niat untuk mencari uang, namun juga dilakukan dengan profesional dan diniatkan pula untuk mencari ridha Allah Swt, bukan hanya untuk mencari hidup yang nyaman, tapi juga menyiapkan bekal pulang kepada-Nya.

Semoga kita termasuk ke dalam hamba-Nya yang bekerja bukan hanya untuk mencari harta saja namun bernilai ibadah dan pahala. Amiin ya rabbal alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

Khutbah II

الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ

أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰ لِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَر.ِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ

Alwi Jamalulel Ubab: Penulis nuonline

Khutbah Jumat: Jangan Rusak Alam, Ingat Pertanggungjawaban di Akhirat

UIM – Isu lingkungan hidup bukanlah semata urusan aktivis atau kebijakan negara, melainkan juga bagian penting dari ajaran Islam yang sering kali terabaikan. Padahal, kerusakan alam yang terjadi hari ini adalah akibat langsung dari tangan manusia yang tidak bertanggung jawab atas amanah bumi yang diberikan Allah. Islam mengajarkan bahwa setiap perusakan sekecil apa pun akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat.

Khutbah I

الْـحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْعَزِيزِ: ﴿هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا﴾. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَىٰ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ: أُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِيَ الْمُقَصِّرَةَ بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَهِيَ وَصِيَّةُ اللَّهِ لِلْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَىٰ: ﴿وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ﴾ (النساء: 131).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Saya berwasiat kepada diri saya pribadi dan kepada seluruh jamaah sekalian agar senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah ta’ala dengan sebenar-benarnya takwa. Marilah kita menjalani hidup ini dengan penuh kesadaran bahwa takwa adalah bekal terbaik menuju akhirat. Ketakwaan itulah yang menjadi wasiat Allah kepada umat-umat terdahulu maupun umat ini.

Tidak lupa, marilah kita senantiasa memperbanyak shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, nabi yang telah menyampaikan risalah, menunaikan amanah, dan membimbing umat manusia menuju jalan yang lurus. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada beliau, keluarga beliau, para sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga hari kiamat.

Di antara amanah besar yang Allah berikan kepada manusia adalah bumi dan seisinya. Kita bukan pemilik bumi, tetapi khalifah yang bertugas memelihara dan memakmurkan bumi dengan nilai-nilai Islam yang luhur. Dalam QS. Hud ayat 61, Allah berfirman:

هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا

Artinya, “Dia (Allah) telah menciptakan kalian dari bumi dan menjadikan kalian sebagai pemakmur di dalamnya.”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Imam Al-Qurthubi dalam al-Jami’ li Ahkamil Qur’an (Juz 9 Hal 56) menjelaskan bahwa ayat ini mengandung perintah untuk membangunnya dengan ilmu, amal, dan ketakwaan, bukan merusaknya dengan kerakusan dan kezaliman.

Namun sayangnya, realitas hari ini menyaksikan kerusakan lingkungan di mana-mana: hutan dibabat, sungai tercemar, udara kotor, tanah rusak, satwa punah, semua akibat ulah manusia yang tidak mengindahkan amanah Allah. Padahal Allah telah memberi peringatan:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ

Artinya, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut akibat ulah tangan manusia.” (QS. Ar-Rum: 41)

Imam al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya al-Jami‘ li Ahkamil Qur’an, pada juz ke-14 halaman 40, menjelaskan bahwa makna “al-fasad” dalam ayat tersebut mencakup segala bentuk kezaliman yang berdampak buruk pada sektor pertanian, pembangunan, dan perdagangan.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Kita perlu menyadari bahwa menjaga lingkungan bukanlah isu modern semata, melainkan nilai ajaran Islam yang telah tertanam sejak wahyu pertama diturunkan. Bahkan Rasulullah SAW pun telah mencontohkan dan menyerukan kepedulian terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda:

إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ، نَظِيفٌ يُحِبُّ النَّظَافَةَ، كَرِيمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ، جَوَادٌ يُحِبُّ الْجُودَ، فَنَظِّفُوا أَفْنِيَتَكُمْ

Artinya, “Sesungguhnya Allah itu indah, mencintai keindahan; bersih, mencintai kebersihan… Maka bersihkanlah halaman-halaman kalian…” (HR. Tirmidzi)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Rasulullah SAW tidak hanya mengajarkan pentingnya menjaga lingkungan lewat sabda, tetapi juga melalui contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Beliau melarang keras segala bentuk perilaku yang merusak lingkungan, bahkan tindakan kecil seperti buang air sembarangan di tempat umum pun menjadi perhatian beliau. Salah satunya adalah larangan membuang hajat di air yang tenang, karena hal itu dapat mencemari sumber air yang digunakan oleh banyak orang. Dalam sebuah riwayat yang shahih disebutkan:

لَا يَبُولَنَّ أَحَدُكُمْ فِي الْمَاءِ الدَّائِمِ ثُمَّ يَغْتَسِلُ فِيهِ (رواه البخاري ومسلم)

