Posts Tagged ‘Khutbah Jumat’
Khutbah Jumat: Menggapai Ampunan Allah Melalui Tobat yang Tulus
UIM – Tobat merupakan langkah awal yang harus ditempuh seorang mukmin dalam upayanya meraih ridha Allah Ta’ala. Namun dalam praktiknya, tobat sering kali ditunda atau bahkan diabaikan dengan berbagai alasan yang sebenarnya hanya menjadi pembenaran atas kemalasan diri. Karena itu, sangat penting bagi kita untuk menyadari bahwa tobat adalah fondasi utama yang menentukan arah dan kualitas langkah kita berikutnya dalam mencari keridhaan Allah.
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَوْضَحَ لَنَا شَرَائِعَ دِيْنِهِ وَمَنَّ عَلَيْنَا بِتَنْزِيلِ كِتَابِهِ وَأَمَدَّنَا بِسُنَّةِ رَسُولِهِ، فَلِلّٰهِ الْحَمْدُ عَلَى مَا أَنْعَمَ بِهِ مِنْ هِدَايَتِهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَيْرِ الْإِنْسَانِ مُبَيِّنًا عَلَى رِسَالَةِ الرَّحْمَنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ الْمَحْبُوْبِيْنَ جَمِيْعًا, وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مُوْقِنٍ بِتَوْحِيْدِهِ، مُسْتَجِيْرٍ بِحَسَنِ تَأْيِيْدِهِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ الْمُصْطَفَى، وَأَمِيْنُهُ الْمُجْتَبَي وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ إِلَى كَافَةِ الْوَرَى أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ لِلإِسْلاَمِ، وَأَوْلاَكُمْ مِنَ الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَجَعَلَكُمْ مِنْ أُمَّةِ ذَوِى اْلأَرْحَامِ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Pada hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada diri khatib sendiri dan kepada seluruh jamaah sekalian, marilah kita senantiasa menjaga serta meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala. Ketakwaan adalah sebaik-baik bekal yang akan kita bawa ketika kelak menghadap Allah pada hari kiamat. Allah Ta’ala berfirman:
وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
Artinya, “Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS Al-Baqarah 197).
Takwa adalah upaya kita mengerahkan seluruh kemampuan untuk melaksanakan perintah Allah Ta’ala dan menjauhi segala bentuk larangan-Nya.
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Marilah kita memulai kembali langkah ketakwaan kita dengan istiqamah dalam bertobat. Tobat merupakan fondasi utama bagi seorang mukmin untuk mencapai derajat ketakwaan. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Abdul Wahab Asy-Sya’rani dalam karyanya al-Minah as-Saniyah:
وَبَدَأَ الشَّيْخُ بِالتَّوْبَةِ لِأَنَّهَا أَسَاسُ كُلِّ مَقَامٍ يَتَرَقَّى إِلَيْهِ الْعَبْدُ حَتَّى يَمُوتَ، فَكَمَا أَنَّ مَنْ لَا أَرْضَ لَهُ لَا بِنَاءَ لَهُ، كَذَلِكَ مَنْ لَا تَوْبَةَ لَهُ فَلَا حَالَ لَهُ وَلَا مَقَامَ
Artinya, “Syaikh Al-Matbuly mengawali wasiatnya dengan masalah tobat, karena tobat merupakan fondasi bagi setiap kedudukan yang kepada-Nya lah seorang hamba hendak menaiki hingga meninggal dunia. Ibarat orang yang tidak memiliki tanah, ia pun tidak memiliki bangunan, demikian pula dengan orang yang tidak istiqamah bertobat, maka baginya tidak ada kedudukan dan derajat (ketakwaan) di sisi Allah Ta’ala”.
Pernyataan beliau ini tentu bukan tanpa dasar. Seseorang yang tidak istiqamah dalam pertobatannya akan sangat mudah terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan dan dosa. Sesungguhnya, maksiat dapat menyebabkan hati menjadi keras bahkan mati, sehingga sulit menerima kebenaran. Akibatnya, seseorang terus-menerus melakukan kesalahan dan kemaksiatan, baik secara sengaja maupun tidak.
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Dalam hal ini, Imam al-Harits al-Muhasibi telah memberikan peringatan kepada kita dalam kitabnya Risalah al-Mustarsyidin halaman 154-155:
وَاعْلَمْ يَا أَخِي أَنَّ الذُّنُوْبَ تُوْرِثُ الْغَفْلَةَ وَالْغَفْلَةُ تُوْرِثُ الْقَسْوَةَ وَالْقَسْوَةُ تُوْرِثُ الْبُعْدَ مِنَ اللهِ وَالْبُعْدُ مِنَ اللهِ يُوْرِثُ النَّارَ وَإِنَمَا يَتَفَكَّرُ فِي هَذِهِ الأَحْيَاءُ وَأَمَّا الأَمْوَاتُ فَقَد أمَاتَوْا أَنْفُسَهُمْ بِحُبِّ الدُّنْيَا
Artinya, “Ketauhiilah wahai saudaraku, bahwa dosa-dosa mengakibatkan kelalaian, dan kelalaian mengakibatkan kerasnya (hati), dan kerasnya hati mengakibatkan jauhnya (diri) dari Allah, dan jauh dari Allah mengakibatkan siksaan di neraka. Hanya saja yang memikirkan ini adalah orang-orang yang hidup, adapun orang-orang yang telah mati, sungguh mereka telah mematikan diri mereka dengan mencintai dunia.”
فَاسْتَقِمْ كَمَآ اُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْاۗ اِنَّهٗ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
Artinya: “Maka, tetaplah (di jalan yang benar), sebagaimana engkau (Nabi Muhammad) telah diperintahkan. Begitu pula orang yang bertobat bersamamu. Janganlah kamu melampaui batas! Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Ayat ini dengan tegas menjelaskan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada Nabi, kepada orang-orang yang bersama beliau, serta kepada seluruh umatnya agar senantiasa istiqamah dalam bertobat.
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Tobat bukan hanya fondasi awal bagi seorang mukmin untuk mencapai derajat ketakwaan. Tobat juga merupakan jalan untuk meraih cinta Allah Ta’ala. Hal ini pernah diceritakan oleh Imam al-Ghazali dalam kitabnya Minhaj al-‘Abidin:
“Telah sampai kepadaku berita tentang seorang alim yang mengamalkan ilmunya, yaitu Abi Ishaq al-Isfarayain. Ia berkata: ‘Aku telah berdoa kepada Allah Ta’ala selama tiga puluh tahun agar dianugerahi tobat yang murni dan sungguh-sungguh (tobat nasuha). Aku pun merasa heran dan berkata dalam hati: Maha Suci Allah, aku telah memohon satu perkara ini selama tiga puluh tahun, namun hingga kini belum juga dikabulkan.’
Kemudian aku bermimpi, seakan-akan ada suara yang berkata kepadaku: ‘Apakah engkau heran karena permohonanmu belum dikabulkan? Tahukah engkau apa yang sebenarnya engkau minta? Sesungguhnya engkau meminta kepada Allah agar Dia mencintaimu. Bukankah engkau telah mendengar firman Allah Ta’ala:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Apakah jamaah sekalian mengira bahwa dikabulkannya doa untuk mendapatkan tobat nasuha adalah perkara yang kecil dan remeh? Renungkanlah bagaimana para imam terdahulu begitu tekun dan bersungguh-sungguh dalam memperbaiki serta membersihkan hati mereka, sekaligus mempersiapkan bekal terbaik untuk kembali menghadap Allah di akhirat kelak.
Kita semua adalah manusia yang lemah, tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah. Setiap dari kita pasti pernah melakukan kesalahan dan kekhilafan, baik sengaja ataupun tidak. Terkadang kita merasa bahwa dosa-dosa kita terlalu banyak sehingga seolah-olah Allah tidak akan mengampuni kita. Namun, ketahuilah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dia Maha Pengampun lagi Maha Pemurah.
Sudah sepatutnya seorang mukmin meyakini hal tersebut. Sebagaimana diungkapkan dalam salah satu bait Burdah karya Imam al-Busyiri:
يَا نَفْسُ لَا تَقْنَطِيْ مِنْ زَلَّةٍ عَظُمَتْ ۞ إِنَّ الْكَبَآئِرَ فِيْ الغُفْرَانِ كَاللَّمَمِ
Artinya, “Wahai jiwa, janganlah putus asa karena dosa besar yang telah dilakukan. Sesungguhnya dosa-dosa besar dalam luasnya ampunan Allah seperti kecil dan ringan.”
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Syair ini mengingatkan kita agar tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah, betapapun besarnya dosa yang pernah kita lakukan. Ampunan-Nya begitu luas sehingga dosa-dosa besar pun dapat menjadi ringan apabila seorang hamba kembali dengan hati yang tulus dan penuh penyesalan. Maka sudah sepantasnya kita menempuh jalan tobat dengan penuh harap dan rendah hati, sebagaimana teladan Rasulullah SAW yang selalu memohon ampunan kepada Allah dalam setiap majelisnya.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ: إِنْ كُنَّا لَنَعُدُّ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَجْلِسِ الْوَاحِدِ مِائَةَ مَرَّةٍ: رَبِّ اغْفِرْ لِي، وَتُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Artinya, “Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Dahulu kami menghitung, dalam satu majelis Rasulullah SAW mengucapkan sebanyak seratus kali: ‘Ya Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah tobatku. Sesungguhnya Engkaulah Dzat yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.’”
Demikianlah yang dapat khatib sampaikan dalam khutbah singkat siang hari ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua dan menambah semangat kita untuk senantiasa istiqamah dalam bertobat kepada Allah. Ingatlah, masa lalu adalah kenangan, masa kini adalah perjuangan, dan masa depan adalah harapan.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ .أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلَى رِضْوَانِهِ. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
أَمَّا بَعْدُ. فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ، إِتَّقُوااللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى، يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلٰيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ المَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرّٰحِمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَاللّٰهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشَآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ
Ustadz Abdul Karim Malik: Penulis nuonline
Khutbah Jumat: Menjaga Tanah Subur adalah Menjaga Amanah Allah
UIM – Tanah merupakan salah satu anugerah dari Allah Swt. Indonesia salah satu negara yang sangat beruntung, dengan dikaruniai anugerah tanah yang luas nan subur. Tugas kita tentu untuk menjaga dan merawatnya. Hal ini juga selaras dengan peran manusia sebagai khalifah, yang memiliki konsekuensi untuk menjaga dan merawat bumi ini.
