Oleh : DR KH Mahmud Suyuti Lc MA, Dosen UIM dan Komisioner Baznas Sulsel

UIM News — Innalillahi wa inna ilayhi rajiun telah wafat Alm AGH Sanusi Baco, Sabtu (14/5/2021). Alm sejak 1982 menerima amanah sebagai Rais Syuriah, pemimpim spiritual tertinggi di NU Sulsel.

Di NU Rais Syuriah menjadi ikon utama sehingga kewibawaan jam’iyah dan jamaah ada pada Rais Syuriah terutama dalam konferwil dianggap tidak pernah salah pilih dan memilih siapa figur terbaik sebagai ketua tanfidz, sebagai mana amanah yang diberikannya kepada almarhum KH. Abdurrahman B (1982-1987) dan alm KH. Abdurrahman K (1987-2002).

Saat Konferwil ke-10 di kantor PWNU Sulsel dengan issu miring sebagian jamaah menolak orang partai, tapi justru dengan kewibawaan Rais Syuriah menetapkan almarhum Harifuddin Cawidu petinggi Partai Golkar saat itu sebagai ketua tanfidz untuk periode 2002-2005.

Konferwil ke-11 di ponpes Nahdlatul Ulum dengan terpilihnya KH Thahir Syarkawi lagi-lagi dengab kewibawaan almarhum sebagai Rais Syuriah menjatuhkan pilihannya ke KH Zein Irwanto untuk memimpin NU Sulsel periode 2012-2013.

Konferwil ke-12 di ponpes Darul Mukhlisin UMI Padanglampe Pangkep dengan skor 12 suara untuk Kadir Ahmad beda tipis 13 suara untuk Iskandar Idy oleh alm Rais Syuriah menetapkan pilihannya untuk periode 2013-2018.

Untuk Konferwil ke-13 PWNU periode 2018-2023 kembali almarhum AGH Sanusi Baco sebagai Rais Syuriah memperlihatkan kewibawaannya dengan mempersiapkan figur tanfidziyah terbaik sebagai mana dalam pidato iftitahnya yang dibacanya.

Ada tiga poin penting dalam pidato tersebut yang lagi-lagi menunjukkan kewibawaannya, sebagai berikut:

  1. Ketua NU ke depan sebaiknya alumni pesantren yang bisa baca kitab kuning.
  2. Jangan karena baliho-baliho terpengaruh untuk memilih figur tertentu.
  3. Saya (alm AGH Sanusi Baco) insyaAllah akan mengabdi di NU sampai akhir hayat.

Point ketiga pidato tersebut benar-benar telah menunjukkan kewibawaan almarhum katena menjadi Rais Syuriah NU Sulsel sampai akhir hayatnya. Wallahul muwaffiq.■ fir