Artinya, “Janganlah salah seorang dari kalian buang air kecil di air yang tidak mengalir, kemudian mandi di dalamnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Hadits ini secara jelas menunjukkan bahwa Rasulullah SAW telah meletakkan prinsip perlindungan lingkungan jauh sebelum istilah “pencemaran” dikenal secara luas. Islam memandang tindakan merusak lingkungan sebagai bagian dari kezaliman. Bahkan, dalam syariat, perbuatan menjaga dan merawat alam seperti menanam pohon dipandang sebagai amal saleh yang bernilai pahala. Beliau bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا، فَيَأْكُلَ مِنْهُ طَيْرٌ، أَوْ إِنْسَانٌ، أَوْ بَهِيمَةٌ، إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ

Artinya: “Tidaklah seorang Muslim menanam suatu tanaman atau menanam pohon, lalu dimakan oleh burung, manusia, atau hewan, kecuali akan menjadi sedekah baginya.” (HR. Bukhari)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Para ulama telah menegaskan bahwa menjaga bumi adalah bagian penting dari ajaran agama. Salah seorang ulama besar, Imam ‘Izzuddin bin ‘Abdissalam dalam kitabnya Qawa‘idul Ahkam menyebutkan bahwa menolak kerusakan adalah bagian dari tujuan utama syariat Islam. Beliau menyatakan:

دَرْءُ الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَىٰ جَلْبِ الْمَصَالِحِ

Artinya, “Menolak kerusakan lebih diutamakan daripada menarik kemaslahatan.”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Maka dari itu, menjaga lingkungan hidup, melindungi alam dari pencemaran dan kerusakan, termasuk bagian dari tujuan agung ditetapkannya syariat alias maqashidusy syariah, karena ia mencakup lima hal mendasar:

  1. Hifzhun Nafs, berarti menjaga jiwa dari bahaya pencemaran dan bencana lingkungan.
  2. Hifzhul Mal, berarti melindungi harta dari kerugian ekonomi akibat kerusakan ekologis.
  3. Hifzhud Din, karena merusak alam berarti melanggar perintah Allah dan menyelisihi amanah-Nya.
  4. Hifzhun Nasl, demi keberlangsungan hidup generasi mendatang yang juga berhak atas bumi yang bersih.
  5. Hifzhul ‘Aql, karena polusi dapat merusak kesehatan fisik maupun mental manusia.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dalam kitab Ri’ayatul Bi’ah, Syekh Yusuf Qardhawi juga menegaskan bahwa Allah SWT memerintahkan kita untuk membangun dan memperbaiki bumi, bukan merusaknya. Dalam salah satu bab yang berjudul:

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dalam kitab Ri’ayatul Bi’ah, Syekh Yusuf Qardhawi juga menegaskan bahwa Allah SWT memerintahkan kita untuk membangun dan memperbaiki bumi, bukan merusaknya. Dalam salah satu bab yang berjudul:

الْمُحَافَظَةُ عَلَى الْبِيئَةِ مِنَ الْإِتْلَافِ

Artinya, “Menjaga lingkungan dari kerusakan.”

Beliau menyatakan bahwa merusak lingkungan adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah Allah dan pengingkaran terhadap fungsi kekhalifahan manusia di muka bumi.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Alam ini adalah amanah dari Allah. Maka jangan biarkan sampah berserakan, air tercemar, atau pohon ditebang sembarangan tanpa kendali. Ingatlah bahwa semua itu akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah pada hari kiamat.

Marilah kita mulai dari diri sendiri, dari rumah kita, dan dari lingkungan terdekat kita, untuk menjadi Muslim yang bertakwa, peduli, dan cinta terhadap bumi ini. Semoga langkah kecil kita menjaga alam menjadi bagian dari amal shalih yang diberkahi oleh Allah

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ، وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، فَاسْتَغْفِرُوهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah II

الْـحَمْدُ لِلّٰهِ الْفَتَّاحِ الْجَوَّادِ، الْمُعِينِ عَلَى التَّفَقُّهِ مَنِ اخْتَارَهُ مِنَ الْعِبَادِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ شَهَادَةً تُدْخِلُنَا دَارَ الْخُلُودِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ صَاحِبُ الْمَقَامِ الْمَحْمُودِ، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْأَمْجَادِ، أَمَّا بَعْدُ؛ فَأُوصِيكُمْ وَنَفْسِيَ الْخَاطِئَةَ بِتَقْوَى اللَّهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَىٰ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَالَ أَيْضًا فِي كِتَابِهِ الْعَزِيزِ: وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَقَالَ أَيْضًا فِي كِتَابِهِ الْجَلِيلِ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.

اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِينَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ. اللّٰهُمَّ اجْعَلْ بَلَدَنَا هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا مُطْمَئِنًّا، وَسَائِرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِينَ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوءَ الْفِتَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا هَٰذَا خَاصَّةً، وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةً، يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ. اللّٰهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّينَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِينَ. رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ يَا عَزِيزُ، يَا غَفَّارُ، يَا قَهَّارُ، يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

وَصَلَّى اللّٰهُمَّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْـحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى، وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَىٰ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ. أَقِمِ الصَّلَاةَ، يَرْحَمْنِي وَيَرْحَمْكُمُ اللَّهُ.

Ustadz Dr. Fatihunnada, Lc., M.A: Penulis nuonline