Khutbah Jumat: Rahasia Rezeki Lancar dan Berkah dari Amalan yang Sering Diabaikan

UIM – Istighfar bukan hanya bentuk permohonan ampun kepada Allah, tetapi juga memiliki keutamaan dalam mendatangkan rezeki yang berkah dan lancar. Dengan memperbanyak istighfar, kita dapat membuka pintu-pintu rahmat, menghapus dosa-dosa, serta mengundang pertolongan Allah dalam menghadapi kesulitan hidup, termasuk dalam urusan ekonomi.

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَاَنْتَ فِيْهِمْۚ وَمَا كَانَ اللّٰهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Mengawali khutbah ini, mari kita senantiasa memanjatkan rasa syukur atas anugerah nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada kita dengan ungkapan: “Alhamdulillahirabbil ‘alamin”. Shalawat dan salam juga mari kita sampaikan kepada Nabi Muhammad saw yang senantiasa menjadi teladan kita dalam bersyukur kepada Allah. Semoga kita senantiasa menjadi umat Nabi Muhammad yang terus mendapatkan tambahan nikmat dan rezeki dari Allah dan selalu dalam lindungan-Nya.

Menjadi kewajiban bagi Khatib juga pada setiap khutbahnya untuk berwasiat takwa kepada para jamaah. Karena itu, mari kita senantiasa meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah yang merupakan Dzat pemberi nikmat dan berhak atas apa yang terjadi di muka bumi dan kehidupan kita. Ketakwaan ini menjadi modal penting agar kita senantiasa mendapatkan rezeki dan senantiasa mendapatkan solusi dari setiap permasalahan yang kita hadapi.

Allah berfirman:

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Artinya, “Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS At-Thalaq: 2-3).

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Setiap kita tentu menginginkan rezeki yang lancar dan penuh keberkahan. Namun, tidak semua orang menyadari bahwa salah satu kunci utama untuk membuka pintu rezeki terletak pada lisan dan hati yang senantiasa dipenuhi dengan istighfar, yaitu permohonan ampun kepada Allah swt. Istighfar bukan sekadar ucapan ritual, melainkan bentuk kesadaran dan kerendahan hati seorang hamba di hadapan Allah swt. Dalam Al-Qur’an surat Nuh ayat 10-12 disebutkan:

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًاۙ

Artinya, “Lalu, aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun.”

يُّرْسِلِ السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًاۙ

Artinya, “(Jika kamu memohon ampun,) niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu.”

وَّيُمْدِدْكُمْ بِاَمْوَالٍ وَّبَنِيْنَ وَيَجْعَلْ لَّكُمْ جَنّٰتٍ وَّيَجْعَلْ لَّكُمْ اَنْهٰرًاۗ

Artinya, “Memperbanyak harta dan anak-anakmu, serta mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu.”

Dalam Kitab Hasyiyatus Shawi ‘ala Tafsiril Jalalain karya Syekh Ahmad bin Muhammad As-Shawi Al-Maliki, juz IV, halaman 326, disebutkan bahwa istighfar menjadi kunci dari berbagai permasalahan seperti sempitnya rezeki dan berbagai permasalahan yang komplek.

Diriwayatkan dari Al-Hasan, suatu ketika datang kepadanya orang-orang dengan berbagai permasalahan yang dihadapi. Orang pertama mengadu tentang kondisi ekonominya yang begitu terpuruk. Kebutuhan keluarga yang ia tanggung tak dapat ia cukupi.

Orang kedua mengadu tentang kondisi di mana ia belum dikarunia keturunan oleh Allah swt. Ia menginginkan buah hati sebagai penerusnya.

Orang ketiga adalah seorang petani yang tidak pernah mendapatkan hasil maksimal dari tanamannya. Selam bercocok tanam, ia selalu menghadapi permasalahan seperti hama dan kekeringan yang melanda.

Mendengar keluhan dari orang-orang tersebut, Al-Hasan hanya menjawab dengan satu kalimat:

اِسْتَغْفِرِ اللهَ

Artinya, “Bacalah istighfar, mintalah ampunan kepada Allah.”

Mendengar jawaban yang singkat ini, Rabi’ bin Shahib pun memberanikan diri untuk bertanya:

“Wahai Al-Hasan, banyak orang yang mendatangimu dengan mengadukan berbagai hal dan meminta (pertolongan) bermacam-macam kepadamu. Tapi mengapa hanya istighfar yang kau jadikan sebagai solusi jalan keluar?” Al-Hasan pun terdiam, kemudian ia hanya membacakan Surat Nuh ayat 10-12 ini.

