Khutbah Jumat: Merawat Alam, Menghormati Makhluk Allah

UIM – Menjaga alam bukan sekadar tindakan ekologis, tetapi juga bentuk ibadah dan rasa syukur kepada Allah atas amanah-Nya sebagai khalifah di bumi. Alam adalah makhluk Allah yang juga hidup, bertasbih, dan tunduk kepada-Nya. Maka merawat alam berarti menghormati ciptaan-Nya dan menunaikan tanggung jawab kita sebagai penjaga keseimbangan kehidupan.

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَمَرَ بِالصِّدْقِ فِي الْمُعَامَلَاتِ وَالنِّيَّاتِ، وَنَهَى عَنِ الْغِشِّ وَالْخِيَانَاتِ، وَجَعَلَ الصِّدْقَ سَبَبًا لِبَرَكَةِ الرِّزْقِ وَزِيَادَةِ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَاتِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، الْمَلِكُ الْمُعِينُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الصَّادِقُ الْأَمِينُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ الطَّاهِرِينَ، وَأَصْحَابِهِ الرَّاشِدِينَ، وَمَنْ سَارَ عَلَىٰ دَرْبِهِمْ وَاتَّبَعَ نَهْجَهُمْ إِلَىٰ يَوْمِ الدِّيْنِ

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّٰهِ الْعَزِيزِ الْمَتِيْنِ، وَقَدْ قَالَ تَعَالَى فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ: تُسَبِّحُ لَهُ السَّمٰوٰتُ السَّبْعُ وَالْاَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّۗ وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهٖ وَلٰكِنْ لَّا تَفْقَهُوْنَ تَسْبِيْحَهُمْۗ اِنَّهٗ كَانَ حَلِيْمًا غَفُوْرًا

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, Tuhan yang menciptakan langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada di antara keduanya. Dialah yang mengatur peredaran matahari, bulan, angin, dan air; Dialah yang memberi kehidupan kepada seluruh makhluk yang tampak maupun yang tidak tampak. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, suri teladan yang penuh kasih terhadap seluruh ciptaan Allah.

Pada siang hari yang diberkahi ini, mari kita sama-sama menjaga dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah, sebagaimana dirumuskan oleh para ulama, yaitu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Alam semesta yang kita pijak dan kita huni ini bukanlah benda mati yang tanpa jiwa. Di dalam pandangan Islam, seluruh alam adalah makhluk Allah yang hidup dalam ketaatan kepada-Nya. Mereka memiliki bentuk kehidupan sesuai kadar dan cara yang Allah kehendaki. Mereka tunduk kepada hukum-Nya, mereka bertasbih dan memuji-Nya, meskipun manusia sering kali tidak memahami bahasa tasbih mereka. Allah menegaskan hal ini dalam firman-Nya yang agung:

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمٰوٰتُ السَّبْعُ وَالْاَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّۗ وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهٖ وَلٰكِنْ لَّا تَفْقَهُوْنَ تَسْبِيْحَهُمْۗ اِنَّهٗ كَانَ حَلِيْمًا غَفُوْرًا

Artinya, “Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya senantiasa bertasbih kepada Allah. Tidak ada sesuatu pun, kecuali senantiasa bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Isra’: 44)

Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa seluruh makhluk memiliki kesadaran untuk memuji Allah. Batu, tanah, air, udara, bahkan partikel kecil yang tak tampak mata, semuanya hidup dalam zikir dan ketaatan kepada Sang Pencipta. Alam tidak diam, ia terus berzikir, hanya saja manusia tidak dapat menangkap bahasa mereka. Kita sibuk dengan urusan dunia, sementara alam terus tunduk kepada perintah Allah dengan caranya sendiri.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun telah menunjukkan kepada kita bukti nyata bahwa makhluk selain manusia memiliki kesadaran dan pengenalan terhadap kebenaran. Dalam sebuah hadits sahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, beliau bersabda:

إِنِّي لَأَعْرِفُ حَجَرًا بِمَكَّةَ كَانَ يُسَلِّمُ عَلَيَّ قَبْلَ أَنْ أُبْعَثَ، إِنِّي لَأَعْرِفُهُ الْآنَ

Artinya, “Aku masih mengenal sebuah batu di Makkah yang selalu memberi salam kepadaku sebelum aku diutus menjadi nabi, dan aku masih mengenalnya sekarang.” (HR. Muslim).

Hadits ini, saudara-saudara sekalian, menunjukkan bahwa bahkan batu yang tampak keras dan diam itu memiliki bentuk kehidupan dan kesadaran yang Allah berikan kepadanya. Imam Nawawi dalam kitab Syarh Shahih Muslim jilid 15, halaman 37 menjelaskan bahwa dalam hadits ini terdapat mukjizat bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan di dalamnya terdapat penegasan bahwa sebagian benda mati memiliki kemampuan membedakan dan mengenal.

