(Solusi Menyikapi dan Berdamai dengan Corona)

Oleh : Prof. Dr. Ir. Mir Alam Beddu, MSi. Professor Ekologi Pertanian Universitas Islam Makassar & Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian PWNU Sulsel

UIM Opini — Muharram adalah bulan pertama tahun hijriyah, bulan bersejarah bagi ummat Islam, dimana hijrahnya Rasulullah bersama sahabat ke kota Yasrib (Madinah) dari Mekkah untuk melanjutkan perjuangan Dawah, menyebarkan Islam ke seluruh penjuruh dunia.

Sedangkan Agustus bagi bangsa Indonesia merupakan bulan bersejarah, bulan proklamasi, pernyataan kemerdekaan hasil perjuangan “para pejuang dan pendiri bangsa”. 

Mudah-mudahan para pejuang dan pendiri bangsa diterima sebagai “mujahid”  dan syahid disisi Allah SWT. Mudah-mudahan Awal Tahun 1443, di bulan yang mulia ini, Tuhan yang maha kuasa, maha berkehendak mengangkat dan mengembalikan Corona-19 ke habitat alamiahnya karena izin dan kehendak menghadirkan dan menciptakannya, dihadirkan oleh Allah karena ada penyebabnya tidak akan kembali tanpa izin dan kehendaknya,

“Dan apa saja musibah yang menimpah kamu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri/kekuasaan. Dan Allah memaafkan sebagian besar kesalahanmu” (QS. Ash-Shuraa (42):30). 

Jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia (QS: Yunus (10):107

Batas kemampuan manusia hanya berikhtiar, ikhtiar RASIONAL, yang harus dibungkus dengan IKHTIAR SPIRITUAL, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, mendekat, mengadu ke padaNYA hanya DIALAH penentu segalanya, hambanya tidak memiliki kekuatan apa-apa, LAA HAULAWALAA QUWWATA ILLAH BILLAH.

HIJRAH, PERJUANGAN DAN KEMERDEKAAN 

Hijrah adalah bisa berarti berpindah dari suatu ke tempat yang lain secara fisik, namun bisa bermakna berubah dari suatu keadaan, sifat, sikap yang kurang baik ke sifat dan sikap yang lebih baik, mendekatkan diri kepada Allah. hijrah bisa dalam konteks pribadi, sosial keagamaan, berbangsa dan bernegara. 

Dalam konteks keberagamaan bisa bermakna berubah dari keberagamaan yang sekedar beriman berhijrah menuju pada ketaqwaan sebagai tangga meraih predikat tertinggi penyerahan diri Al Muslimun.

Hai orang-orang yang beriman, tingkatkan terus keimanan dan ketaqwaanmu sampai mencapai predikat ketaqwaan yang sebenar-benarnya dan janganlah, meninggalkan dimensi dunia ini sebelum mencapai predikal penyerahan diri  

Berubah dari suatu situasi yang kurang baik menuju pada situasi yang lebih baik, adalah perintah agama yang membutuhkan perjuangan (jihad) yang sungguh-sungguh. Barang siapa tidak berjuang untuk meningkatkan kualitas diri dan amalannya menjadi lebih baik dari hari kemarin, termasuk hamba yang merugi. (Al Hadis) 

Perjuangan tentu memiliki tujuan dan strategi dan cara mencapai dan menggenggam tujuan. Bangsa Indonesia berjuang melawan penjajahan, meraih kemenangan dan kemerdekaan, yang berarti kemenangan dan kemerdekaan  merupakan suatu tujuan perjuangan., kemerdekaan dari penjajahan fisik sudah raih sejak 17 Agustus 1945 (76 tahun), namun kemenangan dan kemerdekaan dari penjajahan jiwa dan pikiran, rasanya masih berlanjut sampai sekarang.

Jiwa yang tidak tenang,  pikiran dan perasaan yang menghadirkan ketakutan yang berlebihan adalah bagian dari penjajahan, boleh jadi bersumber dari diri, pribadi atau dari luar diri “kehidupan” sosial, beragama, berbangsa dan bernegara. 

Secara pribadi berkaitan dengan perjuangan menata hawa nafsu meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan, Rasulullah pernah menanggapi ketika selesai perang badar, sebagian sahabat mengangap bahwa perang badar adalah peperangan yang paling dahsyat, namun Rasulullah mengklarifikasi bahwa perang yang paling dahsyat adalah MENATA HAWA NAFSU, menata diri untuk memenangkan pasukan MALAIKAT merebut KETAQWAAN, dari pasukan IBLIS yang menggiring manusia memenangkan FUJUR.

Hidup di dunia adalah PERJUANGAN melakoni peran KEHAMBAAN dan KEHALIFAAN dalam berbagai peran dan pekerjaan.

Perjuangan menata hawa nafsu, meningkatkan, keimanan dan ketaqwaan, tidak akan berhenti, ketika hamba mengharapkan kehidupan masa datang yang lebih baik, selamat, bahagia dunia dan akhirat. Yauma wulida,(alam dunia)  yauma yamutu  (alam barzah), wa yauma yub’hatsu hayya (alam kebangkitan)

Keimanan dan ketaqwaan yang tumbuh dan melekat kuat pada pribadi-pribadi akan menata kehidupan sosial, peradaban yang mulia, ketaqwaan adalah predikat kemuliaan hamba di sisiNya (inna akramakum indallahi atqaakum), jalan untuk mengundang datangnya, solusi permasalahan dan pertolongan Allah (termasuk solusi menyikapi corona di bumi Indonesia) Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan membukakan jalan keluar dari berbagai permasalahan yang dihadapi (QS: At.Talaq (65):2) 

Penjajahan pikiran dan perasaan yang berasal dari luar diri, boleh jadi bersumber dari penataan pendidikan serta kebijakan dalam menata pemerintahan, berbangsa dan bernegara, yang belum sesuai dengan rambu-rambu “Tuhan” dalam kita Suci dan dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW.