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللّٰهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Mengawali khutbah Jumat ini, marilah kita senantiasa mengingat akan segala anugerah yang telah dikaruniakan Allah swt kepada kita. Untuk kemudian kita syukuri dan gunakan di jalan kebaikan serta meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt.
Pada kesempatan ini, khatib mengajak kepada seluruh jamaah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Beribadah kepada Allah akan menjadi manifestasi ketakwaan kita, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Artinya, “Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al Baqarah ayat 21)
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah
Bangsa Indonesia diberikan anugerah oleh Allah Swt berupa kekayaan alam yang sangat beragam dan melimpah. Salah satunya yakni tanah yang luas nan subur. Tanah yang subur ini dapat menjadi salah satu modal dalam menciptakan kesejahteraan pada masyarakat. Tanah luas mampu menghasilkan produk pertanian yang unggul. Pun tanah yang subur, dapat menghasilkan buah-buah yang bisa diekspor hingga manca negara.
Imam al-Mawardi dalam Adabud Dunya wa ad-Din menjelaskan bahwa tanah yang subur merupakan salah satu penanda kebaikan dan keteraturan suatu wilayah atau negara. Kesuburan tanah menunjukkan bahwa sebuah negeri dikelola dengan baik, dijaga keseimbangannya, dan dimanfaatkan tanpa merusaknya. (Edisi Darul Minhaj, 2013, hlm. 217)
Oleh karena itu, sudah sepatutnya bila kita mensyukuri nikmat dari Allah berupa kesuburan tanah ini. Sebab, barang siapa yang mau bersyukur kepada-Nya, niscaya akan ditambah nikmat dan sebaliknya bila mengingkari akan diberikan adzab yan gsangat pedih.
Di dalam Al-Qur’an surat Ibrahim, Allah berfirman:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya, “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS Ibrahim ayat 7)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Tentu, upaya kita dalam mensyukuri nikmat Allah berupa tanah yang subur ini, tidak cukup hanya dengan mengucapkan kalimat pujian kepada-Nya. Akan tetapi juga perlu dibarengi dengan sikap dan komitmen untuk menjaga dan merawatnya. Hal ini juga selaras dengan peran kita sebagai seorang khalifah di muka bumi ini.
Manusia hidup di dunia, selain memiliki peran sebagai seorang abdullah (hamba Allah) juga sebagai khalifah (pemimpin). Peran manusia sebagai khalifah ini termaktub dalam Al-Qur’an:
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةًۗ
Artinya, “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” (QS Al-Baqarah ayat 30)
Dalam kitab Al-Ibriz , KH Bisri Mustofa menerangkan makna khalifah ini sebagai pengganti. Yang berarti Nabi Adam as dan anak keturunannya memiliki peran untuk menjaga bumi dari kerusakan serta melaksanakan hukum-hukum Allah. ((KH. Bisri Mustofa, Al-Ibriz, Juz 1 hal 11)
Peran untuk menjaga atau tidak berbuat kerusakan di dunia ini, kemudian ditegaskan dalam ayat lain, yakni surat Al-A’raf ayat 56. Allah berfirman:
وَلاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَتَ اللّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ
Artinya, “Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al-A’raf ayat 56).
Dengan keterangan dari ayat tersebut, maka sudah sepantasnya kita, sebagai anak keturunan atau bani Adam, sadar akan peran tersebut dan ikut menjaga bumi ini dari kerusakan-kerusakan, yang seringkali diperbuat oleh manusia sendiri.
Bisa kita saksikan sendiri di sekitar kita, tanah yang kehilangan kesuburannya, sungai telah tercemar, banyak hutan menjadi gundul, laut pun terkena limbah, udara menjadi tercemar karena hasil perbuatan dari manusia, dan bahkan mungkin termasuk dari kita sendiri.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Maka, dalam upaya menjaga dan merawat karunia Allah Swt berupa tanah yang subur ini, perlu menjadi kesadaran kita bersama. Pemerintah, sebagai pemangku kebijakan seyogyanya dapat membuat peraturan-peraturan yang dapat mencegah terjadinya alih fungsi atau kerusakan terhadap tanah yang subur.
Terlebih kawasan terlindung yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan alam, serta lahan produktif yang dapat digunakan sebagai ketahanan pangan, seperti yang termaktub dalam Undang-undang No. 41 Tahun 2009.
Kemudian, dalam aspek yang lebih kecil, kita pun dapat memberi kontribusi dalam upaya merawat nikmat berupa tanah yang subur ini. Adakalanya pemanfaatan lahan untuk hal yang produktif ini juga perlu kita lakukan dengan cara menghidupkan lahan yang telah mati atau mengupayakan tanah agar menjadi tetap subur.
Upaya menghidupkan kembali lahan yang mati atau tidak lagi produktif merupakan tindakan yang dianjurkan dalam Islam. Syekh Muhammad bin Qasim al-Ghazi, dalam Fathul Qarib al-Mujib fi Syarhi Alfazh at-Taqrib, membahas hal ini dalam bab ihya’ al-mawat (menghidupkan lahan mati). Beliau menjelaskan bahwa membuka dan memanfaatkan lahan yang tidak bertuan diperbolehkan, dengan tujuan agar tanah yang dibiarkan terbengkalai bisa kembali produktif dan memberi manfaat.
Meski demikian, di Indonesia hal ini tidak dapat dilakukan sembarangan. Ada aturan, izin, dan mekanisme yang telah diatur dalam undang-undang untuk menjaga ketertiban dan mencegah penyalahgunaan. Namun, semangatnya tetap sama: memastikan alam tetap terjaga dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat.
Pada akhirnya, ajaran Islam Rahmatan lil Alamin mendorong kita untuk menyadari peran manusia untuk menjaga bumi ini dari kerusakan. Untuk menutup khutbah ini, marilah kita senantiasa berdoa agar Allah memberikan kita semua rahmat, keberkahan, dan keselamatan. Serta menjauhkan kita dari segala penyakit dan musibah.
Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bersyukur. Amin ya Rabbal Alamin
بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللّٰهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. فَقَدْ قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِى الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ، عٍبَادَ اللّٰهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرْ
Penulis nuonline: Ajie Najmuddin
Khutbah Jumat: Dua Tanda Dicabutnya Rasa Syukur dari Hati Seorang Muslim
UIM – Di era media sosial tanpa sekat informasi seperti sekarang, setiap orang bebas melakukan flexing harta dan keberhasilan masing-masing. Darinya kemudian muncul standar tertentu yang dijadikan acuan hidup bagi beberapa orang dan menjadikannya lupa akan pentingnya bersyukur.
Khutbah I
الْحَمْدُ للهِ. الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءَكَ عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt,
Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kita berbagai macam kenikmatan sehingga kita dapat memenuhi panggilan-Nya untuk menunaikan shalat Jumat pada siang hari ini. Shalawat beserta salam mari kita haturkan bersama kepada Nabi Muhammad saw, juga kepada para keluarganya, sahabatnya, dan semoga melimpah kepada kita semua selaku umatnya. Aamiiin ya Rabbal ‘alamin.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt,
Di era media sosial tanpa sekat informasi seperti sekarang, setiap orang bebas melakukan flexing harta dan keberhasilan masing-masing. Dari konten tersebut kemudian muncul standar tertentu yang dijadikan acuan hidup bagi beberapa orang dan menjadikannya lupa akan pentingnya bersyukur.
Sebagai umat Islam, penting bagi kita untuk selalu bersyukur kepada Allah Swt atas segala nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Terutama bersyukur atas nikmat terbesar yang telah Allah limpahkan kepada kita, yaitu nikmat iman dan Islam.
Dengan memperbanyak bersyukur, hati seorang mukmin akan menjadi tenang dan tidak diliputi kegelisahan. Selain itu, Allah Swt juga menjanjikan bagi setiap orang yang selalu bersyukur akan ditambahkan kenikmatan dan sebaliknya, bagi yang kufur terhadap nikmat-Nya maka Allah akan memberikannya kerumitan hidup. Allah Ta’ala berfirman:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (Qs. Ibrahim: 07).
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt,
Pada ayat di atas, Allah menjanjikan bagi setiap orang yang bersyukur kepada-Nya akan ditambahkan kenikmatan. Adapun yang dimaksud kenikmatan di sini ialah tambahnya kenikmatan duniawi dan kenikmatan spiritual. Kenikmatan duniawi berupa rasa tenang dan positif sehingga bisa meningkatkan produktifitas seorang muslim.
Sedangkan kenikmatan spiritual berupa ketenangan dan rasa cinta kepada Allah Swt sehingga bisa meningkatkan ibadah kepada Allah Swt. Dengan memperoleh kenikmatan keduanya, seseorang akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dalam hal ini, Syekh Nawawi Banten dalam kitab tafsir Marah Labid jilid I hal 66 menjelaskan:
وَمَزِيْدُ النِّعَمِ الْجِسْمَانِيَّةِ أَنَّ كُلَّ مَنْ كَانَ اشْتِغَالُهُ بِشُكْرِ نِعَمِ اللهِ أَكْثَرَ كَانَ وُصُوْلُ نِعَمِ اللهِ إِلَيْهِ أَكْثَرَ، وَمَزِيْدُ النِّعَمِ الرُّوْحَانِيَّةِ أَنَّ النَّفْسَ إِذَا اشْتَغَلَتْ بِمُطَالَعَةِ أَنْوَاعِ فَضْلِ اللهِ وَإِحْسَانِهِ أَوْجَبَ ذَلِكَ الْاِشْتِغَالَ تَأَكُّدَ مَحَبَّةِ الْعَبْدِ لِلهِ تعالى، ثُمَّ قَدْ يَتَرَقَّى الْعَبْدُ مِنْ ذَلِكَ الْحَالَةِ إِلَى أَنْ يَصِيْرَ حُبُّهُ لِلْمُنْعِمِ شَاغِلًا لَهُ عَنِ الْاِلْتِفَاتِ إِلَى النِّعَمِ فَالشُّكْرُ مَقَامٌ شَرِيْفٌ يُوْجِبُ السَّعَادَةَ فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا
Artinya: “Bertambahnya kenikmatan duniawi dapat diperoleh orang yang menyibukkan dirinya untuk bersyukur kepada Allah, sehingga ia mendapatkan nikmat lebih banyak dari-Nya. Sedangkan tambahnya nikmat spiritual dengan menyibukkan diri melihat berbagai macam anugerah dan kebaikan Allah sehingga menambahkan rasa cinta kepada Allah.