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Kisah ini menunjukkan kepada kita bahwa memohon ampun dengan senantiasa membaca istighfar mampu menjadi solusi dari berbagai permasalahan. Rasulullah pun telah mengajarkan kita berbagai redaksi bacaan istighfar di antaranya adalah Sayyidul istighfar yakni:

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ. أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ. أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ. فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ

Artinya, “Hai Tuhanku, Engkau Tuhanku. Tiada tuhan yang disembah selain Engkau. Engkau yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku berada dalam perintah iman sesuai perjanjian-Mu sebatas kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang kuperbuat. Kepada-Mu, aku mengakui segala nikmat-Mu padaku. Aku mengakui dosaku. Maka itu ampunilah dosaku. Sungguh tiada yang mengampuni dosa selain Engkau.”

Dalam kitab Al-Adzkar karya Imam An-Nawawi dianjurkan untuk memasukkan Sayyidul Istighfar ke dalam doa harian. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Syaddad bin Aus:

وَمَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا، فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِىَ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهْوَ مُوقِنٌ بِهَا، فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ، فَهْوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

Artinya, “Barangsiapa mengucapkannya pada siang hari dan meyakininya, lalu dia mati pada hari itu sebelum waktu sore, maka dia termasuk penghuni surga. Dan barangsiapa mengucapkannya pada malam hari dalam keadaan meyakininya, lalu dia mati sebelum waktu pagi, maka dia termasuk penghuni surga.”

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Demikianlah upaya-upaya batin yang perlu kita lakukan agar kita senantiasa mendapatkan rezeki berkah dan lancar dari Allah melalui bacaan istighfar. Semoga kita bisa mengamalkan istighfar dalam setiap langkah kehidupan kita di dunia. Amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمُ

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ، اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَ كَفَرَ، وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقِ وَالْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً. اَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ ﷲ، اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَاتَّقُوْا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرٍ

إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ قَوْلًا كَرِيْمًا: اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِىِّ، يٰۤـاَيُّهَا الَّذِينَ اٰمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيمًا

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْنَا وَأَصْلِحْ أَحْوَالَنَا، وَأَصْلِحْ مَنْ فِي صَلَاحِهِمْ صَلَاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأْهْلِكْ مَنْ فِي هَلَاكِهِمْ صَلاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ وَحِّدْ صُفُوْفَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَارْزُقْنَا وَإِيَّاهُمْ زِيَادَةَ التَّقْوَى وَالْإِيْمَانِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Penulis nuonline: Ustadz H. Muhammad Faizin

Khutbah Jumat: Beramallah, Rezeki Kita akan Berkah dan Bertambah

UIM – Dalam hitungan matematis, konsep berbagi dengan memberi apa yang kita miliki akan menjadikan kepemilikan kita berkurang. Namun dalam kehidupan dunia, semua tidak hanya dihitung dengan prinsip matematika. Seperti rezeki dan ilmu. Keduanya tidak akan berkurang jika dibagikan, justru semakin bertambah jika kita memberikannya kepada orang lain.

Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا، فَصَّلَ وَبَيَّنَ وَقَرَّرَ صِرَاطًا مُسْتَقِيْمًا وَمَنْهَجًا. أَشْهَدُ أَنْ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ خَيْرِ الْأَنَامِ وَسَلَّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

أَمَّا بَعْدُ، فَيَاعِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Menjadi keniscayaan bagi kita untuk senantiasa bersyukur dan mengungkapkan rasa syukur kepada Allah swt yang telah melimpahkan rezeki dan nikmat pada kita semua dalam kehidupan ini. Allah berjanji akan menambah nikmat dan rezeki, bila semua itu kita syukuri dan sebaliknya akan melaknat dengan adzab yang sedih jika kita mengkufuri nikmat tersebut. Tegas, Allah menyebutkannya dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 7:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ ۝٧

Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”

Selain bersyukur, mari kita juga menguatkan ketakwaan kepada Allah swt dengan sebenar-benarnya takwa. Takwa akan membimbing kita ke arah jalan yang benar dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Takwa akan menguatkan keyakinan dan menyadarkan bahwa Allah lah yang paling berhak dan berkuasa atas kehidupan di dunia ini. Dengan kesadaran ini, kita akan hidup dengan tenang dan mampu menjalankan segala perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.

Ma’asyiral Muslimin wa Zumratal Mu’minin rahimakumullah

Kita pasti menginginkan kehidupan yang senantiasa diberi kecukupan dan penuh dengan keberkahan. Salah satu kunci untuk meraih kecukupan rezeki yang luas dan berkah dalam hidup adalah dengan bekerja dan beramal. Islam mengajarkan kita untuk tidak bermalas-malasan. Islam mendorong umatnya untuk senantiasa menjadi pekerja keras dan cerdas dalam memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarga. Umar bin Khattab pun menyebut bahwa seseorang yang memiliki pekerjaan lebih memiliki kelebihan dibanding yang tidak mau bekerja.