Informasi Tuhan dalam kitab suci bahwa menata bangsa dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan masyarakat akan mengundang datangnya keberkahan langit dan bumi sebagai sumber kesejahteraan masyarakat, apakah digunakan sebagai Referensi utama untuk menata kehidupan berbangsa dan bernegara yang sudah tersirat dalam falsafah hidup Pancasila dan UUD RI. 

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (QS Al Araf (7):96)

Dalam melakukan perjuangan, berhijrah merebut kemenangan baik secara pribadi maupun sosial kemasyarakatan, membutuhkan wadah baik fisik maupun aturan-aturan hukum (syariat), sebagai contoh Masjid yang dibangun bersama adalah wadah sekaligus sebagai bentuk perjuangan untuk melakukan perubahan (berhijrah) meningkatkan kualitas diri keimanan dan ketaqwaan, secara pribadi-pribadi dan kehidupan sosial dan kemasyarakatan dan keberagamaan.

Barang siapa yang membangun masjid akan dibangunkan Istana oleh Allah di Surga kelak (Hadist)

Hadits tersebut di atas dapat dimaknai bahwa barang siapa yang bersama-sama membangun masjid dan memakmurkannya, memanfaatkan bukan hanya sebagai tempat ibadah ritual, akan tetapi untuk pendidikan dakwah, muamalah, akan merasakan ketenangan dan kebahgian hidup di dunia, lebih-lebih di akhirat nanti. (surga bisa bermakna perasaan, situasi yang nyaman yang dirasakan di dunia)

Amalan Muharram

Muharram sebagai tahun baru, awal perhitungan tahun bagi ummat islam adalah Hijrahnya Rasulullah berserta sahabat untuk melanjutkan missi dawah yang diwariskan kepada ummatnya, mari kita manfaatkan untuk menata dan memulai hidup baru, maksimalkan mengikuti sunnahnya (ibadah ritual dan muamalah), sebagai jalan untuk merebut cintah, ridah dan pengampunan dosa dari Allah.

Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (QS: Ali Imran (3):3)

Memaksimalkan amalan sunnah di bulan Muharram ini juga sekaligus merupakan ikhtiar spiritual “resep jitu” menyikapi, berdamai dengan Corona yang sudah satu setengah tahun melanda bangsa Indonesia.

Perkuat niat dengan ikhlas memperbaiki diri, meningkatkan iman dan amal saleh BERHIJRAH, dengan MUJAHADAH berjuang menuju pada kemenangna dan kemerdekaan yang hakiki.

Perbanyak puasa sunah Senin-Kamis, puasa pertengahan  ayyamul bid 13,14 dan 15, Puasa hari asyurah 10 Muharram, dibolehkan berpuasa pada 9 dan 11 Muharram. Puasa yang paling mulia setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram (Hadis)

Memperbanyak amalan kebajikan bersedekah kepada fakir miskin, anak-anak yatim, keluarga dan masyarakat secara umum, menyumbang untuk pembangunan fasilitas ibadah dan fasilitas pelayanan sosial.

Hadis: Barang siapa yang melapangkan jiwa dengan memberi hadiah kepada anak cucu dan keluarganya pada hari Asyura, niscaya Allah akan memberikan kepadanya kemudahan rezeki sepanjang tahun (Hadist)

Istiqamah berjuang, berhijrah dengan meningkatkan kualitas ibadah ritual baik yang wajib maupun yang sunnat dan muamalah yang bertanggungjawab akan mengantar hamba untuk mencapai kemenangan dan kemerdekaan yang hakiki, ketaqwan yang sebenar-benarnya taqwa sebagai tangga menuju predikat penyerahan diri (al Muslimun) dan JIWA AL MUTMAINNAH,  yang akan mendapatkan pengakuan sebagai hamba dan undangan khusus dari Allah masuk ke dalam surga

Hai jiwa yang tenang (tenteram dan damai) kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi di ridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku (yang saleh)  dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS: Al Fajr (89):27-30).■

*) Dari Materi Khutbah Jumat di Masjid Victoria Park, 11 Muharram 1443 H/20 Agustus 2021 .

Oleh : Prof. Dr. Ir. Mir Alam Beddu,MSi, Guru Besar Ekologi Pertanian UIM Makassa, Dosen LLDIKTI Wil.9 Sulawesi dan Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian PWNU Sulawesi Selatan

KETAQWAAN yang kita raih setelah Ramadhan haruslah dibuktikan, dipertahankan dan ditingkatkan terus secara istiqamah. Ketaqwaan adalah segalah bentuk amalan sholeh yang dilandasi dengan keimanan. 

Tidak terlepas dari (1) amalan sholeh yang berhubungan dengan ibadah ritual, (2) amalan sholeh yang berkaitan dengan hubungan social, kemasyarakatan, berbangsa, bernegara bahkan mendunia. menghadirkan cinta dan kasih sayang dalam interaksi social, dan (3) yang berkaitan dengan interaksi makhluk selain manusia baik yang hidup maupun tak hidup (tanaman-hewan-tanah-air dan udara). 