Dengan keduanya, seorang hamba akan mengalami kenaikan level hingga rasa cintanya kepada Allah yang memberikan kenikmatan akan memalingkannya dari nikmat-nikmat lainnya. Rasa syukur merupakan kedudukan mulia yang dapat mendatangkan kebahagiaan baik agama maupun dunia”.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt,
Lebih lanjut, dalam hal ini terdapat 2 (dua) tanda seseorang muslim yang dicabut rasa syukur dari hatinya, yaitu: Pertama, mudah mengeluh dan sulit menerima takdir. Orang yang kehilangan rasa syukur akan selalu melihat kekurangan dalam hidupnya dan tidak pernah puas terhadap pemberian. Padahal dalam bersyukur, tidak perlu menunggu banyak harta untuk membiasakan bersedekah dan tidak perlu menunggu tua untuk bisa bermanfaat kepada sesama.
Rasulullah Saw bersabda:
Artinya: “Barangsiapa yang tidak bersyukur akan yang sedikit, maka tidak akan bersyukur saat banyak dan barangsiapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah”. (HR. Ahmad bin Hanbal)
Kedua, tidak memanfaatkan nikmat yang ada untuk melakukan ketaatan. Syukur merupakan gabungan dari pengetahuan, sikap dan perbuatan seseorang yang dilandaskan pada nikmat yang telah Allah berikan. Ketika rasa syukur dicabut, maka dunia akan menjadi tujuan dan bukan lagi sarana untuk beribadah kepada Allah. Sebab pada hakikatnya, seorang hamba yang bersyukur ialah mereka yang menggunakan nikmat yang ada untuk bisa bermanfaat dan kepada orang lain.
Al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin jilid IV hal 81 menjelaskan:
اِعْلَمْ أَنَّ الشُّكْرَ مِنْ جُمْلَةِ مَقَامَاتِ السَّالِكِيْنَ وَهُوَ أَيْضًا يَنْتَظِمُ مِنْ عِلْمٍ وَحَالٍ وَعَمَلٍ فَالْعِلْمُ هُوَ الْأَصْلُ فَيُوْرِثُ الْحَالَ وَالْحَالُ يُوْرِثُ الْعَمَلَ فَأَمَّا الْعِلْمُ فَهُوَ مَعْرِفَةُ النِّعْمَةِ مِنَ الْمُنْعِمِ وَالْحَالُ هُوَ الْفَرَحُ الْحَاصِلُ بِإِنْعَامِهِ وَالْعَمَلُ هُوَ الْقِيَامُ بِمَا هُوَ مَقْصُودُ الْمُنْعِمِ وَمَحْبُوبُهُ
Artinya: “Ketahuilah bahwa syukur termasuk salah satu maqam (kedudukan spiritual) para salik (orang yang menempuh jalan menuju Allah). Ia terdiri dari pengetahuan, sikap, dan perbuatan. Pengetahuan melahirkan sikap dan sikap melahirkan perbuatan. Pengetahuan yaitu mengetahui bahwa semua nikmat berasal dari Allah, sikap yaitu rasa senang terhadap nikmat yang diberikan, sedangkan amal ialah dengan menggunakan nikmat yang ada untuk melaksanakan perintah-Nya”.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
Khutbah II
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ
أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰ لِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَر يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
Alwi Jamalulel Ubab: Penulis nuonline
Khutbah Jumat: Empat Fondasi Akhlak Mulia Menurut Imam Al-Ghazali
UIM NEWS – Salah satu tanda kesempurnaan iman seorang muslim adalah tampaknya akhlak yang mulia dalam setiap aspek kehidupannya. Islam tidak hanya menuntut umatnya rajin beribadah secara ritual, tetapi juga berakhlak baik dalam pergaulan, bekerja, dan bermasyarakat. Akhlak terpuji merupakan cermin dari keimanan yang kokoh dan hati yang bersih. Masyarakat yang berakhlak mulia akan melahirkan lingkungan yang damai, adil, dan saling menghormati.
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ، الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ، سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءَكَ عَلَيْكَ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللّٰهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُ، أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ
Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah,
Segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan yang telah melimpahkan kepada kita begitu banyak kenikmatan. Dengan rahmat dan karunia-Nya, kita masih diberi kesempatan untuk memenuhi panggilan suci-Nya, melangkahkan kaki ke masjid, dan menunaikan salat Jumat secara berjamaah. Semoga setiap langkah yang kita tempuh hari ini menjadi amal kebaikan yang bernilai di sisi-Nya.
Shalawat serta salam, marilah senantiasa kita curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarga beliau, para sahabatnya, dan semoga limpahan rahmat itu juga sampai kepada kita semua, umatnya, hingga akhir zaman. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah,
Marilah kita terus meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah SWT, dengan selalu bersegera menuju ampunan-Nya. Caranya adalah dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surat Ali Imran ayat 133:
وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ
Artinya: “Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,” (Qs. Ali-Imran: 133).
Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah,
Salah satu tanda kesempurnaan iman seorang muslim adalah ketika akhlaknya tampak indah dalam setiap aspek kehidupan. Seorang mukmin sejati tidak hanya rajin beribadah secara ritual, tetapi juga menunjukkan akhlak yang baik dalam pergaulan, dalam bekerja, dan dalam bermasyarakat. Islam bukan hanya tentang ibadah di masjid, tapi juga tentang bagaimana kita berperilaku di tengah manusia. Akhlak yang mulia adalah cermin dari iman yang kokoh dan hati yang bersih. Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
Artinya, “Sesungguhnya aku diutus (ke dunia ini) hanya untuk menyempurnakan keluhuran akhlak,” (HR. Al-Baihaqi)
Akhlak yang terpuji adalah cermin dari keimanan yang kuat dan hati yang bersih. Semakin baik akhlak seseorang, semakin tampak pula kemantapan imannya. Masyarakat yang dihiasi dengan akhlak mulia akan melahirkan suasana yang damai, adil, dan saling menghormati. Di lingkungan seperti itu, kasih sayang tumbuh, keadilan ditegakkan, dan kehidupan menjadi tenteram.
Hal ini sejalan dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan bahwa di antara orang-orang beriman, yang paling sempurna imannya adalah mereka yang paling baik akhlaknya. Rasulullah SAW bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا (رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ، وَالدَّارِمِيُّ)
Artinya: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya,” (HR. Abu Dawud dan Ad-Darimi).
Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah,
Islam adalah agama yang sempurna. Ia tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah, tetapi juga hubungan manusia dengan sesamanya. Dalam Islam, akhlak yang baik merupakan bukti nyata dari keimanan yang hidup di dalam hati seorang hamba.
Akhlak mulia bukan sekadar pelengkap, tetapi menjadi cerminan dari ajaran Islam yang dibawa dan diteladankan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya. Karena itulah, seseorang yang benar-benar berpegang teguh pada Islam akan terlihat dari perilaku dan tutur katanya yang santun, lembut, dan menenangkan.
Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah,
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ ‘Ulumiddin menjelaskan bahwa terdapat empat ciri utama yang menunjukkan kesempurnaan akhlak seseorang. Dalam penjelasannya, beliau berkata:
وَكَمَا أَنَّ حُسْنَ الصُّوْرَةِ الظَّاهِرَةِ مُطْلَقًا لَا يَتِمُّ بِحُسْنِ الْعَيْنَيْنِ دُوْنَ الْأَنْفِ وَالْفَمِّ وَالْخَدِّ بَلْ لَا بُدَّ مِنْ حُسْنِ الْجَمِيْعِ لِيَتِمَّ حُسْنُ الْظَّاهِرِ فَكَذَلِكَ فِي الْبَاطِنِ أَرْبَعَةُ أَرْكَانٍ لَا بُدَّ مِنَ الْحُسْنِ فِي جَمِيعِهَا حَتَّى يَتِمَّ حُسْنُ الْخُلُقِ
Artinya, “Sebagaimana keindahan rupa lahir seseorang tidak akan sempurna hanya karena eloknya sepasang mata tanpa diiringi indahnya hidung, mulut, dan pipi, demikian pula keindahan batin. Agar akhlak menjadi sempurna, seluruh unsur batin harus indah secara seimbang. Karena itu, ada empat pilar utama dalam diri manusia yang semuanya harus baik agar sempurna pula akhlaknya.”
Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah,
Imam Al-Ghazali kemudian menjelaskan lebih rinci keempat sifat utama tersebut. Pertama, pengetahuan yang baik. Yang dimaksud dengan pengetahuan yang baik ialah kemampuan untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya. Dengan ilmu, seseorang mampu menahan diri dari perbuatan tercela dan memilih yang membawa manfaat bagi dirinya dan orang lain.
Kedua, kecerdasan emosional. Yaitu kemampuan mengendalikan amarah dan menempatkan emosi pada tempat yang tepat. Orang yang cerdas emosinya tidak mudah marah, tidak tergesa-gesa, dan mampu bersikap bijak dalam menghadapi keadaan apa pun.
Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah,
Ketiga, pengendalian syahwat. Maksudnya adalah kemampuan menjaga diri dari keinginan yang berlebihan dan menyalurkan kebutuhan hidup sesuai dengan tuntunan agama. Orang yang mampu menahan syahwatnya dengan cara yang benar adalah orang yang memiliki kehormatan diri dan kemuliaan akhlak.
Keempat, keadilan dan keseimbangan diri. Yaitu kemampuan menjaga keseimbangan antara ilmu, emosi, dan keinginan, tanpa melanggar batas yang telah ditentukan oleh syariat. Inilah tanda kematangan spiritual dan moral seseorang.
Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah,
Keempat sifat ini pada hakikatnya merupakan wujud nyata dari ketakwaan kepada Allah SWT. Bertakwa tidak hanya berarti melaksanakan ibadah ritual, tetapi juga menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, bersikap adil, sabar, dan saling menghormati. Sebab menjaga hubungan baik dengan sesama merupakan bagian dari perintah Allah yang wajib kita laksanakan. Dan semua itu hanya dapat terwujud dengan akhlak yang baik.
Maka marilah kita bersama-sama berusaha memperbaiki akhlak, memperhalus budi pekerti, dan meneladani Rasulullah SAW dalam setiap langkah kehidupan kita. Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang berakhlak mulia dan bertakwa, yang diridai oleh Allah SWT. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
Khutbah II
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ
أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰ لِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ
رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ.عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَر.ِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
Penulis nuonline: Ustadz Alwi Jamalulel Ubab
Khutbah Jumat: Larangan Merusak Lingkungan dalam Al-Qur’an
UIM – Salah satu amanah besar yang Allah berikan kepada manusia adalah menjaga bumi dan seluruh isinya. Dalam Al-Qur’an, Allah mengingatkan agar manusia tidak membuat kerusakan di muka bumi setelah Allah menciptakannya dengan penuh keseimbangan.
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى; ا وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dzat yang telah menciptakan alam semesta dengan penuh keseimbangan. Dialah yang menundukkan bumi, laut, dan langit agar manusia dapat mengambil manfaat darinya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, teladan umat yang mengajarkan kita untuk menjaga bumi sebagaimana amanah dari Allah.
Selaku khatib sudah menjadi kewajiban bagi kami untuk mengajak kita semua untuk bertakwa kepada Allah. Sebab, kelak takwa dan iman, yang akan menyelamatkan manusia di hadapan Allah.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Kita hidup di zaman, ketika udara di kota-kota besar kini kian berat untuk dihirup. Langit yang dahulu biru cerah perlahan berubah menjadi abu kehitaman, tertutup lapisan asap tebal dari kendaraan dan cerobong industri yang tak pernah berhenti mengepulkan polusi.
Di pagi hari, kabut bukan lagi pertanda kesejukan, melainkan campuran partikel debu dan jelaga yang menyesakkan dada. Burung-burung enggan terbang rendah, dan cahaya matahari terhalang oleh tirai asap yang menggantung di cakrawala.
Di berbagai tempat, bencana datang silih berganti: banjir yang menenggelamkan pemukiman, tanah longsor yang menelan rumah, dan kekeringan yang mematikan sumber air. Alam seolah sedang memberi peringatan, namun manusia sering kali hanya menanggapinya dengan diam, terus membangun, terus menebang, tanpa jeda untuk merenung.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Tak bisa dipungkiri, fenomena ini menggambarkan betapa rapuhnya hubungan manusia dengan lingkungan. Dalam hiruk-pikuk pembangunan, manusia kerap lupa bahwa alam bukan sekadar ruang ekonomi, melainkan ruang moral dan spiritual. Forum-forum internasional mungkin telah banyak membahas solusi ekologis. Namun, ada satu sumber nilai yang (mungkin) sering luput dalam diskursus global: agama.
Dalam pandangan Islam, kepedulian terhadap bagian dari ajaran dasar tentang tanggung jawab manusia di bumi. Al-Qur’an menegaskan, manusia bukan sekadar penghuni bumi, melainkan khalifah, pemegang mandat untuk mengelola, menjaga, dan memakmurkannya. Allah berfirman dalam Surat Hud ayat 61:
هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا
Artinya, “Dia-lah yang menciptakan kamu dari bumi dan memerintahkan kamu untuk memakmurkannya.” (QS. Hud: 61)
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Ayat ini menegaskan bahwa memakmurkan bumi bukan sekadar hak, melainkan kewajiban. Dalam tafsir Jāmi‘ul Bayān, Imam ath-Thabari menjelaskan bahwa kata “wa ista’marakum fīhā” bukan hanya berarti Allah menempatkan manusia di bumi, tetapi juga menugaskan mereka untuk membangun dan menjaganya. Manusia diberi amanah, bukan kepemilikan. Maka, setiap tindakan merusak alam sesungguhnya adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah ilahi.
Pandangan ini menempatkan ekologi dalam dimensi teologis. Menjaga lingkungan bukan semata urusan kebijakan publik, melainkan juga ekspresi keimanan. Seorang Muslim sejati tidak hanya beribadah di masjid, tetapi juga menunjukkan ketakwaannya melalui sikap peduli terhadap bumi; rumah besar yang dititipkan Allah untuk seluruh makhluk.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Al-Qur’an mengecam keras perilaku destruktif terhadap alam. Dalam Surat Al-A’raf ayat 56, Allah berfirman:
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا
Artinya, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah Allah memperbaikinya.”
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Larangan ini bersifat universal, melintasi waktu dan tempat. Imam Abu Muzhaffar As-Sam’ani, dalam Tafsir As-Sam’ani, mengutip pendapat tabi’in Adh-Dhahhak, menyebutkan bahwa kerusakan di bumi mencakup tindakan-tindakan yang merusak keseimbangan alam, seperti memblokir aliran air, menebang pepohonan berbuah, hingga merusak alat tukar masyarakat. Bagi para ulama klasik, fasad (kerusakan) bukan hanya kekacauan moral, tetapi juga penyimpangan ekologis yang mengganggu harmoni ciptaan Tuhan.
Simak penjelasan Adh-Dhahhak dalam Tafsir As-Sam’ani jilid II, halaman 189 berikut:
وَقَالَ الضَّحَّاك: من الْفساد فِي الأَرْض تغوير الْمِيَاه، وَقطع الْأَشْجَار المثمرة، وَكسر الدَّرَاهِم وَالدَّنَانِير
Artinya; “Ad-Dhahhak berkata: “Dari kerusakan yang terjadi di bumi adalah mengubah arah aliran air, menebang pohon-pohon yang berbuah, dan merusak koin-koin emas dan perak.”
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Lebih lanjut dalam Surat Al-Baqarah ayat 205, Allah juga menerangkan tidak menyukai perbuatan merusak bumi. Allah berfirman:
وَاِذَا تَوَلّٰى سَعٰى فِى الْاَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيْهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَۗ وَ اللّٰهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ ٢
Artinya; “Apabila berpaling (dari engkau atau berkuasa), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi serta merusak tanam-tanaman dan ternak. Allah tidak menyukai kerusakan.”
Ungkapan “yuhlik al-harth wa an-nasl” (merusak tanaman dan keturunan) terdengar sangat relevan di era ini. Pembakaran hutan, pencemaran laut, limbah industri, dan eksploitasi tambang tanpa batas adalah bentuk nyata dari kerusakan yang dikutuk Al-Qur’an.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Menurut Syekh Syamsuddin Al-Qurthubi dalam Al-Jami’ li Ahkami Al-Qur’an Jilid III, halaman 17, ayat ini menyingkap peringatan ilahi bagi orang yang berbuat kerusakan di bumi, mereka yang menebang pepohonan sembarangan, menggunduli hutan, membakar tanaman demi kepentingan sesaat, atau membunuh hewan tanpa alasan yang dibenarkan syariat.
Perbuatan semacam ini mencederai keseimbangan alam, sekaligus menyia-nyiakan amanah yang Allah titipkan kepada manusia sebagai khalifah di bumi. Maka, tak heran bila Mujahid (seorang ulama besar dari kalangan tabi’in) menyebut pelaku pengrusakan semacam ini, kelak akan mendapatkan celaan dan laknat hingga hari kiamat, sebagai bentuk keadilan Tuhan atas pengkhianatan terhadap ciptaan Allah.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Karena itu, memelihara lingkungan harus dipahami sebagai bagian dari ibadah sosial, amal saleh yang menghubungkan manusia dengan Tuhan dan sesamanya. Menanam pohon, mengurangi sampah, menghemat air, atau mengelola energi secara bijak, semuanya adalah bentuk nyata dari dzikir ekologis: mengingat Allah melalui tindakan yang menjaga ciptaan-Nya.
Pada akhirnya, larangan merusak bumi dalam Al-Qur’an merupakan panggilan untuk membangun kembali hubungan yang harmonis antara manusia dan alam. Alam bukan lawan yang harus ditaklukkan, melainkan sahabat yang perlu dirawat.
Sebab, dalam setiap embusan angin dan tetes hujan, terdapat ayat-ayat Tuhan yang berbicara tentang kasih sayang dan keseimbangan. Dan tugas manusia hanyalah menjaga agar ayat-ayat itu tetap dapat terbaca di muka bumi.
Oleh karena itu, mari kita jadikan bumi ini sebagai tempat ibadah yang suci, bukan ladang kerakusan. Jangan sampai anak cucu kita mewarisi udara kotor, tanah tandus, dan air yang tercemar. Sebaliknya, wariskan kepada mereka bumi yang hijau, lestari, dan penuh berkah.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.
فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: (وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر). إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِى الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
Penulis nuonline: Ustadz Zainuddin Lubis
Khutbah Jumat: Merawat Alam, Menghormati Makhluk Allah
UIM – Menjaga alam bukan sekadar tindakan ekologis, tetapi juga bentuk ibadah dan rasa syukur kepada Allah atas amanah-Nya sebagai khalifah di bumi. Alam adalah makhluk Allah yang juga hidup, bertasbih, dan tunduk kepada-Nya. Maka merawat alam berarti menghormati ciptaan-Nya dan menunaikan tanggung jawab kita sebagai penjaga keseimbangan kehidupan.
