(Solusi Menyikapi dan Berdamai dengan Corona)

Oleh : Prof. Dr. Ir. Mir Alam Beddu, MSi. Professor Ekologi Pertanian Universitas Islam Makassar & Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian PWNU Sulsel

UIM Opini — Muharram adalah bulan pertama tahun hijriyah, bulan bersejarah bagi ummat Islam, dimana hijrahnya Rasulullah bersama sahabat ke kota Yasrib (Madinah) dari Mekkah untuk melanjutkan perjuangan Dawah, menyebarkan Islam ke seluruh penjuruh dunia.

Sedangkan Agustus bagi bangsa Indonesia merupakan bulan bersejarah, bulan proklamasi, pernyataan kemerdekaan hasil perjuangan “para pejuang dan pendiri bangsa”. 

Mudah-mudahan para pejuang dan pendiri bangsa diterima sebagai “mujahid”  dan syahid disisi Allah SWT. Mudah-mudahan Awal Tahun 1443, di bulan yang mulia ini, Tuhan yang maha kuasa, maha berkehendak mengangkat dan mengembalikan Corona-19 ke habitat alamiahnya karena izin dan kehendak menghadirkan dan menciptakannya, dihadirkan oleh Allah karena ada penyebabnya tidak akan kembali tanpa izin dan kehendaknya,

“Dan apa saja musibah yang menimpah kamu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri/kekuasaan. Dan Allah memaafkan sebagian besar kesalahanmu” (QS. Ash-Shuraa (42):30). 

Jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia (QS: Yunus (10):107

Batas kemampuan manusia hanya berikhtiar, ikhtiar RASIONAL, yang harus dibungkus dengan IKHTIAR SPIRITUAL, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, mendekat, mengadu ke padaNYA hanya DIALAH penentu segalanya, hambanya tidak memiliki kekuatan apa-apa, LAA HAULAWALAA QUWWATA ILLAH BILLAH.

HIJRAH, PERJUANGAN DAN KEMERDEKAAN 

Hijrah adalah bisa berarti berpindah dari suatu ke tempat yang lain secara fisik, namun bisa bermakna berubah dari suatu keadaan, sifat, sikap yang kurang baik ke sifat dan sikap yang lebih baik, mendekatkan diri kepada Allah. hijrah bisa dalam konteks pribadi, sosial keagamaan, berbangsa dan bernegara. 

Dalam konteks keberagamaan bisa bermakna berubah dari keberagamaan yang sekedar beriman berhijrah menuju pada ketaqwaan sebagai tangga meraih predikat tertinggi penyerahan diri Al Muslimun.

Hai orang-orang yang beriman, tingkatkan terus keimanan dan ketaqwaanmu sampai mencapai predikat ketaqwaan yang sebenar-benarnya dan janganlah, meninggalkan dimensi dunia ini sebelum mencapai predikal penyerahan diri  

Berubah dari suatu situasi yang kurang baik menuju pada situasi yang lebih baik, adalah perintah agama yang membutuhkan perjuangan (jihad) yang sungguh-sungguh. Barang siapa tidak berjuang untuk meningkatkan kualitas diri dan amalannya menjadi lebih baik dari hari kemarin, termasuk hamba yang merugi. (Al Hadis) 

Perjuangan tentu memiliki tujuan dan strategi dan cara mencapai dan menggenggam tujuan. Bangsa Indonesia berjuang melawan penjajahan, meraih kemenangan dan kemerdekaan, yang berarti kemenangan dan kemerdekaan  merupakan suatu tujuan perjuangan., kemerdekaan dari penjajahan fisik sudah raih sejak 17 Agustus 1945 (76 tahun), namun kemenangan dan kemerdekaan dari penjajahan jiwa dan pikiran, rasanya masih berlanjut sampai sekarang.

Jiwa yang tidak tenang,  pikiran dan perasaan yang menghadirkan ketakutan yang berlebihan adalah bagian dari penjajahan, boleh jadi bersumber dari diri, pribadi atau dari luar diri “kehidupan” sosial, beragama, berbangsa dan bernegara. 

Secara pribadi berkaitan dengan perjuangan menata hawa nafsu meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan, Rasulullah pernah menanggapi ketika selesai perang badar, sebagian sahabat mengangap bahwa perang badar adalah peperangan yang paling dahsyat, namun Rasulullah mengklarifikasi bahwa perang yang paling dahsyat adalah MENATA HAWA NAFSU, menata diri untuk memenangkan pasukan MALAIKAT merebut KETAQWAAN, dari pasukan IBLIS yang menggiring manusia memenangkan FUJUR.

Hidup di dunia adalah PERJUANGAN melakoni peran KEHAMBAAN dan KEHALIFAAN dalam berbagai peran dan pekerjaan.