Mencintai bumi Indonesia adalah bagian dari keimanan dan ketaqwaan. Ketiga hubungan di atas harus dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya untuk mewujudkan Islam Rahmatan lil aalamin di Negara yang tercinta ini. Negara yang baldatun tayyibun warabbun gafur.

Apa yang harus dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan ketaqwaan sekaligus mewujudkan rasa cinta pada Tanah Air, menjaga keutuhan NKRI al: sebagai berikut: 

1. Pertahankan atau lanjutkan amaliyah mulia bulan suci ramadhan, diluar bulan ramadhan, karena hanya bulannya yang pergi amliahnya tetap membuka diri untuk diamalkan (ada puasa sunnat, senin-kamis, ayyaamul bidh 13-14-15 bulan qamariyah, ada puasa daud, puasa arafah, lanjutkan sholatul lail shalat tahajjud, membaca dan mengkaji al quran, solidaritas sosial dan lingkungan  infak sedekah), 

2. Buktikan cinta kita kepada Negara dengan memahami tes dan makna simbol-simbol negara, selanjutnya menerapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.  Proklamasi (pernyataan tekad kemerdekaan), harus diterjemahkan dan dibuktikan dalam kehidupan pribadi bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, berusaha bersama untuk memerdekakan diri dari segala aspek penjajahan (pikiran, ekonomi, politik, pendidikan).

Kebinnekaan dalam kesatuan dan persatuan  (keberagaman adalah sunnatullah, sumber kekuatan, keindahan ketika dikelola dengan baik sesuai rambu-rambu agama dan Negara., UUD dengan Mukaddimahnya, memberikan pesan bahwa yang mendasari perjuangan adalah keikhlasan, spiritulitas, Rahmat Allah mendapatkan berkah dalam wujud kemerdekaan menuju pada KESEJAHTERAAN  MASYARAKAT yang berkeadilan sosial (Allah memerintahkan dan mencintai masyarakat yang berbuat adil (inaallaaha yuhibbul mukhsithin). 

Pesan Pancasila untuk mewujudkannya adalah “ketauhidan” mempertuhankan Tuhan Yang Maha Esa, persatuan dan kesatuan, saling menghargai, membangun kedamaian, bermusyawarah dalam merumuskan kebijakan dan mengambil keputusan.  

Persatuan dan Kesatuan itu menurut Prof. Dr. K.H. Qurais Sihab memiliki tiga arti.

“Pertama, kesatuan seluruh makhluk karena semua makhluk kendati berbeda-beda namun semua diciptakan dan di bawah kendali Allah,” 

Kedua adalah, karena semua manusia berasal dari tanah sehingga semua manusia harus dihormati kemanusiannya, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat walau mereka durhaka.

Ketiga adalah kesatuan bangsa meski berbeda agama, suku, kepercayaan maupun pandangan politik., kemuliaan manusia diukur ari ketaqwaan

Bentuk implementasi cinta yang lain adalah  menjaga bumi/alam lingkungan  Indonesia dari eksploitasi dan kerusakan (Allah tidak menyukai hambanya, masyarakat yang berbuat kerusakan Innallaha laa yuhibbul mufsidin, laa yuhibbul fasad).

Cinta tanah air itu memiliki hubungan langsung dengan agama, keimanan dan ketaqwaan. Agama telah menganjurkan manusia mencintai negara tempatnya tumbuh dan berkembang.  Ketika Nabi SAW hendak berhijrah ke Madinah karena tindakan repressive kaum musyrikin dan kafir Quraisy Nabi SAW bersabda, “Betapa indahnya engkau wahai Makkah, betapa cintanya aku kepadamu. Jika bukan karena aku dikeluarkan oleh kaumku darimu, aku tidak akan meninggalkanmu selamanya, dan aku tidak akan meninggali negara selainmu.

Sayidina Ali pernah menyatakan: “Sesungguhnya negara dapat makmur dengan adanya cinta pada tanah air.” Pada kesempatan lain, beliau berkata: “Salah satu tanda kemuliaan seseorang adalah tangisannya atas apa yang telah berlalu dan kerinduannya pada tanah airnya.”

Bumi/Tanah air Indonesia adalah ibu pertiwi yang sangat mencintai kita sehingga mempersembahkan segalanya buat kita (huwalladzii khalaqa lakum maa fil ardhi jamiia), Anak bangsa pun secara naluriah mencintainya. Itulah fitrah, naluri manusiawi, karena itu hubbu al-wathan minal iman, cinta tanah air adalah manifestasi dan dampak keimanan

Pandemi covid-19 yang belum berakhir dan kita tidak tahu kapan berakhir, mari kita perbanyak merenung (pribadi-pribadi, masyarakat-pemimpin paling rendah-pemimpin bangsa dan pemimpin dunia), mengakui kelalaian kita dan, istigfar mengakui kesalahan dihadapan Allah (Innallaaha yuhibbutawaabiina wayuhibbul mutatahhirin) bertaubat kembali menata hidup dan kehidupan sesuai dengan rambu-rambu yang ditetapkan oleh Allah (agama), disepakati dalam bentuk regulasi/aturan untuk menata  organisasi, kehidupan berbangsa dan bernegara, menjaga NKRI. 