Hal ini sesuai dengan firman Allah tentang batu-batu yang jatuh karena takut kepada Allah, dan juga sesuai dengan firman-Nya, “Tidak ada sesuatu pun kecuali bertasbih dengan memuji-Nya.” Allah menjadikan pada setiap makhluk kemampuan mengenal dan membedakan sesuai dengan kadar yang Dia kehendaki.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Kisah lain yang juga menggambarkan bahwa alam hidup dan memiliki rasa adalah peristiwa batang pohon kurma yang menangis karena rindu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يَخْطُبُ إِلَى جِذْعٍ، فَلَمَّا اتَّخَذَ الْمِنْبَرَ تَحَوَّلَ إِلَيْهِ، فَحَنَّ الْجِذْعُ كَحَنِينِ الْعِشَارِ، فَنَزَلَ النَّبِيُّ ﷺ فَضَمَّهُ إِلَيْهِ، فَسَكَنَ

Artinya, “Dari Jabir bin Abdullah RA, ia berkata: Nabi SAW dahulu berkhutbah bersandar pada batang pohon kurma. Ketika beliau membuat mimbar dan berpindah ke sana, batang itu pun menangis seperti unta betina yang sedang hamil. Lalu Nabi SAW turun dan memeluknya hingga tenang.” (HR. Bukhari).

Imam Al-Qasthalani dalam kitab Irsyadus Sari jilid 6 halaman 45, menjelaskan bahwa peristiwa ini menunjukkan bahwa Allah telah menciptakan kehidupan, akal, dan rasa rindu dalam batang pohon tersebut.

وَهٰذَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى خَلَقَ فِيهِ الْحَيَاةَ وَالْعَقْلَ وَالشَّوْقَ، وَلِهٰذَا حَنَّ

Artinya, “Dan ini menunjukkan bahwa Allah Ta‘ala telah menciptakan padanya kehidupan, akal, dan kerinduan; karena itulah ia merintih (atau mengeluarkan suara rindu).”

Pohon itu menangis karena kehilangan kedekatannya dengan Rasulullah SAW. Namun, ketika beliau memeluknya, pohon itu pun tenang kembali. Peristiwa ini bukan sekadar mukjizat, tetapi juga pelajaran berharga bagi kita semua, bahwa makhluk di sekitar kita juga hidup, dan mereka pun dapat merasakan sesuatu sesuai kehendak Allah.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Jika sebatang pohon dapat menangis karena rindu kepada Rasulullah, dan bahkan batu pun mengenal beliau, maka betapa tidak berperasaannya manusia apabila justru merusak alam yang senantiasa bertasbih memuji Allah.

Padahal manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi, sebagai penjaga keseimbangan dan kemakmuran alam. Allah mempercayakan bumi kepada kita, bukan untuk dikeruk tanpa batas, tetapi untuk dijaga, dirawat, dan dimakmurkan.

Maka ketika manusia menebang hutan tanpa kendali, mencemari air, menumpuk sampah, dan mengotori udara, sesungguhnya ia sedang mengganggu makhluk-makhluk Allah yang sedang berzikir dan tunduk kepada-Nya.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Marilah kita renungkan kembali hubungan kita dengan alam. Janganlah kita bersikap sombong seolah alam diciptakan hanya untuk dieksploitasi. Alam adalah saudara kita dalam ketaatan kepada Allah. Ia tunduk dan berserah, sementara kita sering lalai.

Alam akan menjadi saksi atas segala perbuatan manusia. Tanah akan bersaksi di mana kita sujud, air akan bersaksi terhadap apa yang kita cemari, dan udara akan bersaksi atas apa yang kita hirup dan lepaskan. Maka jagalah mereka, karena mereka juga makhluk Allah seperti kita. Semoga Allah menjadikan kita hamba yang bersyukur dan tidak merusak bumi yang telah Dia karuniakan kepada kita.

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الَّذِينَ يُحَافِظُونَ عَلَى نِعَمِكَ، وَيَشْكُرُونَ فَضْلَكَ، وَلَا يُفْسِدُونَ فِي أَرْضِكَ، وَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا، وَارْحَمْنَا بِرَحْمَتِكَ الْوَاسِعَةِ، وَاهْدِنَا لِطَاعَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا المُسْلِمُوْنَ اِتَّقُوْا اللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى

وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلَآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيَآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيِّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللّٰهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِيْ الْقُرْبٰى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوْا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ وَ اللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

Penulis nuonline: Ustadz Amien Nurhakim