AG Drs KH Muhyiddin Zain, Tokoh Pendidikan Tinggi Islam Sulsel (3)

UIMsmart News — Keberangkatan Ust Muhyiddin ke Yogyakarta dengan tujuan utama untuk menuntut ilmu, juga tidak terlepas dari kondisi sosial politik yang penuh dengan goncangan di Sulawesi Selatan karena keberadaanDII/TII (Darul Islam Indonesia/Tentara Islam Indonsia) di bawah komando Qahar Muzakkar sejak awal tahun 1950-an.
Ustaz Muhyiddin pada paroh pertama tahun 1950-an agaknya sudah dikenal sebagai pemuda yang cerdas dan memiliki pengetahuan agama yang dalam.
Menurut Dr Ir Hj. Andi Majdah, ketika itu timbul desas desus bahwa ia menjadi salah seorang sasaran kelompok bersenjata itu untuk diculik. Kelompok ini berhasil menculik KH Abdurrahman Ambo Dalle.
Setelah menikah, Ustaz Muhyiddin yang sedang menempuh pendidikan di
Yogyakarta memboyong isterinya ke kota ini. Semua putra putrinya dilahirkan di Yogyakarta,kecuali anak kedua, yakni Andi Maria.
Ketika itu, Ustaz Muhyiddin kembali ke Makassar sehubungan dengan kematiansalah seorang kerabat dari pihak isteri. Di Yogyakarta, keluarga Ustaz Muhyiddin pernah tinggal pada satu rumah bersama dengan dua keluarga lainnya.
Salah satunya adalah Prof. Dr. Ahmad Syalabi, dosen bantuan dari Universitas Al-Azhar Cairo ke IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ustaz Muhyiddin memilih jurusan Pendidikan bahasa Arab pada Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga. Selagi masih mahasiswa ia bertugas sebagai asisten Prof. Ahmad Syalabi dalam mata kuliah bahasa Arab.
Bahkan menurut Prof. Dr. H Andi Rasdiana, Ustaz Muhyiddin mengajar pada tingkat doktoral, yakni mahasiswa yang sudah lulus sarjana muda (meraih gelar Bachelor of Art) dan mengikuti pendidikan lebih lanjut untuk memperoleh gelar sarjana lengkap (Doktorandus/Doktoranda).
Mengajar menjadi salah satu aktivitas utama Ustaz Muhyiddin di Yogyakarta. Ia pernah mengajar beberapa tahun di MMT (Madrasah Muallimin Tinggi) di masjid Kauman Yogyakarta. Ia pergi mengajar dengan mengendarai sepeda yang jaraknya sekitar empat kilometer dari tempat tinggalnya.
Madrasah MMT dikelola oleh organisasi Muhammadiyah. Karena peran ini, maka ia dinilai dekat dengan pengurus organisasi ini. Ia sendiri dibesarkan dalam lingkungan keluarga Nahdlatul Ulama atau menganut paham keagamaan seperti dalam tradisi warga NU.
Menurut penuturan Hj. Andi Ukdah, Ustaz Muhyiddin sering diminta oleh warga masyarakat untuk menuliskan doa-doa untuk diamalkan. Permintaan ini biasanya dikabulkan oleh beliau dengan terlebih dahulu berwudu. Sebaliknya, ia sendiri sering menemui sesepuh di Soppeng dan membawa anak-anaknya untuk didoakan. Maksudnya, agar kelak anak-anaknya tumbuh dengan baik dan menjadi orang yang berguna.
KH Muhammad Ahmad yang pernah belajar di MMT Yogyakarta (tamat tahun 1961) sempat diajar oleh Ustaz Muhyiddin selama tiga tahun. Menurut pengakuannya, ia mengagumi metode Ustaz Muhyiddin dalam mengajarkan bahasa Arab. Ia selalu berbahasa Arab di dalam kelas, meminta siswa membaca secara bergilir, menjelaskan kosakata yang sulit dengan menyebutkan sinonimnya, atau menjelaskan maksud kalimat dengan bahasa Arab.
Biasanya, setelah mengajar beliau menugaskan siswa untuk membuat resume dari apa yang baru dipelajari dari aspek muthala‘ah, qawaid (nahwu saraf), dan balagah. Ia disenangi oleh siswa-siswa.
Dengan cara itu, siswa konsentrasi belajar dan merasakan peningkatan pengusaaan kosakata bahasa asing yang mereka pelajari.
Antusiasme siswa belajar pada saat itu juga didorong oleh keharusan untuk mengikuti ujian persamaan (dengan sekolah negeri). Selain dirasakan bagus, cara mengajarnya berkesan. Ia juga menegur siswa yang tampak malas belajar.
Ia kemudian diangkat sebagai dosen dengan status sebagai pegawai negeri sipil di IAIN Yogyakarta. Tugas di kampus ini ia laksanakan hingga akhir tahun 1963. Ia kemudian dipindahkan ke Makassar dan bertugas sebagai dosen di Fakultas Tarbiyah cabang dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.■ bersambung/fir
*) Makalah penelitian berjudul “HAJI MUHYIDDIN ZAIN: Tokoh Pendidikan tinggi Islam di Sulawesi Selatan” Oleh HM Hamdar Arraiyyah (Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta Pusat)