Istiqaamah memelihara  dan meningkatkan ketaqwaan melalui tiga dimensi amalan sholeh, akan mengantarkan kita menuju pada tingkatan ketaqwaan yang sebenar-benarnya taqwa  اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ  sebagai tangga menuju pada penyerahan diri  (al muslimun), kembali fitra kesucian, Jiwa yang tenang (al mutmainnah), mendapat pengakuan sebagai hamba dan panggilan khusus dari Allah SWT masuk ke dalam syurga  jannatun naim.■

*) Dari Khutbah Jumat 30 Syawal 1442 H/11 Juni 2021 M di Masjid Nurul Ilmi AMKOP Makassar

Oleh : Prof. Dr. Ir. Mir Alam Beddu,MSi, Guru Besar Ekologi Pertanian Universitas Islam Makassar dan Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian PWNU  Sulawesi Selatan

TAQWA adalah tingkat/makam keberagamaan, setelah sekedar beriman, yang harus ditingkatkan kualitasnya menuju pada tingkatan ketaqwaan yang sebenar-benarnya taqwa untuk merebut predikat keberagamaan tertinggi penyerahan diri  al Muslimun

  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Hai orang- orang  yang beriman, tingkatkan taqwamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, dan janganlah kamu meninggalkan dimensi dunia ini, sebelum mencapai predikat berserah diri kepadaNYA (QS: Ali Imran (3):102

Praktek ketaqwaan dalam hidup berkaitan dengan kepatuhan hamba kepada Tuhan dalam melaksanakan perintahnya (amalan sholeh) dan berusaha menjauhi segala apa yang dilarang (maksiat), Berkaitan dengan peran kehambaan (ibadah ritual) maupun  kekhalifaan (muamalah), yang tidak terlepas dari rangkaian interaksi/hubungan dengan Allah (hablum minanallah), hubungan dengan manusia (interaksi sosial=hablum minannas), hubungan dengan lingkungan (hablum minal aalamin).

Hubungan yang harmoni dari ketiganya dapat menghadirkan kedamaian, kesejahteraan rahmatan lil aalamin. Dalam menata ketiga hubungan ini ada hak dan kewajiban, ada perintah ada larangan, ada akhlak/etika  dalam berhubungan/memanfaatkan alam/lingkungan.  Petunjuk utamanya ada dalam al Qur an, Hadis yang dicontohkan oleh Rasulullah  dan hamba-hamba yang dimuliakan oleh Allah

Peningkatan kualitas ketaqwaan tidak cukup hanya meningkatkan kualitas hubungan dengan Allah (ibadah ritual, shalat, puasa, sedekah) dan hubungan dengan manusia,(dimensi sosial, saling menghargai, si pakatau)  akan tetapi harus utuh dengan peningkatan kualitas kesadaran akan pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan, menjaga kebersihan, menjaga terumbuh karang, tidak merusak hutan (dimensi ekologi).

Sadar atau tidak, hidup dan kehidupan tidak pernah terpisah putus hubungan dengan lingkungan setiap detik kita menghirup udara (khususnya oksigen), oksigen bersih dilepaskan oleh tanaman, diminta atau tidak akan dilepaskan kelingkungan sebagai bentuk konsistensi “tasbih” makhluknya kepadaNYA.

Siklus air dan oksigen sebagai kebutuhan di bumi dikendalikan oleh tanaman,  rata-rata satu daun tanaman menghasilkan 5 ml oksigen per jam. Oksigen murni yang dikonsumsi oleh paru-paru manusia  sekitar 550 liter/hari, kebutuhan air minum rata-rata 1,5 liter per hari.

Betapa maha pengasih dan penyayangNYA  Allah kepada makhluknya, memberikan fasilitas kehidupan, betapa dermawannya lingkungan kepada kita semua, namun kebanyakan manusia lalai untuk memberikan perhatian kepada lingkungan, bahkan sebaliknya justu banyak yang merusaknya.

Berbuat baiklah kepada lingkungan sebagaimana lingkungan ikhlas berbuat baik kepada kita. Kepedulian, memelihara  lingkungan adalah perintah Tuhan, bagian dari ibadah, sebaliknya merusak lingkungan adalah bagian dari “kefasikan”, (Al. Baqarah (2):26-27).  

Ada tiga golongan manusia yang masuk fasik: Orang yang melanggar perjanjian Allah setelah perjanjian itu diteguhkan, memutuskan apa yang diperintahkan oleh Allah untuk disambungkan dan berbuat kerusakan dipermukaan bumi, 

…..Makan dan minum dari rezeki Allah tetapi jangan  bertebaran di bumi dengan berbuat kerusakan, (Al Baqarah (2):60 (…kuluu wasyrabuu min rizqillah walau ta’tsau fil ardhi mufsidin).

Jangan berbuat kerusakan karena Allah tidak meridhoi hambanya yang berbuat kerusakan 

Dan carilah pada apa yang dianugrahkan  Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan jangan lupa  bahagianmu kenikmatan dunia, dan berbuat baiklah (lingkungan, sosial, alam) sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi, Sesungguhnya Allah tidak mencintai orang yang berbuat kerusakan ( QS: Al Qasas (28):77)

Berbuat baik kepada lingkungan bagian dari ketaatan, merupakan indikator kualitas keimanan dan ketaqwaan, tanpa berbuat apa-apa saja kepada lingkungan, lingkungan tetap ikhlas memberikan sumber kehidupan kepada manusia, namun demikian membalas kebaikan lingkungan pasti kita mendapatkan pahala dan kebaikan, sekaligus sebagai implementasi bentuk rasa syukur, dan jalan untuk merebut cinta, ridho dan kasih sayangNYA. 