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَمَرَ بِالصِّدْقِ فِي الْمُعَامَلَاتِ وَالنِّيَّاتِ، وَنَهَى عَنِ الْغِشِّ وَالْخِيَانَاتِ، وَجَعَلَ الصِّدْقَ سَبَبًا لِبَرَكَةِ الرِّزْقِ وَزِيَادَةِ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَاتِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، الْمَلِكُ الْمُعِينُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الصَّادِقُ الْأَمِينُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ الطَّاهِرِينَ، وَأَصْحَابِهِ الرَّاشِدِينَ، وَمَنْ سَارَ عَلَىٰ دَرْبِهِمْ وَاتَّبَعَ نَهْجَهُمْ إِلَىٰ يَوْمِ الدِّيْنِ
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّٰهِ الْعَزِيزِ الْمَتِيْنِ، وَقَدْ قَالَ تَعَالَى فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ: تُسَبِّحُ لَهُ السَّمٰوٰتُ السَّبْعُ وَالْاَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّۗ وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهٖ وَلٰكِنْ لَّا تَفْقَهُوْنَ تَسْبِيْحَهُمْۗ اِنَّهٗ كَانَ حَلِيْمًا غَفُوْرًا
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, Tuhan yang menciptakan langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada di antara keduanya. Dialah yang mengatur peredaran matahari, bulan, angin, dan air; Dialah yang memberi kehidupan kepada seluruh makhluk yang tampak maupun yang tidak tampak. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, suri teladan yang penuh kasih terhadap seluruh ciptaan Allah.
Pada siang hari yang diberkahi ini, mari kita sama-sama menjaga dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah, sebagaimana dirumuskan oleh para ulama, yaitu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Alam semesta yang kita pijak dan kita huni ini bukanlah benda mati yang tanpa jiwa. Di dalam pandangan Islam, seluruh alam adalah makhluk Allah yang hidup dalam ketaatan kepada-Nya. Mereka memiliki bentuk kehidupan sesuai kadar dan cara yang Allah kehendaki. Mereka tunduk kepada hukum-Nya, mereka bertasbih dan memuji-Nya, meskipun manusia sering kali tidak memahami bahasa tasbih mereka. Allah menegaskan hal ini dalam firman-Nya yang agung:
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمٰوٰتُ السَّبْعُ وَالْاَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّۗ وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهٖ وَلٰكِنْ لَّا تَفْقَهُوْنَ تَسْبِيْحَهُمْۗ اِنَّهٗ كَانَ حَلِيْمًا غَفُوْرًا
Artinya, “Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya senantiasa bertasbih kepada Allah. Tidak ada sesuatu pun, kecuali senantiasa bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Isra’: 44)
Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa seluruh makhluk memiliki kesadaran untuk memuji Allah. Batu, tanah, air, udara, bahkan partikel kecil yang tak tampak mata, semuanya hidup dalam zikir dan ketaatan kepada Sang Pencipta. Alam tidak diam, ia terus berzikir, hanya saja manusia tidak dapat menangkap bahasa mereka. Kita sibuk dengan urusan dunia, sementara alam terus tunduk kepada perintah Allah dengan caranya sendiri.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun telah menunjukkan kepada kita bukti nyata bahwa makhluk selain manusia memiliki kesadaran dan pengenalan terhadap kebenaran. Dalam sebuah hadits sahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, beliau bersabda:
إِنِّي لَأَعْرِفُ حَجَرًا بِمَكَّةَ كَانَ يُسَلِّمُ عَلَيَّ قَبْلَ أَنْ أُبْعَثَ، إِنِّي لَأَعْرِفُهُ الْآنَ
Artinya, “Aku masih mengenal sebuah batu di Makkah yang selalu memberi salam kepadaku sebelum aku diutus menjadi nabi, dan aku masih mengenalnya sekarang.” (HR. Muslim).
Hadits ini, saudara-saudara sekalian, menunjukkan bahwa bahkan batu yang tampak keras dan diam itu memiliki bentuk kehidupan dan kesadaran yang Allah berikan kepadanya. Imam Nawawi dalam kitab Syarh Shahih Muslim jilid 15, halaman 37 menjelaskan bahwa dalam hadits ini terdapat mukjizat bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan di dalamnya terdapat penegasan bahwa sebagian benda mati memiliki kemampuan membedakan dan mengenal.
Hal ini sesuai dengan firman Allah tentang batu-batu yang jatuh karena takut kepada Allah, dan juga sesuai dengan firman-Nya, “Tidak ada sesuatu pun kecuali bertasbih dengan memuji-Nya.” Allah menjadikan pada setiap makhluk kemampuan mengenal dan membedakan sesuai dengan kadar yang Dia kehendaki.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Kisah lain yang juga menggambarkan bahwa alam hidup dan memiliki rasa adalah peristiwa batang pohon kurma yang menangis karena rindu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu disebutkan:
كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يَخْطُبُ إِلَى جِذْعٍ، فَلَمَّا اتَّخَذَ الْمِنْبَرَ تَحَوَّلَ إِلَيْهِ، فَحَنَّ الْجِذْعُ كَحَنِينِ الْعِشَارِ، فَنَزَلَ النَّبِيُّ ﷺ فَضَمَّهُ إِلَيْهِ، فَسَكَنَ
Artinya, “Dari Jabir bin Abdullah RA, ia berkata: Nabi SAW dahulu berkhutbah bersandar pada batang pohon kurma. Ketika beliau membuat mimbar dan berpindah ke sana, batang itu pun menangis seperti unta betina yang sedang hamil. Lalu Nabi SAW turun dan memeluknya hingga tenang.” (HR. Bukhari).
Imam Al-Qasthalani dalam kitab Irsyadus Sari jilid 6 halaman 45, menjelaskan bahwa peristiwa ini menunjukkan bahwa Allah telah menciptakan kehidupan, akal, dan rasa rindu dalam batang pohon tersebut.
وَهٰذَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى خَلَقَ فِيهِ الْحَيَاةَ وَالْعَقْلَ وَالشَّوْقَ، وَلِهٰذَا حَنَّ
Artinya, “Dan ini menunjukkan bahwa Allah Ta‘ala telah menciptakan padanya kehidupan, akal, dan kerinduan; karena itulah ia merintih (atau mengeluarkan suara rindu).”
Pohon itu menangis karena kehilangan kedekatannya dengan Rasulullah SAW. Namun, ketika beliau memeluknya, pohon itu pun tenang kembali. Peristiwa ini bukan sekadar mukjizat, tetapi juga pelajaran berharga bagi kita semua, bahwa makhluk di sekitar kita juga hidup, dan mereka pun dapat merasakan sesuatu sesuai kehendak Allah.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Jika sebatang pohon dapat menangis karena rindu kepada Rasulullah, dan bahkan batu pun mengenal beliau, maka betapa tidak berperasaannya manusia apabila justru merusak alam yang senantiasa bertasbih memuji Allah.
Padahal manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi, sebagai penjaga keseimbangan dan kemakmuran alam. Allah mempercayakan bumi kepada kita, bukan untuk dikeruk tanpa batas, tetapi untuk dijaga, dirawat, dan dimakmurkan.
Maka ketika manusia menebang hutan tanpa kendali, mencemari air, menumpuk sampah, dan mengotori udara, sesungguhnya ia sedang mengganggu makhluk-makhluk Allah yang sedang berzikir dan tunduk kepada-Nya.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Marilah kita renungkan kembali hubungan kita dengan alam. Janganlah kita bersikap sombong seolah alam diciptakan hanya untuk dieksploitasi. Alam adalah saudara kita dalam ketaatan kepada Allah. Ia tunduk dan berserah, sementara kita sering lalai.
Alam akan menjadi saksi atas segala perbuatan manusia. Tanah akan bersaksi di mana kita sujud, air akan bersaksi terhadap apa yang kita cemari, dan udara akan bersaksi atas apa yang kita hirup dan lepaskan. Maka jagalah mereka, karena mereka juga makhluk Allah seperti kita. Semoga Allah menjadikan kita hamba yang bersyukur dan tidak merusak bumi yang telah Dia karuniakan kepada kita.
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الَّذِينَ يُحَافِظُونَ عَلَى نِعَمِكَ، وَيَشْكُرُونَ فَضْلَكَ، وَلَا يُفْسِدُونَ فِي أَرْضِكَ، وَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا، وَارْحَمْنَا بِرَحْمَتِكَ الْوَاسِعَةِ، وَاهْدِنَا لِطَاعَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا المُسْلِمُوْنَ اِتَّقُوْا اللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلَآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيَآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيِّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللّٰهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِيْ الْقُرْبٰى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوْا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ وَ اللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Penulis nuonline: Ustadz Amien Nurhakim
Khutbah Jumat: Menjaga Alam sebagai Amanah dari Allah
UIM NEWS – Islam menempatkan pelestarian alam dan lingkungan sebagai bagian dari amanah Allah kepada manusia yang dijalankan dari generasi ke generasi. Dengan menjaga dan merawat bumi sama saja dengan menjalankan perintah Allah dan menjaga keberlangsungan hidup seluruh makhluk.
Maka khutbah Jumat ini berjudul, “Menjaga Alam sebagai Amanah Allah.” Untuk mencetak khutbah ini, silakan klik fitur download berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
اَلْـحَمْدُ لِلّٰهِ الْعَلِيمِ الْخَبِيرِ، السَّمِيعُ الْبَصِيرُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللّٰهِ وَرَسُولُهُ، الْبَشِيرُ النَّذِيرُ وَالسِّرَاجُ الْمُنِيرُ، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ ذَوِي الْفَضْلِ الْكَبِيرِ، أَمَّا بَعْدُ،
فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُونَ اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ: أَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ: هُوَ الَّذِيْ جَعَلَكُمْ خَلٰۤىِٕفَ فِى الْاَرْضِۗ فَمَنْ كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهٗۗ وَلَا يَزِيْدُ الْكٰفِرِيْنَ كُفْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ اِلَّا مَقْتًاۚ وَلَا يَزِيْدُ الْكٰفِرِيْنَ كُفْرُهُمْ اِلَّا خَسَارًا
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Segala puji bagi Allah ta’ala yang telah memberikan kita berbagai macam kenikmatan sehingga kita dapat menunaikan ibadah shalat Jumat pada siang hari ini. Shalawat beserta salam, marilah kita haturkan kepada baginda alam Habibana wa Nabiyyana Muhammad SAW, juga kepada para keluarganya, sahabatnya, dan semoga melimpah kepada kita semua selaku umatnya. Aamiiin ya Rabbal ‘alamin.
Selanjutnya, kami selaku khatib berwasiat, khususnya kepada diri pribadi dan umumnya untuk jamaah sekalian, marilah kita tingkatkan iman dan takwa kita kepada Allah dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Dengan ketakwaan inilah kita akan mendapatkan keselamatan di dunia maupun akhirat.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Kita semua hidup di dunia ini tidak bisa lepas dari alam dan lingkungan yang telah Allah ciptakan sebagai amanah bagi kita. Kehadiran alam memungkinkan kita dan seluruh makhluk lain yang ada di muka bumi ini bisa melangsungkan hidup. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita menjaga dan merawatnya dengan penuh tanggung jawab.