Perjuangan menata hawa nafsu, meningkatkan, keimanan dan ketaqwaan, tidak akan berhenti, ketika hamba mengharapkan kehidupan masa datang yang lebih baik, selamat, bahagia dunia dan akhirat. Yauma wulida,(alam dunia)  yauma yamutu  (alam barzah), wa yauma yub’hatsu hayya (alam kebangkitan)

Keimanan dan ketaqwaan yang tumbuh dan melekat kuat pada pribadi-pribadi akan menata kehidupan sosial, peradaban yang mulia, ketaqwaan adalah predikat kemuliaan hamba di sisiNya (inna akramakum indallahi atqaakum), jalan untuk mengundang datangnya, solusi permasalahan dan pertolongan Allah (termasuk solusi menyikapi corona di bumi Indonesia) Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan membukakan jalan keluar dari berbagai permasalahan yang dihadapi (QS: At.Talaq (65):2) 

Penjajahan pikiran dan perasaan yang berasal dari luar diri, boleh jadi bersumber dari penataan pendidikan serta kebijakan dalam menata pemerintahan, berbangsa dan bernegara, yang belum sesuai dengan rambu-rambu “Tuhan” dalam kita Suci dan dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW.

Informasi Tuhan dalam kitab suci bahwa menata bangsa dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan masyarakat akan mengundang datangnya keberkahan langit dan bumi sebagai sumber kesejahteraan masyarakat, apakah digunakan sebagai Referensi utama untuk menata kehidupan berbangsa dan bernegara yang sudah tersirat dalam falsafah hidup Pancasila dan UUD RI. 

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (QS Al Araf (7):96)

Dalam melakukan perjuangan, berhijrah merebut kemenangan baik secara pribadi maupun sosial kemasyarakatan, membutuhkan wadah baik fisik maupun aturan-aturan hukum (syariat), sebagai contoh Masjid yang dibangun bersama adalah wadah sekaligus sebagai bentuk perjuangan untuk melakukan perubahan (berhijrah) meningkatkan kualitas diri keimanan dan ketaqwaan, secara pribadi-pribadi dan kehidupan sosial dan kemasyarakatan dan keberagamaan.

Barang siapa yang membangun masjid akan dibangunkan Istana oleh Allah di Surga kelak (Hadist)

Hadits tersebut di atas dapat dimaknai bahwa barang siapa yang bersama-sama membangun masjid dan memakmurkannya, memanfaatkan bukan hanya sebagai tempat ibadah ritual, akan tetapi untuk pendidikan dakwah, muamalah, akan merasakan ketenangan dan kebahgian hidup di dunia, lebih-lebih di akhirat nanti. (surga bisa bermakna perasaan, situasi yang nyaman yang dirasakan di dunia)

Amalan Muharram

Muharram sebagai tahun baru, awal perhitungan tahun bagi ummat islam adalah Hijrahnya Rasulullah berserta sahabat untuk melanjutkan missi dawah yang diwariskan kepada ummatnya, mari kita manfaatkan untuk menata dan memulai hidup baru, maksimalkan mengikuti sunnahnya (ibadah ritual dan muamalah), sebagai jalan untuk merebut cintah, ridah dan pengampunan dosa dari Allah.

Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (QS: Ali Imran (3):3)

Memaksimalkan amalan sunnah di bulan Muharram ini juga sekaligus merupakan ikhtiar spiritual “resep jitu” menyikapi, berdamai dengan Corona yang sudah satu setengah tahun melanda bangsa Indonesia.

Perkuat niat dengan ikhlas memperbaiki diri, meningkatkan iman dan amal saleh BERHIJRAH, dengan MUJAHADAH berjuang menuju pada kemenangna dan kemerdekaan yang hakiki.

Perbanyak puasa sunah Senin-Kamis, puasa pertengahan  ayyamul bid 13,14 dan 15, Puasa hari asyurah 10 Muharram, dibolehkan berpuasa pada 9 dan 11 Muharram. Puasa yang paling mulia setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram (Hadis)

Memperbanyak amalan kebajikan bersedekah kepada fakir miskin, anak-anak yatim, keluarga dan masyarakat secara umum, menyumbang untuk pembangunan fasilitas ibadah dan fasilitas pelayanan sosial.

Hadis: Barang siapa yang melapangkan jiwa dengan memberi hadiah kepada anak cucu dan keluarganya pada hari Asyura, niscaya Allah akan memberikan kepadanya kemudahan rezeki sepanjang tahun (Hadist)

Istiqamah berjuang, berhijrah dengan meningkatkan kualitas ibadah ritual baik yang wajib maupun yang sunnat dan muamalah yang bertanggungjawab akan mengantar hamba untuk mencapai kemenangan dan kemerdekaan yang hakiki, ketaqwan yang sebenar-benarnya taqwa sebagai tangga menuju predikat penyerahan diri (al Muslimun) dan JIWA AL MUTMAINNAH,  yang akan mendapatkan pengakuan sebagai hamba dan undangan khusus dari Allah masuk ke dalam surga

Hai jiwa yang tenang (tenteram dan damai) kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi di ridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku (yang saleh)  dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS: Al Fajr (89):27-30).■

*) Dari Materi Khutbah Jumat di Masjid Victoria Park, 11 Muharram 1443 H/20 Agustus 2021 .