Sekecil apapun perbuatan baik yang dilakukan pasti akan didapatkan dampak dan pahalanya, begitupula sebaliknya sekecil apapun perbuatan buruk yang dilakukan akan dirasakan akibatnya (QS: Az Zalzalah (99):7-8) 

Menghargai lingkungan adalah bagian dari akhlak Rasulullah, dan perintah Allah, mangamalkan dalam kehidupan adalah bagian dari ibadah 

Tidaklah orang yang menanam tanaman, bagian dari tanaman tersebut dimakan oleh hewan (burung), bernilai sedekah, dan mendapat pahala disisi Allah

Seandainya, besok sudah akan kiamat, masih ada biji ditanganmu, tanamlah, boleh jadi masih tumbuh dan bermanfaat bagi kehidupan.

Pemerintahan tradisional Mandar memandang keakraban manusia dengan lingkungan hidup dan alam sekitarnya harus terpelihara. Sukma manusia sangat erat hubungannya dengan sukma lingkungan, 

Pemerintahan tradisional Mandar, menggunakan kelestarian lingkungan, sebagai tanda keberhasilan pemerintahan. Tanaman digunakan untuk menguji etikat baik/buruknya seseorang pemimpin. Setelah dilantik, masing-masing menanam tanam pada suatu wadah yang disebut “soqbok” ketika tanaman nya tidak tumbuh subur, maka ada etikat tidak baik yang harus diperbaiki dalam menjalankan roda kepemimpinan, dan mendapat peringatan dan teguran dari hadat sebagai perwakilan masyarakat.

Peningkatan kualitas hubungan dengan Allah melalui ibadah ritual (shalat, wajib dan sunnat, tadarrus al quran dan dzikir)  akan membangun  kesholehan individu, Zakat , Infak dan sedekah dan hubungan silaturrahim membangun kesholehan sosial dan ramah dan peduli terhadap lingkungan membangun kesholehan lingkungan. Ketiga kesholehan ini membentuk  pribadi mulia, bertaqwa yang sebenar-benarnya taqwa sebagai tiket dan tangga menuju pada tingkatan puncak Al Muslimun. pribadi yang memiliki kualitas jiwa Mutmainnah yang insya Allah  akan mendapat panggilan khusus dari Allah SWT masuk ke dalam syurga  jannatun naim.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةًفَادْخُلِي فِي عِبَادِي وَادْخُلِي جَنَّتِي   

Hai jiwa yang tenang (tenteram dan damai) kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi di ridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku (yang saleh)  dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS: Al Fajr (89):27-30).■

*) Dari Khutbah Jumat 7 Jimadil Awal 1442 H/18 Juni 2019 M di Masjid Nurut Taubah Imam Lapeo Polman

■ Oleh : Prof DR Ir Mir Alam Beddu MSi, Guru Besar Ekologi Pertanian Universitas Islam Makassar

UIM News — Kenangan terakhir dengan Gurutta KH DR Muh Sanusi Baco Lc adalah bersama shalat subuh, dan menyimak pesan-pesan Beliau melalui ceramah subuh 29 Ramadhan 1442 H, sebagai lanjutan dari ceramah tarwih, yang tidak sempat saya menyimak, karena amanah di tempat lain. 

Ada tiga inti pesan ceramahnya, yang saya bisa ungkapkan dalam tulisan ini yaitu :

1. Allah merahasiakan kapan terjadinya kiamat,

2. Allah merahasiakan kapan, dimana dan bagaimana kematian menjemput kita,

3. Bagimana implementasi perintah Allah untuk berbuat baik kepada ke dua orang tua. 

Pelajaran berharga juga bagi kita semua, di akhir ceramahnya menunjukkan sifat tawadhu Gurutta, dengan menyampaikan rasa bahagianya, karena  menilai sukses pelaksanaan amaliyah ramadhan, menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak  (jemaah, muballig, panitia, imam), bahkan kepada “anak kecil” yang ditugaskan sebagai mubalaghah atas doanya kepada kita semua: Beliau sebut anaknya pak Ambo yang celli-celli saddanna.

Mari simak pesan-pesannya sebagai berikut:

Dua puluh sembilan hari yang lalu kita menyambut tamu agung dengan kegembiraan dan mengucapkan Marhaban ya ramadhan, sekarang tinggal beberapa hari, bahkan beberapa jam lagi tamu agung sudah akan meninggalkan kita selamanya. karena bulan ramadhan yang akan datang tahun 1443 H, bukan lagi bulan ramadhan tahun 1442 H, kita berdoa mudah-mudahan seluruh pelajaran yang diberikan tamu agung dapat kita laksanakan dengan baik,

Sebagai nasehat kepada jamaah sekalian, bahwa penghimpun dari ajaran bulan puasa sepeti yang terkandung pada hadist Nabi: Manshoma ramadhan iimaanan wahtisaaban kharaja min dzunuubi kayaumi waladathu ummuuhu (barang siapa yang berpuasa pada bulan ramadhan dan menuntut ridho Allah, keluar dari dosa-dosanya seperti hari ibunya melahirkannya/bersih dari dosa), menurut Gurutta  ini termasuk hadist taskiyah.