Dalam Kitab Kanzul Ummal Nomor 9858 Umar bin Khattab menyebut bahwa sehebat-hebatnya seseorang jika ia tidak bekerja maka wibawanya akan runtuh:

إِنِّيْ لَأَرَى الرَّجُلَ فَيُعْجِبُنِيْ، فَأقُوْلُ: لَهُ حِرْفَةٌ؟ فَإِنْ قَالُوا: لَا؛ سَقَطَ مِنْ عَيْنِي

Artinya: “Sungguh kadang aku melihat seorang lelaki yang membuatku terkagum. Lalu aku tanyakan, ‘Dia punya pekerjaan?’ Jika mereka menjawab ‘Tidak’ lelaki itu langsung jatuh wibawanya di mataku.”

Selain bekerja untuk mendapatkan apa yang kita butuhkan, Islam juga mengajarkan kita untuk beramal dengan berbagi dari apa yang sudah kita dapatkan dan miliki. Beramal bukan hanya tentang memberikan harta, tetapi juga mencakup segala bentuk kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas, seperti membantu sesama, berbagi ilmu, ataupun sekedar menebar senyum.

Dalam berbagai ajaran agama dan nilai kehidupan, amal diyakini sebagai jalan untuk membuka pintu rezeki. Ketika seseorang memberi dengan tulus, maka Allah akan menggantinya dengan rezeki yang lebih baik, baik dalam bentuk materi maupun kebahagiaan batin. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 261:

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.”

Ayat ini menunjukkan bahwa beramal, khususnya dalam bentuk sedekah dan infaq, akan membawa keberkahan dan kelipatan rezeki. Amal yang kita keluarkan di jalan Allah tidak akan berkurang, justru akan bertambah dan membawa manfaat yang besar baik di dunia maupun di akhirat. Dengan keikhlasan berbagi, kebaikan-kebaikan dalam kehidupan pun akan terus bertambah. Dan inilah yang disebut dengan berkah yakni ziyadatul khair (bertambahnya kebaikan).

Beramal dengan berbagai akan memberi dampak positif dalam kehidupan. Semua diawali dengan kebahagiaan individu karena mendapatkan apa yang diinginkan. Ketika kita mampu memberikan sebagian kebahagiaan yang kita miliki, pasti kita akan semakin bisa bahagia. Bukan hanya kita yang bahagia, orang yang menerima pun akan berbahagia. Terciptanya kebahagiaan dari yang memberi dan menerima pastinya akan mendatangkan kebahagiaan kolektif sehingga kebahagiaan dan kemaslahatan akan terwujud di tengah-tengah masyarakat.

Jangan khawatir jika apa yang kita miliki berkurang saat kita beramal dengan berbagi. Jangan khawatir kita tidak akan dapat apa-apa dari apa yang kita berikan. Rasulullah bersabda:

عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الأَنْصَارِيِّ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ (رواه أبو داود)

Artinya: “Diriwayatkan dari Abi Mas’ud al-Anshari, Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang menunjukkan kebaikan, maka ia mendapatkan pahala sepadan dengan orang yang melakukannya.” (HR Abu Dawud).

Ma’asyiral Muslimin wa Zumratal Mu’minin rahimakumullah

Bukan hanya harta yang bisa kita gunakan untuk beramal dan berbagi. Ilmu dan pengetahuan yang kita miliki juga bisa digunakan untuk bersedekah. Mengajarkan ilmu yang bermanfaat misalnya, adalah bentuk amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir meskipun seseorang telah meninggal dunia. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berbagi ilmu yang kita miliki agar ilmu tersebut membawa manfaat bagi banyak orang.

Dengan berbagi ilmu justru ilmu yang kita miliki akan semakin kuat dan terus bertambah. Jika kita tidak pernah mengamalkan ilmu kita dengan memberikannya pada orang lain, bisa dipastikan ilmu itu lambat laun akan hilang dan tidak bermanfaat. Pepatah Arab menyebutkan:

الْعِلْمُ بِلَا عَمَلٍ كَالشَّجَرِ بِلَا ثَمَرٍ

Artinya: “Ilmu yang tidak diamalkan seperti pohon yang tidak berbuah”

Dari penjelasan ini dapat kita pahami bahwa dengan beramal dan berbagi kita akan mendapatkan tambahan kebaikan dan keberkahan. Jika kita beramal dengan materi maka kita akan mendapatkan materi lebih dari yang kita berikan. Jika kita beramal dengan ilmu, maka ilmu kita akan terus tertanam dalam diri serta bermanfaat bagi semua dan mendapatkan keberkahan. Semoga kita menjadi orang yang cinta untuk berbagi dengan sesama untuk mewujudkan keberkahan hidup di dunia dan akhirat. Amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالْاِتِّحَادِ وَالْاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاهُ نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلًا وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَحَلاَلًا طَيِّبًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا، اَللّٰهُمَّ طَوِّلْ عُمُورَنَا وَصَحِّحْ أَجْسَادَنَا وَنَوِّرْ قُلُوْبَنَا وَثَبِّتْ إِيْمَانَنَا وَأَحْسِنْ أَعْمَالَنا ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

 عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ  

Penulis nuonline: H Muhammad Faizin