Allah ta’ala berfirman dalam surat Fathir ayat 39:
هُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ فِي الْأَرْضِ
Artinya: “Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi.”
Dalam kitab Tafsir Al-Qur’anil Azhim, juz 3, halaman 384, Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa maksud dari khalifah atau para pengganti dalam ayat tersebut adalah bahwa Allah menjadikan manusia sebagai pihak yang bertugas memakmurkan bumi. Tugas ini berlangsung dari generasi ke generasi, dari abad ke abad, dan dari satu keturunan ke keturunan berikutnya.
Dengan demikian, orang-orang yang hadir di muka bumi ini, dari berbagai generasi telah diberi amanah oleh Allah sebagai pihak yang dipercaya untuk mengelola dan memakmurkan bumi, bukan malah menjadi pihak yang merusaknya.
Namun kenyataannya, jika kita perhatikan, terjadinya banyak kerusakan alam dan lingkungan itu merupakan akibat dari ulah tangan manusia itu sendiri. Hal ini telah Allah ingatkan dalam firman-Nya pada surat Ar-Rum ayat 41:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Dalam Tafsir Al-Munir juz 9 halaman 105, Syekh Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan bahwa kerusakan tersebut adalah ketidakseimbangan yang mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari kekeringan, musim paceklik, berkurangnya tumbuhan, merebaknya kebakaran, tenggelamnya sesuatu, perampasan harta secara zalim, hingga meluasnya mudarat dan berkurangnya manfaat.
Selain itu, ayat tersebut juga merupakan peringatan dari Allah agar kita semua senantiasa bisa menjaga alam ini dengan baik dan penuh tanggung jawab. Hal ini dilakukan demi terciptanya keseimbangan alam dan keberlangsungan makhluk hidup semua makhluk, termasuk kita semua dan generasi yang akan datang.
Di sisi lain, Rasulullah SAW juga menegaskan tentang pentingnya menjaga dan merawat alam dengan menyebutnya sebagai bagian dari amal kebaikan yang bernilai ibadah. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا، أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا، فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ، أَوْ إِنْسَانٌ، أَوْ بَهِيمَةٌ، إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
Artinya: “Tidaklah seorang muslim menanam pohon atau menabur benih, lalu dimakan burung, manusia, atau hewan, melainkan itu menjadi sedekah baginya.” (HR Bukhari Muslim)
Menurut Imam Al-Munawi dalam kitab Faidul Qadir, juz 5, halaman 633, hadits tersebut menegaskan bahwa menjaga alam adalah bagian dari ibadah yang bernilai pahala. Setiap Muslim yang menanam tanaman atau pohon, kemudian tanaman atau pohon itu dimanfaatkan oleh burung, manusia, atau hewan, maka semua itu dicatat sebagai sedekah bagi orang yang menanamnya. Bahkan jika hasil tanaman itu dicuri, tetap bernilai pahala bagi penanamnya.
Hal ini menunjukkan bahwa agama Islam sangat menekankan pentingnya merawat dan melestarikan alam dan lingkungan. Setiap sesuatu yang bisa memberi manfaat bagi makhluk hidup akan kembali menjadi amal kebaikan. Dengan demikian, menjaga alam bukan hanya tanggung jawab sosial, tetapi juga menjadi jalan untuk meraih keberkahan hidup di dunia dan pahala di akhirat.
Sebagai bagian dari tanggung jawab tersebut, dalam sebuah hadits Nabi juga dijelaskan bahwa kebersihan merupakan bagian dari Iman. Maka, menjaga kebersihan bumi dan lingkungan bisa menjadi cerminan dari keimanan kita. Untuk itu, mari kita menjaga alam ini dengan memulainya dari hal kecil, misalnya hemat air dan listrik, tidak membuang sampah sembarangan, menjaga kebersihan masjid dan lingkungan, menanam pohon dan melestarikan alam.
Semoga kita semua dapat menjalankan amanah ini dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab sehingga tercipta lingkungan yang bersih, sehat, dan penuh keberkahan bagi kita semua dan bagi generasi yang akan datang. Amiin ya Rabbal Alamin…
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُونَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْن
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلًا وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَحَلَالًا طَيِّبًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا. اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ وَالْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ، يَامُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ وَعَلَى طَاعَتِكَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ
Penulis nuonline: Ustadz Muhammad Aiz Luthfi
Khutbah Jumat: Meraih Kebahagiaan Dunia Akhirat dengan Sedekah
UIM – Salah satu amal ibadah yang dianjurkan dalam ajaran Islam dan memiliki banyak keutamaan adalah sedekah. Amalan ini merupakan salah satu ibadah sosial yang diantara tujuannya adalah untuk menciptakan kesejahteraan sosial. Oleh karenanya, sedekah dianjurkan dalam semua waktu dan kondisi, tujuannya adalah agar kebaikan dan kesejahteraan dapat dirasakan secara merata.
Khutbah I
اَلْحَمْدُ ِلله الَّذِي عَمَّ الوُجُوْدَ بِرَحْمَتِهِ وَأَفَاضَ كُلَّ مَوْجُوْدٍ سِجَالَ نِعْمَتِهِ. أَشْهَدُ أَن لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَلَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ مُنْقِذِ الْأُمَّةِ بِرِسَالَتِهِ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ نَالُوا مَرْتَبَةَ الْعُلْيَا بِبَحْرِ جُوْدِهِ وَكَرَمِهِ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ الله اِتَّقُوْا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ، أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ.
Hadirin Kaum Muslimin Sidang Jumat yang Dimuliakan Allah
Mengawali khutbah pada siang hari ini marilah kita bersama-sama meningkatkan ketakwaan dan kepatuhan kita kepada Allah Swt, dengan terus berupaya melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sebab, derajat kemuliaan seseorang tidak diukur dengan seberapa tinggi jabatannya, seberapa banyak hartanya atau seberapa besar pengaruhnya di masyarakat. Akan tetapi, tolok ukur kemuliaan seseorang di sisi Allah adalah sedalam apa hatinya memiliki rasa takwa kepada Allah. Allah Swt. berfirman,
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللّٰهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.” (QS Al-Hujurat [49]: 13)
Hadirin Kaum Muslimin Sidang Jumat yang Dimuliakan Allah
Di antara amal saleh yang sangat dianjurkan dalam Islam adalah bersedekah. Sedekah merupakan wujud nyata dari kepedulian sosial, sarana membersihkan hati dari sifat kikir, sekaligus cara untuk mengembangkan keberkahan harta. Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw. bersabda:
مَا نَقَصَ مَالٌ مِنْ صَدَقَةٍ
Artinya: “Tidaklah berkurang harta itu karena bersedekah”. (HR Al-Thabrani)
Hadis di atas memberikan kita pemahaman bahwa bersedekah tidak menyebabkan harta kita berkurang. Meskipun secara kasat mata sedekah adalah bentuk pengeluaran, Allah swt akan mengganti dengan balasan yang berlipat ganda, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam Al-Quran Allah berfirman:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللّٰهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya: ”Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 261)
Hadirin Kaum Muslimin Sidang Jumat yang Dimuliakan Allah
Sedekah adalah amal ibadah yang tidak mengenal waktu. Kapan pun dan di mana pun, Islam selalu menganjurkan umatnya untuk bersedekah dalam segala kondisi. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 274, Allah Swt berfirman:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Artinya: “Orang-orang yang menginfakkan hartanya pada malam dan siang hari, baik secara rahasia maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan tidak (pula) mereka bersedih.” (QS. Al-Baqarah [2]: 274)
Menurut Sayyid Muhammad Thanthawi dalam kitab al-Tafsirul Wasith, juz I, halaman 629, ayat di atas mengandung pujian bagi orang-orang yang bersedekah tanpa mengenal waktu dan kondisi. Mereka melakukan sedekah dalam semua kondisi, baik siang maupun malam, secara sembunyi maupun terang-terangan. Hal ini tidak lain adalah karena keimanan yang telah mengakar kuat dalam hati mereka.
Dalam kitab Zahratut Tafasir, juz II, halaman 1038, Syaikh Abu Zahrah mengatakan:
وَلَقَدْ قَالُوا: إِنَّ تَقْدِيمَ اللَّيْلِ عَلَى النَّهَارِ، وَالسِّرِّ عَلَى الْعَلَانِيَةِ، فِيهِ إِيمَاءٌ إِلَى أَنَّ الْأُولَى الْإِخْفَاءُ وَالسِّتْرُ؛ وَإِنَّ ذَلِكَ وَاضِحٌ؛ لِأَنَّ فِي الْإِخْفَاءِ وَالسِّتْرِ احْتِيَاطًا لِلنَّفْسِ وَصَوْنًا لَهَا عَنْ كُلِّ مَا يُؤَدِّي إِلَى الرِّيَاءِ
Artinya: “Sungguh, ulama berpendapat bahwa (dalam ayat tersebut) mendahulukan malam atas siang dan sir (sembunyi-sembunyi) atas terang-terangan memberikan indikasi bahwa yang paling utama dalam bersedekah adalah secara sembunyi-sembunyi. Hal itu jelas, karena sedekah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi dapat menjaga seeorang dari hal-hal yang menyebabkan timbulnya riya’.”
Hadirin Kaum Muslimin Sidang Jumat yang Dimuliakan Allah
Bersedekah secara sembunyi-sembunyi maupun teraang-terangan sama-sama dianjurkan dalam agama. Keduanya memiliki keutamaan masing-masing sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Maka dari itu, Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin juz I, halaman 228 menjelaskan, perbedaan pendapat mengenai mana yang lebih utama antara sedekah sir (sembunyi-sembunyi) atau terang-terangan bukan dalam ranah yang substanial.
Akan tetapi, hal itu kembali kepada individu masing-masing. Jika kita khawatir riya manakala sedekah secara terang-terangan, maka sedekah sir lebih utama. Namun, jika dengan sedekah terang-terangan dapat memberikan manfaat lebih, misalnya memotivasi orang lain untuk bersedekah, dan kita mampu membentengi hati dari riya, maka itu lebih utama daripada sedekah secara sembunyi-sembunyi.