Sebagaimana sebelum lahir kita dikandung selama 9 bulan, lahir di permukaan bumi disambut dengan Takbir, Allahuakbar.. di telinga kanan dan kiri. Setelah lahir dikandung kembali, oleh perjalanan bulan mulai dari Muharram sampai Ramadhan dan Alhamdulillah  sudah sampai 9 bulan,  beberapa hari lagi kita akan lahir kembali, bukan dari perut ibu, tetapi lahir dari perjalanan bulan, akan disambut dengan Takbir, sebagai pernyataan  kegembiraan, Tauhid, Takbir lahir kedua kalinya.

Kehidupan ini adalah suatu perjalanan yg cukup panjang, kapan berakhir dan berhenti, tidak ada yang tahu kecuali Allah. ada beberapa hal yang Allah rahasiakan, diantaranya.

Pertama: Datangnya hari kiamat, tidak ada yang tahu, sehingga ketika nabi ditanya kapan hari kiamat, jawabannya tidak tahu, kalau begitu apa tanda-tandanya ya Rasulullah,l. Salah satu tandanya ketika sudah banyak anak yang durhaka kepada orang tuanya, masa sekarang tanda itu sudah hadir, bahkan ada anak yang membunuh orang tua.. Allah memerintahkan kita berbuat baik kepada orang tua ….wabil waalidaini ikhsaanan,…

Beliau Gurutta memberikan contoh bentuk implementasi berbuat baik kepada kedua orang tua yaitu ketika seorang anak dapat berita bahwa orang tua sakit di kampung, karena dalih kesibukan hanya mengirim obat dan uang untuk perawatan, belum dianggap berbuat baik, nanti berbuat baik ketika meninggalkan seluruh kesibukannya dan segera menjenguk orang tua, meskipun tidak membawa obat, karena dia sendiri adalah obat bagi orang tua yang sakit. 

Kedua tidak ada yang tahu kapan kematian datang, kematian itu rahasia, benua  yang sangat luas, menyimpan berbagai misteri  yang  belum diketahui, sehingga setiap peneliti kesana tidak ada yang kembali, kita juga tidak tahu bagaimana jalannya dan dimana datangnya kematian.

Indonesia baru berduka dengan meninggalnya 53 perwira terbaik yang terkubur di dasar laut, dimana tidak ada lagi kehidupan,  kita berdoa mudah-mudahan dapat dikuburkan pada tempat yang layak disisi Allah….

Saya sebagai pengurus  Mesjid Raya sangat bergembira, karena seluruh rangkaian ibadah ramadhan selama satu bulan berjalan dengan baik, bahkan lebih lancar dari tahun-tahun sebelumnya.semuanya  tidak terlepas  dari partispasi seluruh jemaah, ustaz, muballig, imam, panitia, muballagha, anaknya pak Ambo celli-celli saddanna aga na pau : Ya Allah Nas’aluka ridhoka wal jannah  (Yaa Allah kami mohon Ridho-mu dan kami mohon surgamu).  mudah-mudahan kita semuaa jemaah Mesjid Raya dapat bertemu di surga, karena duami keputusan na Puang Allaa Taala  ku kennya Suruga, Naraka.

Gurutta berterima kasih pada para mubalagha yang selalu berdoa: Allohumma inna nas’aluka ridhoka wal jannah wa na’udzhubika min sakhotika wannaar, Allohumma innaka afuwwun kariim tukhibbul afwa fa’fuanni (Yaa Allah, sesungguhnya kami memohon keridhoan-Mu dan surga, dan kami berlindung dari murka-Mu dan siksa neraka, Yaa Allah sesungguhnya Engkau maha pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkan aku yang maha mulia).

Sekian dan terimakasih Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuhu.■

Oleh : Prof. Dr. Ir. Mir Alam Beddu, M.Si, Guru Besar Ekologi Pertanian Universitas Islam Makassar & Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdatul Ulama Sulsel 

UIM News — Selama 1 bulan Ramadhan kita menata hawa nafsu dan  melatih seluruh potensi kecerdasakan untuk meningkatkan kualitas diri kita  dalam menata kehidupan yang lebih bermakna, bahagia di dunia sebagai jalan meraih kebahagiaan akhirat

Kumandang takbir Idul fitri kali ini semoga semakin menegaskan dan menyegarkan kesadaran kehambaan (abdillah), kesadaran akan kebesaran dan ketergantungan  kita kepada sang  KHALIK Kesadaran sebagai makhluk ciptaan Allah, makhluk yang telah Allah berikan berbagai macam kelebihan, keunggulan, dan kemuliaan, sehingga diberikan amanah untuk mengelolal alam dengan bertanggungjawab ke padaNYA (khalifatullah).

Kehidupan di dunia adalah lanjutan kehidupan dari alam rahim, membuktikan syahadat komitmen yang kita genggam dari alam rahim, membuktikan syahadatain, mempersiapkan bekal menelusuri jalan melanjutkan kehidupan baru di alam barzah, alam akhirat dan kembali ke padaNYA (ilaihi turjauun). Bekal untuk melanjutkan perjalanan adalah “KETAQWAAN”  yang diperoleh melalui ibadah ritual yang bermakna dan muamalah yang bertanggungjawab. 

Manusia terdiri (1) jasad (badan), tubuh kasar yang berasal dari satu (stem sel) membentuk jaringan,organ dengan keragaman struktur dan fungsi dan (2)  jiwa (badan energy, bioplasmik), tubuh halus yang saling berhubungan membentuk suatu sistem kehidupan karena mendapatkan potensi hidup, potensi kemuliaan, potensi kecerdasan  yang berasal dari NYA (Ar Ruhnya), kualitas jasad dipengaruhi kualitas jiwa begitu pula sebaliknya, kualitas diri juga mempengaruhi dan dipengaruhi kualitas lingkungan. 

