ISNU Makassar Siap Jadi Motor Intelektual dan Transformasi Sosial

UIM NEWS – Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) merupakan salah satu badan otonom Nahdlatul Ulama (NU) yang memiliki peran strategis sebagai wadah para intelektual, akademisi, dan profesional dalam mengembangkan pemikiran, penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat dalam bingkai Ahlussunnah wal Jama’ah.
Melalui perannya, ISNU diharapkan menjadi garda terdepan dalam melahirkan solusi keilmuan dan sosial yang berakar pada nilai-nilai keislaman moderat dan kearifan lokal.
Kehadiran Pengurus Cabang (PC) ISNU Makassar menjadi momentum penting bagi upaya penguatan peran intelektual Nahdlatul Ulama di Kawasan Timur Indonesia.
Kota Makassar yang dikenal sebagai pusat pendidikan, perdagangan, dan kebudayaan memiliki potensi besar untuk menjadi laboratorium sosial bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan praktik kebangsaan berbasis nilai-nilai Aswaja.
“PC ISNU Makassar diharapkan mampu menjadi motor penggerak transformasi sosial, keilmuan, dan kebudayaan di tingkat lokal, nasional, bahkan internasional,” ujar Ketua ISNU Makassar, Prof. Dr. H. A. Marjuni, M.Pd.
Ia menegaskan ISNU tidak hanya hadir untuk berdiskusi dan berwacana, tetapi juga untuk menghadirkan karya nyata yang menjawab kebutuhan umat dan bangsa.
Lahir dari rahim Nahdlatul Ulama, ISNU membawa semangat intelektualisme yang berpijak pada nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah An-Nahdliyah. Dengan demikian, setiap langkah dan program yang dijalankan harus berlandaskan tradisi keilmuan Islam yang moderat, toleran, dan kontekstual dengan tantangan zaman.
Prof.Marjuni menambahkan, “ISNU Makassar harus menjadi wadah aktualisasi bagi para sarjana NU untuk berkiprah secara produktif dan memberikan solusi berbasis ilmu pengetahuan.”
Dalam konteks Makassar, peran ISNU semakin strategis. Sebagai kota yang menjadi melting pot berbagai etnis, budaya, dan agama, Makassar membutuhkan kehadiran organisasi intelektual yang mampu menghadirkan solusi holistik atas beragam tantangan sosial.
ISNU Makassar diharapkan menjadi jembatan sinergi antara dunia akademik, masyarakat, dan pemerintah, sehingga mampu mendorong pembangunan berbasis riset dan nilai kemanusiaan.
Era digital dan revolusi industri 4.0 menghadirkan tantangan baru bagi umat Islam, terutama generasi muda NU. Disrupsi teknologi, derasnya arus informasi, serta perubahan sosial yang begitu cepat menuntut respon yang adaptif dan inovatif.
ISNU Makassar harus tampil sebagai think tank sekaligus agent of change untuk memastikan umat Islam tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen pengetahuan, inovasi, dan kebijakan publik.
Selain itu, isu-isu kebangsaan seperti radikalisme, intoleransi, krisis lingkungan, kesenjangan ekonomi, dan lemahnya literasi publik menjadi perhatian utama yang harus dijawab dengan pendekatan akademik dan praksis.
ISNU Makassar memiliki tanggung jawab untuk menghadirkan narasi alternatif yang menyejukkan sekaligus solutif, dengan mengintegrasikan hasil riset, pengabdian masyarakat, dan pemikiran kritis para anggotanya.
Dalam kerangka tersebut, penyusunan program kerja PC ISNU Makassar masa khidmat 2025-2030 menjadi langkah strategis yang sangat penting.
Program kerja ini tidak hanya menjadi pedoman teknis dalam pelaksanaan kegiatan organisasi, tetapi juga berfungsi sebagai peta jalan strategis untuk mengarahkan langkah kolektif ISNU dalam memberikan kontribusi nyata di bidang keilmuan, sosial, dan kebudayaan.
Dengan penyusunan program kerja yang sistematis dan berbasis riset, seluruh elemen ISNU Makassar diharapkan dapat bergerak secara terorganisir, konsisten, dan berorientasi pada hasil.
Program tersebut juga menjadi bentuk nyata dari komitmen ISNU untuk terus berkhidmat melalui jalan intelektualisme yang membumi, berpihak pada masyarakat, dan sejalan dengan cita-cita besar Nahdlatul Ulama serta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sebagai penutup, Prof. Marjuni menegaskan, “ISNU bukan sekadar organisasi para sarjana, tetapi juga ruang pengabdian untuk mengubah ilmu menjadi manfaat. Kami ingin ISNU Makassar hadir di tengah masyarakat sebagai penggerak perubahan, bukan penonton perubahan.”