Hadirin Kaum Muslimin Sidang Jumat yang Dimuliakan Allah
Lantas apa ganjaran bagi orang yang gemar bersedekah? Dalam Surat Al-Baqarah ayat 274 di atas, setidaknya ada tiga janji Allah bagi orang-orang yang sering menginfakkan hartanya siang dan malam, sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.
Pertama, فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ, mendapatkan pahala dan ganjaran sempurna dari Allah swt. Kedermawanan seseorang akan mengantarkannya memperoleh surga dan kedekatan dengan Allah swt. Dalam sebuah hadis Rasulullah Saw. bersabda:
السَّخِيُّ قَرِيبٌ مِنَ اللهِ قَرِيبٌ مِنَ الجَنَّةِ قَرِيبٌ مِنَ النَّاسِ بَعِيدٌ مِنَ النَّارِ، وَالبَخِيلُ بَعِيدٌ مِنَ اللهِ بَعِيدٌ مِنَ الجَنَّةِ بَعِيدٌ مِنَ النَّاسِ قَرِيبٌ مِنَ النَّارِ
Artinya: “Orang dermawan itu dekat dengan Allah, dekat dengan surga dan jauh dari neraka. Sedangkan oran kikir jauh dari Allah, jauh dari surga dan dekat dengan neraka.” (HR Al-Tirmidzi)
Kedua, وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ, orang-orang yang dermawan tidak akan merasa takut dan khawatir akan azab Allah. Sebab, dengan sedekah dan amal saleh yang ia lakukan menjadi benteng untuk melindunginya dari azab di hari kiamat. Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw. bersabda:
إِنَّ الصَّدَقَةَ لَتُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ وَتَدْفَعُ مِيتَةَ السُّوءِ
Artinya: “Sesungguhnya sedekah itu dapat meredam murka Tuhan dan mencegah dari kematian yang tidak baik.” (HR Al-Tirmidzi)
Ketiga, وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ, mereka akan senantiasa merasakan ketenangan hidup, jauh dari kesedihan dan gundah gulana. Di dunia ia akan merasakan kebahagiaan tersendiri ketika mampu berbagi kepada orang lain, di akhirat kelak ia akan memperoleh kebahagiaan hakiki disisi Allah Swt.
Demikianlah khutbah singkat pada siang hari ini, semoga kita semua diberikan kemampuan oleh Allah swt untuk terus melakukan amal ibadah dan amal kebaikan dalam setiap kondisi. Harapanyya, kebaikan-kebaikan yang kita tebar itu menjadi sebab kita mendapat ridha Allah swt. Aamiin ya rabbal ‘alamin.
بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ ِللهِ حَمْدًا كَثِيرًا كَمَا أَمَرَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لَنْ جَحَدَ وَ كَفَرَ وَاشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُولُهُ وَ حَبِيبُهُ وَ خَلِيلُهُ سَيِّدُ الْإِنْسِ وَ الْبَشَرِ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ سَلَّمَ تسْلِيْمًا كَثِيرًا.أَمَّا بَعْدُ
فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ مَكَارِمَ الْأُمُورِ وَحَافِظُوا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُورِ الْجَمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَ اعْلَمُوا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، و قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ بسم الله الرحمن الرحيم إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيها
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَ عَلَى آل سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ وَ سَلَّمْتَ وَ بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وعلى آل سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. وَارْضَ اَللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاء الرَّاشِدِيْنَ سَادَاتِنَا اَبِي بَكْرٍ وعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَحَابَةِ والتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَ الْمُسْلِمِينَ وَ الْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُحِيبُ الدَّعْوَاتِ وَ قَاضِي الْحَاجَاتِ. رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْهَدَيْتَنَا وَ هَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ رَبَّنَا لَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبَنَا غِلَّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنِ وَ اجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَ إِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَ يَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَ الْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدُكُمْ وَ لَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ واللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Muhammad Zainul Mujahid: penulis nuonline
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
UIM NEWS – Mari teguhkan tekad untuk menjadikan tema HUT Ke-80 RI “Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju” sebagai bagian dari pengamalan ajaran Islam. Persatuan adalah kekuatan umat yang dijaga dengan ukhuwah dan saling menghargai. Kedaulatan adalah wujud kemerdekaan yang dijalankan dengan amanah dan keadilan. Kesejahteraan rakyat adalah buah dari kerja sama, kejujuran, dan kepedulian sosial.
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هَدَانَا لِطَرِيْقِهِ الْقَوِيْمِ، وَفَقَّهَنَا فِي دِيْنِهِ الْمُسْتَقِيْمِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ شَهَادَةً تُوَصِّلُنَا إِلىَ جَنَّاتِ النَّعِيْمِ، وَتَكُوْنُ سَبَبًا لِلنَّظْرِ إِلَى وَجْهِهِ الْكَرِيْمِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ السَّيِّدُ السَّنَدُ الْعَظِيْمُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِى الْفَضْلِ الْجَسِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الْكَرِيْمِ، فَإِنِّي أُوْصِيكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ الْحَكِيْمِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْاۖ وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, karena hanya dengan takwa hidup kita akan mendapatkan keberkahan dan keselamatan di dunia maupun di akhirat.
Ketakwaan pula yang menjadi kunci penting dalam menjaga dan mengisi kemerdekaan yang telah dianugerahkan Allah kepada bangsa kita melalui perjuangan para pahlawan. Kemerdekaan bukan sekadar bebas dari penjajahan, tetapi juga amanah besar untuk membangun kehidupan bangsa yang adil, makmur, dan diridai Allah.
Allah berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberikan bantuan kepada kerabat. Dia (juga) melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu selalu ingat.” (QS An-Nahl: 90)
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Saat ini kita berada pada bulan Agustus 2025 yang merupakan momentum perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia. Pada tahun ini, HUT RI mengangkat tema “Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”. Tema ini tentunya bukan sekadar slogan saja. Ada 3 hal yang ingin diwujudkan melalui tema untuk mewujudkan Indonesia maju yakni persatuan, kedaulatan, dan juga kesejahteraan. 3 hal ini juga merupakan pilar penting dan amanat sejalan dengan nilai-nilai Islami.
Pertama adalah persatuan. Islam memosisikan persatuan sebagai pilar kekuatan umat. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْاۖ
Artinya: “Berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai” (QS. Ali Imran: 103).
Dalam konteks berbangsa dan bernegara, persatuan bisa dimaknai dengan mengesampingkan perbedaan yang memecah belah, memperkuat rasa kebersamaan, dan mengedepankan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan. Sejarah membuktikan, kemerdekaan Indonesia diraih melalui tekad dan persatuan semua elemen bangsa tanpa memandang suku, agama, atau latar belakang.
Dalam Muqaddimah Qanun Asasi Nahdlatul Ulama, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari menyampaikan sebuah fatwa yang mengingatkan pentingnya persatuan. Beliau menyebut bahwa telah menjadi sebuah keniscayaan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang senang berkumpul dan bersosialisasi. Kebersamaan dan ikatan batin satu sama lain, saling membantu dalam menyelesaikan satu kepentingan bersama, dan bersama-sama maju dalam satu komando adalah sebuah hal penting bagi terwujudnya kebahagiaan.
Persatuan juga menjadi faktor pendorong yang kuat bagi terbentuknya rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama. Persatuan merupakan modal terbesar bagi umat. Persatuan juga merupakan sebab sekaligus sarana yang paling ampuh untuk mencapai itu semua.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Kedua adalah Kedaulatan. Kedaulatan dalam Islam bukan hanya berarti bebas dari penjajahan, tetapi juga kemandirian dalam menentukan arah kehidupan sesuai nilai-nilai yang diridai Allah. Kedaulatan negara harus dijaga melalui kekuatan moral, politik, ekonomi, dan budaya yang mandiri. Terlebih dalam era globalisasi, tantangan kedaulatan bukan lagi hanya ancaman militer, tetapi juga penetrasi ideologi dan sistem ekonomi yang dapat melemahkan nilai-nilai bangsa melalui pesatnya perkembangan teknologi.
Terkait dengan kedaulatan, Rasulullah telah memberi contoh dalam bentuk Piagam Madinah yang menjadi inspirasi membangun sistem kedaulatan pemerintahan yang Islami berdasarkan kesepakatan bersama warga bangsa. Rasulullah mengembangkan negara berdasarkan kesepakatan dan perjanjian di Madinah. Rasulullah memimpin umat untuk tetap menjaga komitmen dalam kebersamaan yang diatur dalam Piagam Madinah.
Menjaga kedaulatan ini akan menumbuhkan rasa cinta pada bangsa dan negara. Kecintaan pada bangsa ini juga ditunjukkan oleh Nabi pada Kota Makkah yang terekam dalam haditsnya dari Ibnu Abbas:
مَاأَطْيَبَكِ مِنْ بَلْدَةٍوَأَحَبَّكِإِلَيَّ،وَلَوْلاَأَنَّ قَوْمِيْ أَخْرَجُوْنِيْ مِنْكِ،مَاسَكَنْتُ غَيْرَكِ
Artinya: “Alangkah baiknya engkau sebagai sebuah negeri, dan engkau merupakan negeri yang paling aku cintai. Seandainya kaumku tidak mengusirku dari engkau, niscaya aku tidak tinggal di negeri selainmu,” (HR Ibnu Hibban).
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Ketiga adalah kesejahteraan. Kesejahteraan adalah buah dari persatuan dan kedaulatan yang terjaga. Kesejahteraan juga merupakan cita-cita Al-Qur’an yang telah Allah tegaskan dalam surat Saba ayat 15:
لَقَدْ كَانَ لِسَبَاٍ فِيْ مَسْكَنِهِمْ اٰيَةٌۚ جَنَّتٰنِ عَنْ يَّمِيْنٍ وَّشِمَالٍ ەۗ كُلُوْا مِنْ رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوْا لَهٗۗ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَّرَبٌّ غَفُوْرٌ
Artinya: “Sungguh, pada kaum Saba’ benar-benar ada suatu tanda (kebesaran dan kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka, yaitu dua bidang kebun di sebelah kanan dan kiri. (Kami berpesan kepada mereka,) “Makanlah rezeki (yang dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman), sedangkan (Tuhanmu) Tuhan Yang Maha Pengampun.”