Kualitas pribadi manusia tergantung pada  sejauhmana kedekatannya pada kualitas potensial yang berasal dari arruhNYA,  tercermin dalam pemikiran dan prilaku manusia yang akan membentuk sikap dan  akhlaknya. Potensi pemikiran yang cerdas dan prilaku mulia manusia sudah ada dalam diri setiap hamba mulai dari titik awal kehidupan yaitu  “stem sel” di dalam rahim yang dianugrahkan Tuhan ketika meniupkan sebagian ruhNYA kepada hambanya

ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ [٣٢:٩]

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya rohNya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. [Qs. Sajadah (32):9

Manusia diciptakan sebagai hamba untuk menyembah kepadaNYA dan sebagai khalifah untuk mengelola alam semesta melalui berbagai profesi. Untuk melaksanakan tugas kehambaan dan kehalifaan dipermukaan bumi manusia dilengkapi dengan “tool” alat berupa pendengaran, penglihatan dan fuad untuk memilih jalan hidupnya, ingin mendekati fitra kemuliaan (arRuhNYA), atau menjauhi.

Jalan hidup adalah pilihan dan kosekuensinya akan didapatkan sendiri oleh sang pemilih (kullu nafsin bimaa katsabat rahinatan) .  Alat yang diberikan oleh Allah kepada manusia akan dipertanggungjawabkan di hadapannya. Innas sam’a walbashora wal fuadah KULLU ulaika kana anhu mas-uulaa  (Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan perasaan (fuad) aku akan mnta pertanggung jawabannya.

 Jati diri yang kuat serta sesuai dengan fitra kemanusiaan, terbentuk melalui jiwa yang kuat dan konsisten mendekati potensi kualitas jiwa tertinggi (ar-Ruh), serta  memiliki integritas, dedikasi dan  loyalitas terhadap pemilik Ar Ruh, Allah Rabbul Aalamin, menghadirkan DIRINYA (dzikrullah) dalam segala aktifitasnya.

Jiwa yang berkualitas akan menghasilkan pribadi yang cenderung berbuat kebaikan, dan berusaha selalu menghindari perbuatan-perbuatan yang merugikan dirinya, orang lain dan lingkungan (Jiwa yang Lawwaamah, pribadi al muttaqiin)

Menata  dan meningkatkan kualitas diri, tidak mudah karena, di dalam diri terdapat dua kekuatan yang tarik menarik, fujurahaa  (kekuatan tarikan syaitan) wataqwaaha (kekuatan tarikan malakat), yang sangat ditentukan oleh, baik buruknya, fisik, kerja dan respon segumpal daging di dalam diri, 

Sesungguhnya dalam diri manusia ada suatu gumpalan, kalau ia baik maka, baiklah seluruh kegiatan (jasad/prilakunya) dan kalau buruk, buruk pulalah (jasad/prilakunya), gumpalan itu adalah Hati (qalb)

Sensitifitas qalb dalam mekanisme kontrol diri dan nyambung dengan radar dan frekuensi spiritual (kontrol dan mendapatkan petunjuk Tuhan), harus dilatih, sehingga menjadi “permanen” dalam struktur sarafi, menambah sambungan2 neuron spiritual otak.

Ramadhan sebagai bulan pendidikan dan pelatihan akan mengasah gumpalan tersebut agar tetap baik  dan mudah bergetar, menuntun manusia menuju pada fitra diri, fitra kesucian untuk mendapatkan ridha dan kasih sayangnya, keselamatan dunia dan akhirat.

Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dimana diturunkan al Quran (kitab dan hikmah) sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang yang meyakininya, bukan hanya bagi orang muslim akan tetapi bagi seluruh ummat manusia:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan  Al Quran (kitabbun walhikmah), sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang bathil…… (QS.Al. Baqarah (2):185)

Berbagai rangkaian amaliyah ramadhan  akan meningkatkan kualitas diri, pribadi dan lingkungan antara lain sebagai berikut:

  1. Puasa selama satu bulan melatih diri untuk ikhlas, sabar, jujur dan patuh pada aturan untuk mencapai tujuan laallakum tattaqum (predikat kemuliaan), inna akramakum indallahi atqaaqum
  2. Qyyaamullail (tarwih/tahajjud), adalah amalan shalat sunnat untuk menyempurnakan ibadah puasa memperbanyak frekuensi nyambung dan komunikasi dengan Allah, selain komunikasi melalui shalat wajib dan sunnat lainnya.
  3. Memperbanyak dzikir dalam bentuk ungkapan kalimat toyyib bil khaer (mensucikan, ungkapan kesukuran, membesarkan dan mentauhidkan), dzikir dalam upaya menghadirkan sifatnya dalam berbagai aktifitas  (qiyaaman, waquudan waalaa junuubikum) berbagai profesi mengantar kita untuk mengingat dan merasakan kehadiranNYA untuk mengontrol dan memberikan petunjuk jalan yang diridhoainya
  4. Tadarrus al Quran, membaca dan memahami serta berusaha menerapkan dalam kehidupan nyata.  Al Quran berisi petunjuk untuk mengaktualkan fitradiri, melatih jiwa untuk selalu mendekat pada potensi kemuliaan tertinggi (Ar Ruh) yang tercemin dalam  sikap, prilaku dan akhlak manusia  yang terwajantahkan dalam kualitas pribadi dan lingkungan (sosial dan alam).  Al Quran adalah ayat  yang tertulis dan mengandung hikma,  cahaya dan ruh kemuliaan dan kesucian yang akan mengisi jiwa yang suci (Ruh Insaniyah)
  5. Zakat, Infak dan Sedekah, membangun empati, kesyukuran,  kepedulian sosial dan lingkungan

Puasa, Qyyyaamullail, tadarrus al quran, dzikir dengan imaanan wahtisaaban (keyakinan dan penuh koreksi diri) yang dilatihkan secara berkesinambungan mulai 10 hari pertama (rahmatnya),10 hari berikut mendapatkan pengampunan (magfirah), sebagai proses pensucian jiwanya, kembali mendekat ke fitrah kesucian sehingga pada 10 malam terakhir bulan suci ramadhan berpeluang besar mendapatkan “hikmah kesucian/ruh al quran” yang dibawah turun oleh makhluk berbadan suci/cahaya (ruhul qudus) malaikat karena izin Allah pada “lailatul qadar” tanazzalul malaaikatu warruhu fiihaa biidzni rabbika. 

Pribadi-pribadi yang berhasil mendekati fitra kesucian (Ar Ruh)  dalam proses pelatihan inilah yang berpeluang mendapatkan “hikmah” terpilih karena kehendaknya (yuttil hikmata man yasyaa), dan barang siapa yang diberikan hikmah itulah karunia, kebaikan yang banyak (waman yuttal hikmata fakad uutiya khairan ktasiiraa) 

Luaran bulan ramadhan adalah pribadi-pribadi yang muttaqin. Pribadi yang memiliki kontrol diri, kontrol lingkungan, kontrol sosial dan kontrol spiritual yang kuat untuk tidak melakukan aktifitas yang tidak diridhoai, merusak diri, lingkungan sosial dan alam, pribadi yang berusaha tidak berbuat kerusakan di bumi  ( laa tufsiduu fil ardhi, innallaha laa yuhibbul fasad  (karena Allah tidak menyukai hambanya yang berbuat kerusakan) 

Pribadi yang memiliki kontrol spiritual yang kuat, selalu  merasa tersambung dan merasakan kehadiranNYA kapan dan dimanapun berada, selalu terdorong untuk mengaktualkan/ mempraktekkan sifat-sifat muliaNYA, berbuat banyak bermanfaat bagi diri dan lingkungannya  sebagai implementasi  “kemuliaanya”  khairunnas anfauhum linnas wa anfauhum lil aalamin”  (manusia yang paling mulia adalah banyak bermanfaat bagi manusia dan lingkungan)

Pribadi yang berhasil meningkatkan kualitas diri dan keberagamaan dari sekedar beriman yang dipanggil  untuk melaksanakan ibadah puasa, menuju pada ketaqwaan lallakum tattaqun , sebagai tangga menuju tingkatan kualitas pribadi tertinggi, memiliki ketauhidan sejati menyerahkan diri  secara total kepadaNYA (al Muslimun)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ [٣:١٠٢]

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan muslim (berserah diri)

Pribadi al Muslimun, memiliki kualitas jiwa mutmainnah yang insya Allah  diakui sebagai hamba, mendapat ridha dan akan mendapat panggilan khusus dari Allah SWT masuk ke dalam syurga  jannatun naim.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةًفَادْخُلِي فِي عِبَادِي وَادْخُلِي جَنَّتِي   

Hai jiwa yang tenang (tenteram dan damai) kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi di ridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku (yang saleh)  dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS: Al Fajr (89):27-30) 

Ramadhan, bulan yang penuh berkah, tamu agung yang datang satu kali satu tahun, telah meninggalkan kita. Merasakan kepergiannya pasti berbeda-beda tergantung pada sikap kita dalam menyambut dan memanfaatkan/ menemani tamu agung tersebut selama satu bulan, ketika kita sambut dengan biasa-biasa saja, kepergiannya biasa-biasa saja, boleh jadi dia pergi tanpa kesan kita tidak merasakan  apa-apa. 

Bagi yang menyambutnya dengan luar biasa akan merasa sedih akan kepergiaanya, namun jangan larut dengan kesedihan, bulannya telah pergi, akan tetapi amaliyahnya masih tetap hadir pada semua bulan, membuka diri untuk diamalkan (masih ada puasa syawal, puasa daud, puasa senin-kamis, qiyaamullail/tahajjud, dzikir, infak sedekah), untuk menjaga, mempertahankan bahkan meningkatkan ketaqwaan dan fitra diri .

Yang pasti,  sepanjang  bumi dan langit ini masih ada, tamu agung akan datang setiap tahun, akan datang  tahun depan. Yang tidak pasti dan tidak ada jaminan adalah apakah kita masih diberikan kesempatan untuk menyambutnya, pada tahun2 yang akan datang.  Untuk itu pertahankan ketaqwaan, kemuliaan , fitra kesucian  yang  di raih di bulan suci Ramadhan. Genggam dan hadirkan dia untuk menata  hidup, dan kehidupan, melaksanakan tugas kehambaan dan kekhalifaan sampai batas kontrak waktu yang tidak bisa mundur dan tidak bisa maju (laa yastakhiruuna saatan walaa yyastakdimuuna), dengan harapan masih mendapat kesempatan untuk menyambut tamu agung bulan suci ramadhan 1443 H. Amin.■

*) Disarikan dari naskah khutbah Idul Fitri yang disanpaikan di Masjid AL FATIH AL ANSHAR (Masjid Ka’bah) Makassar.