Dalam ayat ini disebutkan bahwa dalam membangun kesejahteraan Masyarakat, tidak hanya dilakukan secara material, tetapi juga secara spiritual. Dari ayat ini kita juga bisa memahami bahwa mendapatkan kesejahteraan bukan hanya di bumi namun juga meraih kesejahteraan melalui ampunan Allah Swt di akhirat nanti.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Visi “Indonesia Maju” dalam tema HUT RI ke-80 sejalan dengan misi Islam sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamin). Kemajuan bukan hanya diukur dari pembangunan fisik, tetapi juga dari kemajuan moral, ilmu pengetahuan, teknologi, dan akhlak bangsa. Negara yang maju adalah negara yang rakyatnya beriman, berilmu, bekerja keras, saling membantu, serta menjunjung tinggi keadilan.
Momentum HUT Ke-80 Republik Indonesia menjadi pengingat bahwa kemerdekaan adalah amanah besar yang harus dijaga melalui persatuan yang kokoh, kedaulatan yang bermartabat, dan kesejahteraan yang merata. Sejalan dengan ajaran Islam, semua elemen bangsa hendaknya terus bekerja sama membangun Indonesia yang kuat, adil, dan makmur, menuju cita-cita Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur, negeri yang baik dan mendapat ampunan Allah.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ، اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَ كَفَرَ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقِ وَالْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً۰ اَمَّابَعْدُ، فَيَاعِبَادَ ﷲ اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَاتَّقُوْا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرٍ
إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ قَوْلًا كَرِيْمًا: اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰٓٮِٕكَتَهٗ يُصَلُّوۡنَ عَلَى النَّبِىِّ ؕ يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا صَلُّوۡا عَلَيۡهِ وَسَلِّمُوۡا تَسۡلِيۡمًا
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْنَا وَأَصْلِحْ أَحْوَالَنَا، وَأَصْلِحْ مَنْ فِي صَلَاحِهِمْ صَلَاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأْهْلِكْ مَنْ فِي هَلَاكِهِمْ صَلاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، اللهُمَّ وَحِّدْ صُفُوْفَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَارْزُقْنَا وَإِيَّاهُمْ زِيَادَةَ التَّقْوَى وَالْإِيْمَانِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
H Muhammad Faizin: Penulis nuonline
Khutbah Jumat: Menjadikan Aktivitas Bekerja sebagai Ibadah kepada Allah
UIM NEWS – Saat ini umat manusia hidup di zaman yang serba cepat dan kompetitif. Bahkan sebagian orang ada yang bekerja seharian mulai dari pagi hingga pulang pada malam hari dalam rangka berjuang mencari nafkah demi keluarga. Setiap gerak yang dilakukan di dunia, termasuk bekerja, mestinya diiringi dengan niat beribadah kepada Allah Swt.
Khutbah I
الْحَمْدُ ِللهِ، الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt,
Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kita berbagai macam kenikmatan sehingga kita dapat memenuhi panggilan-Nya untuk menunaikan shalat Jumat. Nikmat yang harus digunakan dalam rangka memenuhi syariat yang telah ditetapkan-Nya.
Shalawat beserta salam, mari kita haturkan bersama kepada Nabi Muhammad saw, juga kepada para keluarganya, sahabatnya, dan semoga melimpah kepada kita semua selaku umatnya. Aamiiin ya Rabbal ‘alamin.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt,
Saat ini umat manusia hidup di zaman yang serba cepat dan kompetitif. Bahkan sebagian orang ada yang bekerja seharian mulai dari pagi hingga pulang pada malam hari dalam rangka berjuang mencari nafkah demi keluarga. Lalu apakah hal tersebut hanya bernilai kosong di mata Allah Swt?.
Dalam Islam, semua gerak manusia yang bernilai positif, termasuk bekerja, mestinya diiringi dengan niat beribadah kepada Allah Swt karena hal itu akan bernilai pahala. Terlebih Allah Swt telah memerintahkan kepada umat manusia untuk mencari rezeki yang baik agar kemudian digunakan untuk beribadah kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Ankabut ayat 17:
فَابْتَغُوْا عِنْدَ اللّٰهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوْهُ وَاشْكُرُوْا لَهٗۗ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
Artinya: “Maka, mintalah rezeki dari sisi Allah, sembahlah Dia, dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan”.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt,
Pada ayat di atas dijelaskan bahwa Allah Swt memberikan perintah kepada umat manusia untuk mencari rezeki dari sisi-Nya, dalam artian bekerja untuk mencari rezeki dengan niat karena Allah Swt. Selain itu, Allah Swt juga memerintahkan agar selalu beribadah kepada-Nya dan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh-Nya.
Syekh Nawawi Al-Bantani dalam Tafsir Marah Labid juz II hal 213 menjelaskan:
فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ أي فَاطْلُبُوْا مِنَ اللهِ تَعَالَى كُلَّ الرِّزْقِ وَاعْبُدُوهُ لِكَوْنِهِ مُسْتَحَقًّا لِلْعِبَادَةِ لِذَاتِهِ، وَاشْكُرُوا لَهُ لِكَوْنِهِ سَابِقَ النِّعَمِ بِالْخَلْقِ وَمُعْطِي النِّعَمِ بِالرِّزْقِ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ, فَيُرْجَى الْخَيْرُ مِنْهُ لَا مِنْ غَيْرِهِ
Artinya: “Maka mintalah rezeki dari sisi Allah, yakni mintalah segala rezeki kepada-Nya, sembahlah Allah, sebab hanya Allah yang layak disembah, dan bersyukurlah kepada Allah sebab Dia Dzat yang menciptakan kenikmatan bagi makhluk dan memberikan kenikmatan berupa rezeki. Hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan, maka hanya kepada-Nya pula kebaikan diharapkan”.
Dari penjelasan Syekh Nawawi di atas, setidaknya ada 3 komponen dasar perintah Allah Swt yang dapat diambil dari petikan surat Al-Ankabut ayat 17 yaitu pertama perintah mencari rezeki, kedua beribadah dan bersyukur, ketiga diniatkan karena Allah.
Dalam hal ini, ayat ini memberikan penegasan bahwa mencari rezeki yang diniatkan karena Allah akan bernilai pahala di sisi-Nya, dalam bentuk apa pun pekerjaannya. Sebab Allah tidak membeda-bedakan pekerjaan yang dilakukan oleh umat manusia. Bekerja sebagai petani, buruh, pedagang kecil, atau driver, selama itu halal dan diniatkan karena Allah, maka akan bernilai ibadah. Selain diniatkan karena Allah, dalam bekerja juga tentunya harus dilakukan dengan profesional dan dilakukan sebaik mungkin.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt,
Dalam ayat lain, Allah Swt juga memberikan penegasan bahwa mencari rezeki adalah bagian dari perintah-Nya kepada umat manusia dan akan bernilai pahala jika diniatkan untuk mencari ridha-Nya. Allah berfirman dalam surat Al-Mulk ayat 15:
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ
Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu dalam keadaan mudah dimanfaatkan. Maka, jelajahilah segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Hanya kepada-Nya kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”
Imam An-Nasafi dalam tafsirnya, Madarikut Tanzil wa Haqaiqut Ta’wil juz III hal 514 menjelaskan bahwa Allah menjadikan muka bumi sebagai tempat untuk umat manusia dapat mensyukuri nikmat-Nya melalui mencari rezeki dan makan dari hasil rezeki yang telah diberikan oleh Allah Swt. Selanjutnya, saat tiba waktunya nanti akan dikembalikan kepada Allah, Dia juga akan menanyakan apakah manusia sempat bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan?
هُوَ الذى جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ ذَلُوْلاً} لِيْنَةً سُهْلَةً مُذَلَّلَةً لَا تُمْنَعُ الْمَشْيُ فِيْهَا {فَامْشُوْا فِي مَنَاكِبِهَا} جَوَابُهَا اسْتِدْلَالًا اسْتِرْزَاقًا أَوْ جِبَالِهَا أَوْ طُرُقِهَا {وَكُلُواْ مِن رّزْقِهِ} أيْ مِنْ رِزْقِ اللهِ فِيْهَا {وَإِلَيْهِ النُّشُوْرُ} أيْ وَإِلَيْهِ نُشُوْرُكُمْ فَهُوَ سَائِلُكُمْ عَنْ شُكْرِ مَا أَنْعَمَ بِهَ عَلَيْكُمْ
Artinya: “[Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu dalam keadaan mudah dimanfaatkan], yaitu lembut, mudah dilalui, dan ditundukkan sedemikian rupa sehingga tidak menghalangi kalian untuk berjalan di atasnya. [Maka jelajahilah seluruhnya] untuk mencari rezeki, baik gunung-gunungnya, jalan-jalannya, [dan makanlah sebagian dari rezeki Allah]. [Hanya kepada-Nya kamu (kembali setelah) dibangkitkan]. Maka Allah akan menanyakan apakah kalian bersyukur terhadap segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kalian”.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt,
Kesimpulannya, bekerja bukan hanya sekedar mencari uang, namun juga bisa bernilai ibadah jika dilakukan dengan niat yang ikhlas karena Allah dan dilakukan dengan cara yang profesional, menggunakan cara yang halal, dan memiliki tujuan yang benar seperti menafkahi keluarga, membantu orang lain, dan tidak melalaikan ibadah.
Mari kita perbaiki niat kita dalam bekerja dengan tidak hanya niat untuk mencari uang, namun juga dilakukan dengan profesional dan diniatkan pula untuk mencari ridha Allah Swt, bukan hanya untuk mencari hidup yang nyaman, tapi juga menyiapkan bekal pulang kepada-Nya.
Semoga kita termasuk ke dalam hamba-Nya yang bekerja bukan hanya untuk mencari harta saja namun bernilai ibadah dan pahala. Amiin ya rabbal alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
Khutbah II
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ
أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰ لِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَر.ِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
Alwi Jamalulel Ubab: Penulis nuonline
